Laporkan Masalah

Baliseering dan Kehidupan Kebudayaan di Bali tahun 1920-1940

MARIA ANGELINA DESSY, Uji Nugroho W., M.A.

2020 | Skripsi | S1 SEJARAH

Bali sejak masa Pra-Kolonial telah dilihat unik dan berbeda oleh orang-orang Barat. Hingga akhirnya pada tahun 1900-an, Pemerintah Hindia Belanda mengambil keputusan untuk melakukan ekspansi ke wilayah Bali Selatan, yang kemudian pada tahun-tahun selanjutnya meluas ke bagian Bali lainnya. Setelah berhasil menguasai Bali secara keseluruhan, Pemerintah Kolonial mulai merancang strategi baru untuk mempertahankan kekuatan Bali. Goncangan-goncangan politik yang muncul di Jawa pada tahun 1920-an membuat Pemerintah Kolonial memikirkan tindak preventif untuk melindungi Bali. Penelitian ini membahas tentang bagaimana pemerintah kolonial mengkonstruksi Bali melalui sebuah upaya Balinisasi atau Baliseering. Pada tahun 1938 Baliseering mulai diterapkan. Melalui hal tersebut, Pemerintah Kolonial ingin mengembalikan Bali sebagai sebuah museum Hindu Kuno. Karena mereka berpikir, dengan digalakkannya sistem Hindu kuno kembali, maka kekuatan Islam dan Politik Modern menjadi lebih sulit untuk memasuki Bali. Penelitian ini membahas perancangan konsep Baliseering oleh para orientalis, sampai bagaimana Baliseering diterapkan didalam kehidupan masyarakat. Upaya Baliseering yang digalakkan oleh Pemerintah Kolonial berhasil membuat masyarakat Bali menjadi sibuk dengan aktivitas kesenian, kegiatan yang bertemakan politik tidak mengemuka pada tahun 1930-an. Di Bali, pada masa tersebut justru muncul sebuah masa baru dimana ketertarikan terhadap seni dan budaya meningkat, hal ini kemudian dikenal dengan sebutan Renaisans Budaya.

Bali since Pre-Colonial times has been seen as unique and different by Westerners. Until finally in the 1900s, the Dutch East Indies Government took the decision to expand into the South Bali region, which then in subsequent years expanded to other parts of Bali. After successfully mastering Bali as a whole, the Colonial Government began to design a new strategy in maintaining Bali's power. The political shocks that emerged in Java in the 1920s made the Colonial Government think of preventive acts to protect Bali. This study discusses how the colonial government "concocted" its strategy in defending Bali through an attempt at Balinisasi or Baliseering. In 1938 Baliseering began to be applied. Through this, the Colonial Government wanted to restore Bali as an Ancient Hindu museum. Because they think, with the promotion of the ancient Hinduism back, the power of Islam and Modern Politics will be more difficult to enter Bali. This research discusses the concept design of Baliseering by orientalists, until how Baliseering is applied in people's lives. Baliseering efforts that promoted by the Colonial Government succeeded in making the Balinese people busy with artistic activities, political-themed activities that did not emerge in the 1930s. In Bali, a new era appeared while interest in arts and culture increased, this became known as the Cultural Renaissance.

Kata Kunci : Periode Pergerakan, Balinisasi, Renaisans Budaya, Sejarah Kebudayaan Bali. / Movement Period, Balinisasi, Cultural Renaissance, Bali Cultural History.

  1. S1-2020-383908-abstract.pdf  
  2. S1-2020-383908-bibliography.pdf  
  3. S1-2020-383908-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2020-383908-title.pdf