Laporkan Masalah

Pengaruh Kekalahan Jepang Saat Perang Dunia II Terhadap Profesi geisha

SUCI ARMI, Sri Pangastoeti, S.S., M.Hum.

2019 | Skripsi | S1 SASTRA JEPANG

Penelitian ini membahas mengenai peranan geisha selama Perang Dunia II dan pengaruh kebijakan pemerintah setelah kekalahan Jepang dalam PD II terhadap profesi geisha. Data untuk penelitian ini mengandalkan sumber sekunder berupa buku maupun jurnal. Data tersebut kemudian dirangkai untuk mendeskripsikan fakta sejarah yang terjadi. Penelitian ini ingin melihat bagaimana dampak yang ditimbulkan dari kekalahan Jepang pada PD II memberi pengaruh pada profesi geisha. Geisha yang merupakan salah satu simbol industri hiburan elit Jepang, harus mengalami perubahan besar karena tuntutan kondisi selama perang. Selain itu dengan kalahnya Jepang, pengaruh Amerika yang masuk pasca perang sedikit banyak juga memberi pengaruh pada geisha. oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi hal-hal yang terjadi pada geisha selama dan setelah PD II. Geisha adalah wanita Jepang yang menghibur melalui pertunjukan tradisional seni kuno berupa tarian dan nyanyian, mereka mengenakan pakaian khas kimono dan riasan putih (oshiroi). Profesi geisha yang telah muncul sejak abad ke-18 bahkan tetap bertahan selama masa Perang Dunia (PD), baik saat PD I maupun PD II. Geisha dididik untuk memiliki pengetahuan yang luas dan ketrampilan khusus seperti menari, menyanyi, memainkan alat musik, dan ketrampilan lain. Keluasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki membuat para geishamemiliki daya tarik tersendiri dan menjadikan mereka sebagai entertainer berkelas dan memiliki kesan mewah hingga saat ini. Menjelang kalah dalam PD II, Jepang membuat berbagai upaya untuk mempertahankan diri dan perekonomian negaranya. Keadaan di Jepang semakin memburuk. Perubahan yang terjadi di antaranya menurunnya sumber daya manusia karena banyak warga masyarakat yang ditarik menjadi tentara dan tewas di medan perang. Setelah diumumkannya kekalahan Jepang, Sekutu segera membangun Markas SCAP (Supreme Commander for the Allied Powers) sebagai penghubung dengan Amerika dan melakukan intervensi dalam pemerintahan Jepang. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan kesimpulan antara lain: (1) Pada tahun 1944 pemerintah yang membuat peraturan untuk menutup tempat-tempat hiburan, salah satunya okiya yang menyebabkan geisha kehilangan tempat bekerja. Pemerintah juga membuat peraturan yang mewajibkan para geisha bekerja menjadi buruh pabrik. (2) Jepang yang dipimpin oleh SCAP setelah kekalahannya dalam PD II, melakukan banyak perubahan untuk membangkitkan kembali perekonomian Jepang. Salah satu kebijakan SCAP adalah mencabut aturan Pemerintah Jepang yang menutup tempat-tempat hiburan. Hal ini membuat lapangan kerja bagi geisha kembali terbuka dan geisha dapat bekerja lagi. perbedaannya, geisha tidak hanya melayani warga Jepang namun juga melayani tamu dari Amerika.

This study discusses the role of geisha during World War II and the influence of government policies after Japan's defeat in World War II on the geisha profession. Data for this study rely on secondary sources in the form of books and journals. The data is then assembled to describe the historical facts that happen. This study wants to see how the impact of the defeat of Japan in World War II had an influence on the geisha profession. Geisha, which is one of the symbols of Japan's elite entertainment industry, must undergo major changes due to the demands of conditions during the war. In addition, with the defeat of Japan, American influence which entered the post war more or less also gave effect to geisha. So it is necessary to identify what happened to the geisha during and after World War II. Geisha are Japanese women who entertain through traditional performances of ancient art in the form of dances and songs, and their distinctive clothes are kimono and white makeup (oshiroi).The geisha profession that has emerged since the 18th century has survived even during World War, both during World War I and World War II. Geisha have been educated to have extensive knowledge and training specifically for dancing, singing, playing musical instruments and much more.Their skills make geisha an entertainer who is classy and has a luxurious impression. On the eve of its defeat, Japan made all kinds of efforts to defend itself and the country's economy.However, after Japan's defeat during World War II, the situation in Japan worsened.Changes that occur include declining human resources because many people who were drawn into the army and then died on the battlefield, and the economy is deteriorating.Geisha was also among those who felt the impact of these changes.In this study the authors analyzed the changes experienced by the geisha. Based on the results of the study, conclusions were obtained, among others:(1) In 1944 the government that made regulations to close entertainment venues, one of which was the okiya, had made geisha lose their place to work. In addition, the government also made regulations so that geisha were required to work as factory workers.(2) Japan led by SCAP after its defeat in World War II, made many changes to revive the Japanese economy.One of the things done by SCAP is to revoke government regulations that cover entertainment venues.This makes employment for geisha back open and geisha can work again as usual. It's just that this time the geisha also serves guests from America.

Kata Kunci : geisha, PD II, okiya

  1. S1-2019-328989-abstract.pdf  
  2. S1-2019-328989-bibliography.pdf  
  3. S1-2019-328989-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2019-328989-title.pdf