DILEMA PENGELOLAAN HALAL TOURISM DI UJUNG BARAT INDONESIA: KONSEPSI DAN PRAKTIK TURISME DI SABANG, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

NUR QUMA LAILA, Prof. Dr. Irwan Abdullah.

2020 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYA

Berbicara mengenai Aceh yang terlintas adalah selalu berkaitan dengan penerapan syariat Islam dalam segala aspek kehidupan masyarakatnya termasuk dalam hal pariwisata. Dalam pariwisatanya, Aceh melakukan branding sebagai tujuan halal tourism yang mengedepankan nilai-nilai Islam sesuai dengan budaya Aceh yang kental dengan nuansa Islam. Tulisan ini ingin memaparkan bagaimana konsep halal tourism dipahami oleh masyarakat Sabang, bagaimana halal tourism mewujud dalam praktik dan infrastruktur di Sabang, dan bagaimana ekspektasi masyarakat mengenai tourism di Sabang. Penelitian terkait tiga persoalan tersebut bertujuan untuk memahami konsep dan ekspektasi halal tourism pada masyarakat Sabang serta melihat celah praktik halal tourism yang berlaku. Lebih lanjut tulisan ini diharapkan dapat berguna sebagai sumbangan referensi untuk penelitian-penelitian yang berkaitan dengan tema halal tourism. Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, digunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi untuk melihat dinamika yang terjadi pada tataran praktik halal tourism. Wawancara dilakukan kepada 9 narasumber yang masing-masing memiliki peranan dalam perkembangan pariwisata Sabang. Penelitian dilakukan dalam rentang waktu Juli-Agustus 2019 dengan lokasi di Pulau Sabang, Nanggroe Aceh Darussalam. Data dianalisis dengan teknik deskriptif dan interpretif, selain untuk menemukan pola-pola data juga untuk menyimpulkan makna-makna yang terkandung dari data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pariwisata yang berlangsung di Sabang belum sepenuhnya menerapkan komponen-komponen yang seharusnya ada dalam penerapan halal tourism. Penerapan halal tourism dengan memprioritaskan konsep halal secara Islam dalam berbagai aspek kegiatan wisata masih belum berjalan dengan sempurna. Penyediaan sertifikasi halal sebagai jaminan kepada wisatawan seperti jaminan kehalalan konsumsi para wisatawan belum dapat dipenuhi. Sementara itu, data menunjukkan ekspektasi masyarakat Sabang mengenai pariwisatanya menyangkut pada empat hal yakni pariwisata yang sesuai dengan prinsip syariat Islam, pariwisata yang berkontribusi pada peningkatan ekonomi masyarakat, pariwisata yang menjaga keseimbangan lingkungan dan adanya pengembangan fasilitas dan wahana wisata baru. Dibutuhkan hubungan sinergis antara masyarakat dengan stakeholders untuk mencapai tujuan halal tourism.Celah-celah dalam praktik pengelolaan halal tourism di Sabang memperlihatkan makna halal yang dipahami oleh stakeholder (pemerintah, masyarakat dan pelaku usaha) tidak bersifat kaku sehingga terdapat kompromi-kompromi yang dilakukan agar wisatawan tetap hadir dalam pariwisata Sabang. Selain itu, konsep halal tourism berbeda dengan penerapan hukum Islam seperti hukum qanun yang diterapkan di Aceh secara umum. Konsep halal tourism lebih cenderung kepada muslim friendly sehingga dalam penerapannya berbeda dengan penerapan hukum syariah. Namun, berbagai data yang telah ditemukan justru memperlihatkan bahwa konsep dan praktik halal tourism yang dipahami dan diyakini masyarakat cenderung mengkoordinir bagaimana hukum Islam dapat dipraktekan dalam pariwisata halal di Sabang.

Whilst discussing about Aceh, it always comes up with the Islamic Sharia and the practice of it on every aspect among the peoples life including on the tourism aspects. As the Halal tourism destination, Aceh accentuate the Islamic values which is in-line with the Aceh cultures whose known with the strong Islamic nuance on it. This studies explains three aspects including; how the Sabang's people understand about the concept of Halal tourism, how it happens on the both of practice and infrastructure in Sabang, also how the society expecting about the Sabang's tourism.Hence, based on those three problems stated previously the purpose of this studies is understanding the concept and the expectation of Sabang's society about the Halal tourism, also find out the gap happens within the practice of the Halal tourism there. Therefore this studies expected as one of the references used for the next researches whose point out about the Halal tourism. This studies using descriptive and interpretive method to analyzed the data which already gathered from the observations, interviews, and documentations on the practice levels of Halal tourism. The interview was conducted to 9 informants, each with role in the development of Sabang tourism. The research is conducted in July-August 2019 with location in Sabang Island, Nanggroe Aceh Darussalam. Meanwhile, data shows the expectations of the people of Sabang about its tourism concerning four things, namely tourism that is in accordance with the principles of Islamic Shari'a, which contributes to the improvement of the community economy, tourism Maintaining environmental balance and the development of new facilities and attractions. The gathered data used to identify the pattern and deduce the meanings appears from the data. The result of the studies found out if the Halal tourism concepts and the components of it were not fully implemented on Sabang's tourism. The practice of Halal tourism which prioritize the Islamic-halal application on every tourism aspect is not applied perfectly. The availability of the Halal certification as the guarantee for the tourist such as the Halal food certificate were not available yet. Hence the data shows if the expectation of the Sabang's society regarding into their tourism values should stands under four points such as the Islamic Sharia fundamentals used, the contribution of the tourism toward the economic developments of the society surroundings, the expansion of the facility or the new tourist attraction and the management of maintaining the environmental balance. Therefore the synergy between the stakeholders and the society is needed for achieving the goals of Halal tourism. The gap shown from the management of Halal tourism on Sabang explains if the terms Halal understood by the stakeholders remains flexible. Hence, the application of Halal Tourism on Sabang rather different with the application of the Qanun law used on Aceh. The concept of Halal tourism on Sabang remains to be compromised and Moslem friendly rather following the Sharia law. However, from the observed data also shown if the understanding of the society towards the concept and the practice of Halal tourism tend to the application of the Islamic law can be used on Sabang's Halal tourism concept.

Kata Kunci : Turisme, Halal tourism, Pengelolaan Pariwisata Islami, Sabang