Laporkan Masalah

Pemanfaatan Kawasan Suaka Alam (KSA) di Indonesia

STEFANUS AGUSTINO SITOR, Dr. Much Taufik Tri Hermawan, SHut, M.Si.

2019 | Skripsi | S1 KEHUTANAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pemanfaatan Kawasan Suaka Alam (KSA) di Indonesia. Sebagai kawasan hutan dengan fungsi konservasi, KSA dituntut untuk mampu menjalankan fungsi utama perlindungan dan pengawetan, dengan tetap mampu memiliki fungsi pemanfaatan. Hal ini penting, karena kawasan konservasi selayaknya mampu memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Pengkajian pemanfaatan KSA di Indonesia ini dilakukan dengan menelusur beberapa kebijakan terkait kegiatan konservasi. Data kebijakan yang dikumpulkan melalui studi pustaka meliputi: UU No. 5 Tahun 1990, PP No. 68 Tahun 1998, PP No. 28 Tahun 2011, dan PP No. 108 Tahun 2015. Analisis konten dilakukan dalam kajian ini dan membagi pemanfaatan dalam unit kajian. Unit kajian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: objek kelola dan pengelola, tipe pemanfaatan, dan aspek yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Perspektif ekosentris digunakan untuk membantu menganalisis pemanfaatan ini. Hasil kajian menunjukkan bahwa KSA dikelola dan dimanfaatkan pemerintah pusat dengan sebuah tingkat eksklusifitas sebagai konsekuensi kebijakan lampau yang menganggap masyarakat lokal sebagai aktor perusak hutan. Pemanfaatan KSA sendiri diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan. Di Cagar Alam (CA) dan Suaka Margasatwa (SM), contoh kegiatan pemanfaatan adalah: penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan; pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam; penyerapan dan atau penyimpanan karbon; dan pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya. Secara khusus kegiatan pemanfaatan air serta energi air, panas matahari dan angin, serta wisata alam terbatas hanya bisa dilakukan di SM. Pemanfaatan KSA juga masih terhitung human-centered, sementara berdasarkan unit kajian tipe pemanfaatan KSA termasuk pemanfaatan multiple use yang berwawasan lingkungan. Aspek yang sudah dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan meliputi: inventarisasi, regenerasi, serta keterkaitan spasial. Terlepas sudah disebutkan terkait kelestarian sumber daya di dalam kawasan, belum ada mekanisme untuk melakukan kegiatan tersebut.

This research is aimed to determine utilisation form of Kawasan Suaka Alam (KSA) in Indonesia. Due to its role as conservation forest, KSA has 2 main management objectives in protection and preservation. Yet, it must also includes utilisation principle due to its esential role in sustaining peoples livelihood. To determine the utilisation form which was permitted in Indonesia, data were gathered through literature review. The data are Indonesias policy instruments which regulate Indonesia conservation activities. They are consisted of Law 5 of 1990, Government Regulation 68 of 1998, Government Regulation 28 of 2011, and Government Regulation 108 of 2015. Then they were analysed through content analysis platform, which then divided utilisation into analysis unit. Analysis unit to determine the utlization form are: object and its manager; utilisation type; and elements in decision making. Ecocenstrism ethic was used to assess the utilization. This research concludes that KSA is utilised by government with some degree of exclusivity as a consequence of historic fallacy, blaming local people as the biggest deforestation driving factor. The utilisation of KSA itself is achieved through set of activities. In Cagar Alam and Suaka Margasatwa they are: research and education activities; carbon sequestration; and germplants utilisation as a source of traditional activity. Whereas there are also activities which are only allowed in Suaka Margasatwa, which are: utilisation of water and or water energy; utilisation of sunlight and wind; and limited tourism. The utilisation itself can still be considered as human-centered and based on analysis unit, utilisation in KSA can be catagorized into the environmentally sensitive multiple use type. Elements which are considered in decision making regarding utlisation including: resouce inventory, trees regeneration, and spatial connectivity with sorrounding areas. Still, the regulations fail to mention the mechanism to determine the areas resource sustainabillity.

Kata Kunci : Kawasan Suaka Alam (KSA), pemanfaatan, peraturan perundangan, analisis konten, ekosentris.;Kawasan Suaka Alam (KSA), utilisation, regulations, content analysis, ecocentrism.

  1. S1-2019-382929-Abstract.pdf  
  2. S1-2019-382929-Bibliography.pdf  
  3. S1-2019-382929-Tableofcontent.pdf  
  4. S1-2019-382929-Title.pdf