Laporkan Masalah

Komparatif Gaya Nyanyian Tiga Orang Sinden Populer di Jawa Barat: Hj. Idjah Hadidjah, Cicih Cangkurileung, dan Cucu Setiawati

Endah Irawan, Prof. Dr. I Made Bandem

2003 | Tesis | S2 Penkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa

Tesis berjudul Komparatif Gaya Nyanyian Tiga Orang Sinden Populer di Jawa Barat: Hj. Idjah Hadidjah, Cicih Cangkurileung, dan Cucu Setiawati, merupakan sebuah deskripsi komparatif dengan pendekatan penelitian yang lebih bersifat musikologis dan komparatif, yaitu mengkaji gaya musikalitas nyanyian yang dilakukan oleh masing-masing sinden. Gaya musikalitas dimaksud adalah gaya nyanyian yang khas dan pribadi untuk setiap sinden. Secara musikal, gaya nyanyian ini dibentuk oleh unsur-unsur musikalitas yang dikuasai oleh seorang sinden, seperti laras, surupan, embat, gending, lagu (dan dalam hubungannya dengan rumpaka), senggol, dan teknik senggol. Kehadiran seorang sinden dalam sebuah panggung seni pertunjukan tradisi menjadi satu faktor yang sangat berpengaruh besar terhadap suksesnya atau tidaknya sebuah pertunjukan. Dengan kualitas profesionalitasnya, seperti: karakter, kharisma, skill dan virtuositasnya, juga daya seduktifnya, sinden mampu menghidupkan sebuah pertunjukan. Selain mengisi bangunan musikal pertunjukan, ia bisa menggoda, memikat dan menarik perhatian penonton. Di Jawa Barat, tradisi sinden ini menyebar. Sinden tampil dalam berbagai jenis seni pertunjukan, seperti: wayang golek, kiliningan, celempungan, bangreng, bajidoran, gembyung, banjet, jaipongan, sisingaan, genjring bonyok, degung, dan sebagainya. Diantara sejumlah seni pertunjukan tersebut, sinden hadir bersamaan dengan tumbuhnya tradisi kesenian, ataupun hadir setelah kesenian tersebut berkembang. Ada perubahan dalam gaya musikalitas. Dulu, lagu-lagu klasik kepesindenan umumnya dikuasai oleh para sinden. Namun setelah munculnya bajidoran dan jaipongan terjadi penggeseran musikal, karena peran dan fungsi sinden dalam membawakan lagu lama maupun lagu baru selalu dibatasi dan didominasi oleh kepentingan pengekspresian gerak tari dan pemenuhan selera penontonnya. Sehingga pengaruhnya terhadap sinden sering terjadi dalam beberapa hal, diantaranya: suasana musikal lagu cenderung memunculkan karakter pertunjukan berupa penurunan nilai musikal; atau menurunnya keterampilan sinden; dan telah berubahnya sikap, serta pandangan tentang profesi sinden, yaitu mengakui profesi sinden tetapi hanya berdasarkan pada modal kemampuan menari dan penampilan, sedangkan kemampuan musikalitasnya/menyanyinya sangat minim. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa telah terjadi pergeseran nilai estetik kepesindenan.

The thesis entitled Komparasi “Senggol” Sinden Populer di Jawa Barat: Hj. Idjah Hadidjah, Cicih Cangkurileung, dan Cucu Setiawati, is a comparative description with musicological and comparative approaches, that are to investigate the song style done by each sinden. The musical style is a specific and individual for each sinden. Musically, the style of the song is created with musical elements owned by a sinden, such as laras (scale), surupan (mode), embat (interval), gending (musical piece), lagu (melody – in connection with text), senggol (ornament), and the technic of the senggol. The present of a sinden on stage in a traditional performing arts becomes one of the influential factors to the success of the performance. With her profesional characers such as: individual personality, charisma, virtuosity, and her seductif power, sinden is able to make a performance alive. In addition to fulfill the musical treatment, she can seduce and attract audiences’ attention. In West Java, sinden tradition is widely spread. Sinden presents in various kinds of performances such as: wayang golek, kiliningan, celempungan, bangreng, bajidoran, gembyung, banjet, jaipongan, sisingaan, genjring bonyok, degung, and others. Among the performances, sinden presents with the artistic tradition, or presents after the arts have developed. There have been changes in musical style. Formerly, sinden sang classical style. After the bajidoran and jaipongan arts appeared, changes occurred, the role and function of sinden in presenting the old and new songs are restricted and dominated by the expression of the movement of dance and audiences’ taste. This influences several aspect of her performance such as: the atmosphere of song tends to show the character of the performance that is the decrease in musical style; or the decline of sinden’ virtuosity. Audiences change their attitude and oppinion about the sinden’ profession; they believe that someone is a good sinden if she has good ability to dance and good in appearance. They think that musical skill is not important. With this we can assume that there has been change in the aesthetic value of the vocal tradition (kepesindenan).

Kata Kunci : deskripsi komparatif, musikologis, sinden

  1. S2-2003-PSPSR-ENDAH_IRAWAN-ABSTRACT.pdf  
  2. S2-2003-PSPSR-ENDAH_IRAWAN-BIBLIOGRAPHY.pdf  
  3. S2-2003-PSPSR-ENDAH_IRAWAN-TABLEOFCONTENT.pdf  
  4. S2-2003-PSPSR-ENDAH_IRAWAN-TITLE.pdf