DOMINASI DALAM RUANG WACANA KEAGAMAAN MASJID AL ITTIHAD (Studi Kasus : Teori Henri Lefebvre, Produksi Ruang dalam Wacana Keagamaan Masjid Al Ittihad Jalan Kaliurang Km.5 Sleman Yogyakarta)

BACHRUDIN HIDAYATULLOH, DR. RB. ABDUL GAFFAR KARIM, S.I.P., M.A.

2019 | Skripsi | S1 POLITIK DAN PEMERINTAHAN

Ruang sebagai tempat hidup tidak lagi dianggap sebagai suatu yang Given. Akan tetapi ruang sebagai tempat dimana terjadinya interaksi sosial juga ikut bergerak dinamis menyesuaikan aktor-ktor didalamnya. Henri Lefebvre (1991) melihat ini sebagai sebuah produksi ruang. Dimana ruang menjadi sangat penting untuk terus diproduksi. Menurutnya ruang sangatlah rentan terhadap dominasi kelompok tertentu yang menjadi mayorits didalamnya. Karena bagi Lefebvre sendiri ruang adalah produk sekaligus proses dari relasi sosial itu sendiri. Hal ini menjadikan ruang sangatlah politis ketika diproduksi. Karena siapa yang paling menonjol didalam relasi sosial yang diproduksi didalamnyaruang tersebut dialah yang akan mendominasi. Kajian ini menempatkan Jamaah Tabligh sebagai salah satu aktor yang berperan dalam produksi ruang di Masjid Al Ittihad. Pada mulanya masjid Al Ittihad adalah masjid yang pada umumnya sama untuk digunakan sebagai sarana tempat ibadah bagi warga muslim sekitarnya. Akan tetapi sesuai sifatnya, masjid sebagai sarana publik menjadikan siapapun berhak untuk menggunakannya selama masih dalam koridor agama dan kewajaran. Dari sinilah Jamaah Tabligh masuk dan mulai mendiami dan mempergunakan sarana msjid ini sesuai dengan kebutuhan dakwah mereka. Dengan menggunakan teori trikotomi lefebvre dalam melihat bagaimana ruang diproduksi, dari penelitin ini kita bisa melihat bagaimana dari konsep praktik spasial cerita awal mula dan interaksi yang dilakukan oleh Jamaah tabligh dengan aktor yang juga memiliki kepentingan didalam masjid tersebut. Seiring pendekatan relasi sosial didalam praktik spasial, representasi ruang menjelskan bagaimana jamaah tabligh perlahan menambahkan fungsi tambahan masjid sebagai tempat ibadah. Yakni memfungsikan masjid sebagai tempat atau markas mereka didalam berkegiatan dakwah di bilangan kota Yogyakarta. Setelah itu yang terakhir dari trikotomi produksi ruang ala Lefebvre, ruang representasi menjadi sisi pelengkap yang tidak kalah pentingnya. Dimana didalam ruang representasi inilah dominasi wacana mulai berjalan. Dimana relasi sosial yang sudah berjalan baik, masjid yang difungsikan sebagai markas dakwah Jamaah tabligh menjadi sebuah pemandangan biasamenjadikan mudah didalam mendominasi wacana keagamaan didalam masjid. Wacana keagamaan yang sangat terpaku kepada cara jamaah tabligh menjadi hal biasa didalam masjid Al Ittihad. Dengan menggunakan trikotomi produksi ruang dari levebfre kita dapat melihat dominasi wacana yang telah terjadi didalam masjid Al Ittihad sebagai ruang sosial.

Space as a place of life is no longer considered a given place. However, space as a place where social interaction also moves also moves dynamically to adjust the actors in it.Henri Lefebvre (1991) sees this as a production of space. Where space becomes very important to continue to be processed. According to him, open space is vulnerable to certain groups that become mayors in it. Because for Lefebvre itself, space is a product as well as a social relation itself. This requires political space. Because who is the most prominent in the Social Relations given in the room. This study places the Tablighi Jama'ah as one of the actors involved in the production of space at the Al Ittihad Mosque. At first the Al Ittihad mosque was a mosque that was generally the same to be used as a place of worship for nearby Muslims. However, according to its nature, the mosque as a public means of taking over has the right to remain in the religious and fairness court. From here the Tablighi Jama'at entered and began to inhabit and use the facilities of this mosque in accordance with the needs of their da'wah. By using Lefebvre's trichotomy theory in looking at how space asks, from this study we can see how the concept of spatial practices from the beginning and the interactions made by the Tablighi Jama'ah with actors who also have an interest in the mosque. As far as social relations are concerned in spatial practices, the representation of space explains the members of the Tabligh adding the function of the mosque as a place of worship. Namely the function of the mosque as a place or their headquarters in the propaganda dakwah in the city of Yogyakarta. After that, the last of the trichotomy of Lefebvre-style space production, the space of representation becomes a complementary side that is important. It is in this representational space that the dominance of discourse begins. Where social relations that have been going well, the mosque which functioned as the headquarters of the Tablighi Jama'ah becomes a regular sight to make it easy to relate religious discourse within the mosque. Religious discourse that is highly focused on the way of the Tablighi congregation becomes commonplace in the Al Ittihad mosque. By using the trichotomy of spatial production from levebfre we can see the dominance of discourse that has taken place inside the Al Ittihad mosque as a social space.

Kata Kunci : Jamaah Tabligh, Produksi ruang, wacana keagamaan