EVALUASI LOKASI EKSISTING HALTE BUS RAPID TRANSIT TRANS JOGJA DI PERKOTAAN YOGYAKARTA

SETYA ADI BAWANA, Dr. Rini Rachmawati, S.Si. M.T.

2019 | Skripsi | S1 PEMBANGUNAN WILAYAH

Trans Jogja merupakan salah satu bentuk program pemerintah untuk menciptakan konektivitas di Yogyakarta yang berperan sebagai transportasi publik massal dengan mengedepankan asas-asas pelayanan seperti kecepatan, keamanan, keselamatan, dan kenyamanan. Pengoperasian BRT Trans Jogja tidak terlepas dari infrastruktur pendukung berupa halte. Keberadaan halte sangat mempengaruhi jangkauan dari penumpang, yang dimana dapat optimal apabila letaknya mempertimbangkan bangkitan dan tarikan serta jangkauan penumpang. Penelitian yang dilakukan di Perkotaan Yogyakarta ini bertujuan untuk (a) Mengidentifikasi lokasi eksisting sebaran halte Bus Rapid Transit (BRT) Trans Jogja di Perkotaan Yogyakarta, (b) Mengidentifikasi jangkauan para pengguna Bus Rapid Transit (BRT) Trans Jogja terhadap keberadaan halte di Perkotaan Yogyakarta, dan (c) Mengidentifikasi realisasi pengembangan halte Bus Rapid Transit (BRT) Trans Jogja di Perkotaan Yogyakarta. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah survey dengan pengamatan langsung di lapangan dengan menggunakan kuisioner sebagai alat bantu untuk mendapatkan data primer dan informasi. Didapatkan 17 sampel dari total 113 halte permanen yang ada dengan menggunakan purposive sampling. Sampel responden ditentukan menggunakan quota sampling dengan jumlah total 153 responden. Hasil dari penelitian ini berupa deskriptif kualitatif yang juga didukung oleh analisis konten untuk mengkaji derajat keterkaitan realisasi pembangunan dengan perencanaan dan analisis peta jangkauan pengguna Trans Jogja terhadap keberadaan halte. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah (a) Tingkat kerapatan halte berbeda-beda untuk tiap daerah persebarannya. Kerapatan halte tertinggi menggerombol di dalam daerah Kota Yogyakarta, sedangkan dominasi sebaran halte yang terendah (renggang) berada di jalur lingkar luar APY serta di simpul jalan keluarannya. Halte tertinggi terdapat di kawasan permukiman dan tempat kegiatan dengan presentase 46%, diikuti kawasan pendidikan (25,5%), pemerintahan (13,4%), kesehatan (7,9%), perdagangan (3,3%), pariwisata (2,9%), dan kawasan terbangun (0,8%). (b) Sebesar 75% pengguna Trans Jogja berasal dari dalam jangkauan buffer 0-300 meter terhadap halte. Halte yang berada di pusat kegiatan akan lebih mudah dijangkau oleh para calon penumpang karena memiliki aksesibilitas yang cenderung tinggi, sehingga jarak antar halte lebih dekat dan kerapatannya tinggi. (c) Keterkaitan pembangunan halte dengan perencanaan pembangunan halte memiliki derajat keterkaitan sebesar 100%. Hal tersebut menandakan secara keseluruhan halte yang menjadi rencana dalam pengembangannya di tahun 2017 sudah terealisasi di tahun 2019. Prioritas pemerintah dalam pengembangan halte adalah di kawasan pariwisata, pendidikan, pemerintahan, kesehatan, perdagangan, dan park and ride.

Trans Jogja is a form of government program to create connectivity in Yogyakarta which acts as mass public transportation by prioritizing service principles such as speed, security, safety and comfort. The operation of the Trans Jogja BRT is inseparable from the supporting infrastructure in the form of shelter. The existence of shelters greatly influences the reach of passengers, which can be optimal if it is located considering the generation and attraction and passenger reach. The research conducted in Urban Yogyakarta aims to (a) Identify the existing locations of Trans Jogja Bus Rapid Transit (BRT) shelters in Yogyakarta City, (b) Identify the reach of Trans Jogja Bus Rapid Transit (BRT) users to bus shelters in Yogyakarta City , and (c) Identifying the development needs of Trans Jogja Bus Rapid Transit (BRT) bus shelters in Yogyakarta City. The method used in this study is a survey with direct observation in the field using a questionnaire as a tool to get primary data and information. 17 samples were obtained from a total of 113 permanent shelters using purposive sampling. The sample of respondents was determined using quota sampling with a total of 153 respondents. The results of this study are in the form of descriptive qualitative which is also supported by content analysis to assess the degree of relevance of the realization of development with the planning and analysis of the reach map of Trans Jogja users to the existence of bus stops. The results obtained from this study are (a) The level of density of bus stops varies for each area of distribution. The highest density of shelters hangs within the Yogyakarta City area, while the predominance of the lowest shelters (tenuous) is in the outer ring lanes of the APY and at the output node. The highest stops are in residential areas and places of activity with a percentage of 46%, followed by education areas (25.5%), government (13.4%), health (7.9%), trade (3.3%), tourism ( 2.9%), and the area developed (0.8%). (b) 75% users come from within the range of 0-300 meters buffer against bus stops. Bus stops at the center of the activity will be easier to reach by potential passengers because they have high accessibility, so the distance between bus stops is closer and the density is high. (c) The relationship between the construction of shelters and the construction of shelter has a degree of relevance of 100% This indicates that as a whole the bus stops that are planned for development in 2017 have been realized in 2019. The government's priority in developing bus stops is in the areas of tourism, education, government, health, trade, and park and ride.

Kata Kunci : Bus Rapid Transit (BRT), shelter, jangkauan, penumpang, Perkotaan Yogyakarta