Tradisi Lisan Sebagai Media Komunikasi Budaya (Makna Penting, Praktik dan Pelestarian Tradisi Lisan Natoni Suku Dawan Timor Tengah Selatan)
NOVA ULAILA D N M, Dr. Phil. Hermin Indah Wahyuni, S.IP, M.Si.
2019 | Skripsi | S1 ILMU KOMUNIKASITradisi Lisan adalah wujud dari media komunikasi milik masyarakat tradisional. Sebuah tradisi lisan mampu membawa banyak informasi mengenai masyarakat tradisional yang terlibat, termasuk juga Natoni. Sebagai tradisi lisan, keberadaan Natoni tidak hanya sebagai perkumpulan sya’ir yang diucapkan oleh seseorang atau sekelompok orang. Lebih dari itu, Natoni adalah media untuk menunjukkan, mengenalkan dan mewariskan budaya sekaligus identitas masyarakat Dawan kepada generasi selanjutnya ataupun kepada masyarakat luas, sehingga keberadaannya, patut dilestarikan. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengeksplorasi pesan yang ingin disampaikan masyarakat Dawan melalui Natoni (2) mengidentifikasi makna penting praktik tradisi lisan Natoni (3) Eksplorasi dan identifikasi penggunaan Natoni sebagai media komunikasi budaya masyarakat Dawan (4) Mengidentifikasi upaya yang bisa dilakukan untuk melestarikan Natoni Penelitian ini tergolong jenis penelitian kualitatif dengan paradigm interpretative yang didukung dengan teori- teori relevan, yakni konsep komunikasi budaya, tradisi lisan serta pelestarian tradisi. Objek dalam penelitian ini adalah Natoni. Data dikumpukan melalui wawancara dengan informan, observasi dan pengalaman langsung oleh peneliti. Analisis data dilakukan secara berkelanjutan dan dikembangkan selama proses penelitian. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa Natoni merupakan sebuah tradisi lisan murni sya’ir yang hanya bisa dilakukan bersama dengan upacara atau ritual tertentu, Natoni tidak berdiri sendiri. Fungsi Natoni secara spesifik bergantung pada jenis upacara apa yang menjadikannya sebagai tuturan, pada upacara perkawinan Natoni berperan sebagai alat untuk mengungkapkan maksud dan tujuan sekaligus harapan masing- masing mempelai, sedangkan pada Natoni penerimaan tamu, Natoni diposisikan sebagai alat untuk mengenalkan budaya sekaligus identitas mereka sebagai masyarakat yang berprinsi “Lais Ma Nekat “ yakni menjalin hubungan baik dengan Tuhan maupun sesama. Keberadaan Natoni masih dilestarikan hingga saat ini karena atas izin gereja, sayangnya kepercayaan masyarakat Dawan terhadap kesakralan Natoni lah yang justru menghambat pelestariannya.
Oral tradition is a form of communication media that belong to traditional communities. Natoni as an oral tradition is able to bring a lot of information about the traditional communities involved. As an oral tradition, Natoni's existence is not only a collection of poetry spoken by a person or group of people. Natoni is a media to show, introduce and pass down culture as well as the identity of the Dawan community to the next generation or to the wider community, so Natoni’s existence should be preserved. The purpose of this study are (1) exploring the message to be conveyed by the Dawan community through Natoni (2) identifying the importance of Natoni's oral tradition practice (3) exploration and identifying the use of Natoni as a media of cultural communication in the Dawan community (4) identifying efforts to preserve Natoni. This research is classified as a type of qualitative research with interpretative paradigm supported by relevant theories, such as the concept of cultural communication, oral traditions and the preservation of traditions. The object in this study is Natoni. Data collected through interviews with informants, observations and direct experience by researchers. Data analysis is carried out on an ongoing basis and is developed throughout the research process. Based on this study it can be concluded that Natoni is a pure oral tradition of poetry that can only be performed together with certain ceremonies or rituals, Natoni does not stand alone. The function of Natoni specifically depends on the type of ceremony that makes it as a speech, at the wedding ceremony Natoni acts as a tool to express the intentions and objectives as well as expectations of each bride, while at Natoni reception, Natoni is positioned as a tool to introduce culture as well as their identity as the people of the province of "Lais Ma Nekat" ie establishing good relations with God and others. Natoni's existence is still preserved to this day because of the permission of the church, unfortunately the Dawan people's trust in Natoni's sacredness actually hinders its preservation.
Kata Kunci : Tradisi lisan, komunikasi budaya, pelestarian budaya.