SIMBOL-SIMBOL MEGALITIK DI PULAU TERNATE DAN TIDORE Kajian Fungsi dan Makna Dalam Konteks Sosial Budaya Masyarakat Pendukungnya
NURACHMAN IRIYANTO, Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra, M.A., M.Phil ; Dr. Tular Sudarmadi, M.A.
2019 | Disertasi | DOKTOR ILMU-ILMU HUMANIORAMegalitik merupakan fakta kebudayaan yang hingga kini masih terus berlangsung dan dipelihara. Tradisi megalitik bukanlah hanya sekedar tentang batu besar, namun menyangkut kepada batu-batu yang mendapat perlakuan tertentu melalui ritual. Dengan kata lain pada batu tersebut terdapat makna, atau lebih tepatnya diberi makna oleh manusia yang mendirikan dan melestarikannya. Terdapat nilai-nilai pada batu-batu megalitik yang dianut secara bersama dan tetap dihormati oleh yang meyakininya. Sebagai sistem simbol, tradisi ini terus menerus mengalami perubahan pemaknaan oleh masyarakat sebagai pelaku kebudayaan tersebut bagi upaya kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara lebih mendalam simbol- simbol tradisi megalitik di Pulau Ternate Tidore sebagai salah satu bentuk dari fakta kebudayaan tersebut di atas. Rentang panjang kolonisasi manusia di kedua pulau ini telah memunculkan dialektika pemaknaan terhadap tradisi batu-batu besarnya, yang oleh masyarakat dikenal sebagai Jere. Dari hasil observasi lapangan yang dilakukan, dijumpai 99 (sembilan puluh sembilan) situs Jere di kedua pulau. Situs- situs Jere yang tersebar merata di kedua pulau gunung ini memiliki keunikan masing-masing yang ditunjukkan oleh praktik-praktik spiritual serta praktik sosial- budaya lainnya. Penelitian ini menggunakan paradigma fenomenologi dengan mengobservasi kehidupan sosial budaya yang berlangsung serta melihat aktivitas pelaku tradisi mendefinisikan dunianya. Pendekatan ini digunakan dalam melihat keajegan dan keselarasan serta efek yang ditimbulkan dari tradisi Jere di kedua pulau pada tatanan harmoni sosial yang terbangun. Dari proses pendalaman diketahui bahwa terdapat upaya hegemonik pada keberadaan megalitik Jere di kedua pulau. Hegemoni tersebut memunculkan kepercayaan di masyarakat, sehingga tradisi Jere merupakan kesadaran individu dan komunitas terhadap apa yang mereka yakini sebagai pengejawantahan rasa hormat terhadap hidup dan kehidupan. Keyakinan serta penghormatan masyarakat di kedua pulau terhadap masa lalu, masa kini, dan pengharapan akan masa mendatang merupakan cara pandang mereka terhadap realitas dunia natural dan supranatural. Jere adalah situs peribadatan di dunia yang bertujuan bagi kebaikan hidup bagi tercapainya kesempurnaan kehidupan. Dapat dikatakan bahwa Jere merupakan agama rakyat yang melingkupi pemikiran masyarakat di kedua pulau serta wilayah lain di Maluku Utara. Situs-situs Jere memberi efek yang positif bagi kehidupan bersama yang secara ideologis dimaknai sebagai strategi kehidupan. Dialektika inilah yang juga berusaha untuk dibangun secara berkelanjutan oleh institusi keraton Ternate Tidore melalui hegemoni budaya dengan berbagai ritual sosio humanistik.
Megalithic is a material cultural fact which can still be witnessed by the existence and ritual traditions that continue to be maintained. Megalithic is not just about boulders, but also concerns the stones that get the specific treatment through rituals. In other words, the stones have functions and meanings, or more precisely given the meaning by humans who founded and preserved them. There are values on megalithic stones shared together and respected by those who believe in them. As a symbol system, megalithic relics continue to experience changes in meaning by the community as cultural actors for the better life of the future. This study aims to find out the megalithic symbols in depth on Ternate Tidore Islands as a form of the cultural facts. The long range of human colonization on these two islands has led to a dialectic of the meaning of the great stones, which the community known as Jere. From the results of field observations, 99 (ninety-nine) sites of Jere are found on both islands. The sites spreading in these mountain islands have their own uniqueness as showed by their ritual practices. This study uses the phenomenology paradigm by observing the ongoing socio-cultural life as well as seeing the activities of the community supporting megaliths to define their world. This approach is used in observing the constancy, harmony and the effects of Jegal's megalithic functioning on both islands on the established social harmony. From the deepening process of using hermeneutics, it is known that the Jere megaliths are an individual and community awareness of what they believe as embodiment of respect for life and living. The beliefs and respect for the past, present, and hope for the future are their perspective on the reality of the natural and supernatural world. Jere is a worship site that aims for the goodness of life as well as the perfection of life. It can be said that Jere is a socio-religion that encompasses people's thinking on both islands and other regions in North Maluku. Jere's sites have a positive effect on shared life which is ideologically interpreted as a life strategy. This dialectic also strives to be built sustainably by the Ternate Tidore palace through cultural hegemony with socio-humanistic spiritualities.
Kata Kunci : Ternate Tidore, Megalitik, Fenomena, Jere, Hegemoni,Ternate Tidore, Megalitic, Phenomena, Jere, Hegemony.