Wayang Dalam Sosialisasi Pemilu. Studi Kasus: Peran Pertunjukan Wayang Cenk Blonk Dalam Sosialisasi Pemilu Bersama KPU Kota Denpasar
Kadek Novita Ratna Dewi, Dr. Haryanto, M.A.
2019 | Skripsi | S1 POLITIK DAN PEMERINTAHANSosialisasi pemilu merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) menjelang dilaksanakannya pemilihan umum di daerah maupun nasional. Sosialisasi pemilu dilakukan guna memberikan pengetahuan kepada masyarakat terkait pemilu, sekaligus meningkatkan partisipasi masyarakat dengan menggunakan hak suaranya dalam pemilu. Untuk mencapai tujuan tersebut, KPU melakukan berbagai cara, termasuk memanfaatkan berbagai media dalam melakukan sosialisasi. Saat ini berbagai media modern banyak digunakan oleh masyarakat, tidak terkecuali oleh KPU. Namun hal berbeda dilakukan oleh KPU Kota Denpasar yang memanfaatkan media non-konvensional dalam melakukan sosialisasi, yaitu melalui pertunjukan Wayang Cenk Blonk. Maka penelitian ini berfokus pada bagaimana Wayang Cenk Blonk sebagai sebuah kesenian tradisional berperan sebagai agen sosialisasi pemilu. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yaitu melalui observasi, wawancara, dokumen, dan studi pustaka. Wayang Cenk Blonk telah dijadikan sebagai agen sosialisasi pemilu oleh KPU Kota Denpasar sebanyak empat kali yaitu pada tahun 2009, 2013, 2015, dan tahun 2019. Digunakannya Wayang Cenk Blonk sebagai agen sosialisasi pemilu didasari oleh beberapa alasan yaitu; 1) Merupakan kesenian yang populer di Bali; 2) Sebagai sebuah karya seni yang memiliki sifat dan fungsi yang mendukung; 3) Dalang memiliki posisi yang netral dalam politik; dan 4) Secara tidak langsung membangun agen-agen sosialisasi lainnya. Materi yang disampaikan yaitu materi tidak langsung dan materi langsung. Dalam penyampaian pesannya dilakukan dengan adaptasi unsur-unsur budaya Bali serta disajikan dalam bentuk humor. Penyampaian pesan dilakukan dengan tiga tahap, yaitu; 1) Lakon Ramayana, dimana pesan-pesan terkait kepemimpinan dan kekuasaan secara tidak langsung disampaikan; 2) Adegan punakawan, dimana pesan disampaikan melalui dialog-dialog yang lucu dan ringan; dan 3) Dialog interaktif antara ketua KPU dan wayang untuk lebih memperjelas materi sosialisasi.
Election socialization is one of the main activities carried out by the General Election Commission (KPU) towards the regional and national elections. The socialization is conducted to provide knowledge to the public regarding the elections itself as well as increasing community participation by using their voting rights. To achieve this goal, KPU has applied various methods, including utilizing various media in conducting socialization. Currently, some modern media are widely used by the society, KPU is included. However, KPU in Denpasar City has done a different thing. It uses a conventional media in conducting the socialization, which is through Wayang Cenk Blonk performance. Thus, this research focuses on the Wayang Cenk Blonk as the traditional art which role is the agent of the election socialization. This research uses a qualitative descriptive study. The data collection techniques are obtained through observation, interviews, documents, and literature. Wayang Cenk Blonk has been used four times as the agent of election socialization by KPU in Denpasar City, specifically in 2009, 2013, 2015, and 2019. The use of Wayang Cenk Blonk as this specific agent is based on several reasons, such as; 1) It is a popular art in Bali; 2) It is a work of art that has the unique characteristics and functions; 3) The Puppeteer has a neutral position in politics; and 4) Indirectly builds the other socialization agencies. It delivers both direct and indirect materials. In delivering the message, it uses the adaptation of Balinese culture elements which is presented in a form of humor. The message delivery is done in three phases, those are; 1) The Ramayana play, where messages related to leadership and power are indirectly conveyed; 2) The dialogues of Punakawan, where messages are conveyed through funny and light dialogues; and 3) Interactive dialogue between the head of KPU and the puppet itself to further clarify the socialization materials.
Kata Kunci : Sosialisasi pemilu, agen sosialisasi, Wayang Cenk Blonk