Analisis Sosiopragmatik Terhadap Ungkapan Sumimasen
YASIR ABDILLAH, Drs. Eman Suherman, M.Hum
2019 | Skripsi | S1 SASTRA JEPANGPenelitian ini mebahas mengenai penggunaan ungkapan sumimasen di dalam percakapan bahasa Jepang, serta bagaimana penggunaannya dalam masing-masing ranah yang ada. Secara fungsi, ungkapan ini memiliki makna permisi, minta maaf, dan terima kasih. Akan tetapi, dalam beberapa situasi tutur, makna pragmatiknya berubah sesuai konteks dan tujuan dari penutur. Selain itu, dalam beberapa ranah, penggunaan fungsi ungkapan sumimasen memiliki persentase yang berbeda, sehingga pembahasan mengenai makna pragmatik ungkapan sumimasen, serta penggunaannya dalam beberapa ranah, menarik untuk dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna pragmatik yang terkandung dalam ungkapan sumimasen, serta penggunaannya dalam ranah tutur yang ada. Penelitian ini termasuk dalam kajian sosiopragmatik dengan teori tindak tutur, yang dikemukakan Searle, dan teori ranah tutur, yang dikemukakan Parasher. Teori tindak tutur memperlakukan tuturan tidak hanya sebagai pernyataan saja, tetapi sebagai sebuah aksi untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh penutur. Kemudian teori Ranah tutur yang dikemukakan Parasher, mengelompokkan tuturan kedalam ranah tertentu. Sehingga menggunakan kedua teori tersebut adalah suatu hal yang tepat. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil analisis terhadap 40 data percakapan yang diambil dari enam buku pelajaran berbahasa Jepang, diketahui makna pragmatik ungkapan sumimasen termasuk ke dalam tiga kategori tindak tutur ilokusi, yang dikemukakan oleh Searle. Yakni, asertif (memastikan, penyebutan, dan pernyataan), direktif (meminta tolong, menyapa, dan meminta ijin), dan ekspresif (meminta maaf, berterima kasih). Berdasarkan teori Ranah tutur, yang dikemukakan Parasher, muncul beberapa pengelompokan ranah, yakni ranah pertemanan, ketetanggaan, kemasyarakatan, transaksi, pendidikan dan kerja serta keluarga.
This study discusses the use of expressions of sumimasen expressions in Japanese conversation, as well as how they are used in each existing domain. Functionally, this expression has the meaning 'excuse me', 'apologize', and 'thank you'. However, in some speech situations, the meaning of pragmatics changes according to the context and purpose of the speaker. In addition, in some domains, the use of the sumimasen expression function has a different percentage, so the discussion on the meaning of pragmatic expressions of sumimasen, as well as their use in several domains, is interesting to do. The purpose of this study is to find out the meaning of pragmatics contained in the expression sumimasen, as well as its use in the existing speech domain. This research is included in the sociopragmatic study with speech act theory, which Searle put forward, and the spatial speech theory, which was stated by Parasher. Speech act theory treats speech not only as a statement, but as an action to do something that is desired by speakers. Then the theory of spatial speech revealed by Parasher, classifies speech into certain domains. So using these two theories is the right thing. Data analysis in this study used a qualitative descriptive method. Based on the analysis of 40 conversational data taken from six Japanese textbooks, these are known the pragmatic meaning of the sumimasen expression belongs to the three categories of illocutionary speech acts, proposed by Searle. These are, assertive (ensuring, mentioning, and statement), directive (asking for help, greeting, and asking for permission), and expressive (apologizing, grateful). Based on the theory of spatial speech, which was stated by Parasher, several domains emerged, these are the realm of friendship, neighbors, community, transactions, education, work and family.
Kata Kunci : Sumimasen, sosiopragmatik, ranah sosial, situasi tutur