KEMATIAN DALAM CERPEN-CERPEN KARYA DANARTO KAJIAN STRUKTURALISME GENETIK

SARJINAH ZAMZANAH, Prof. Dr. Sangidu, M. Hum., Dr. Pujiharto, M. Hum.

2019 | Disertasi | S3 Sastra

Masalah penelitian ini bagaimanakah kematian dalam cerpen-cerpen karya Danarto. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengungkap persepsi kematian pada cerpen-cerpan karya Danarto. Untuk mencapai tujuan itu, peneliti menggunakan teori strukturalisme genetik Goldmann. Penelitian ini menggunakan metode dialektik. Cara kerja dalam aplikasi metode ini: pemahaman dan penjelasan. Cerpen-cerpen dianalisis dan dijelaskan dengan dibantu rujukan dari luar teks. Untuk mengungkap persepsi kematian dicari melalui hubungan tokoh dengan tokoh, hubungan tokoh dengan lingkungannya. Kemudian, pikiran, gagasan, dan ide dari relasi tokoh dan lingkungan tersebut dipertentangkan dengan kelompok yang lainnya sehingga ditemukan pandangan dunia pengarang. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat variasi kematian, yakni mati rasa, mati raga, mati pikir, dan mati syahid. Untuk menuju kematian yang bahagia, manusia harus mati iradat, yakni mematikan hawa nafsu yang melupakan kesucian. Mati itu bahagia atau gembira karena hidup manusia sudah melalui tiga alam: alam ruh, alam kandungan, dan alam dunia. Hidup di dunia ini bagaikan peperangan yang hebat antara diri dan nasib. Maksudnya, manusia untuk menjemput nasib diperlukan peperangan/perlawanan demi kesucian. Untuk menerima nasib, manusia harus berpasrah diri atau menurut kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Dalam kebudayaan Jawa dikenal dengan filsafat ngeli (mengalir saja) karena hidup manusia di dunia merupakan proses. Inilah pemikiran sufi yang disuarakan Danarto. Kepasrahan yang melalui perjuangan untuk kematian yang bahagia inilah yang merupakan pandangan Danarto di dalam cerpen-cerpennya. Manusia seharusnya jangan mati rasa. Mati rasa dapat mempengaruhi penolakan mati raga karena manusia ingin menuruti hawa nafsunya yang melupakan kesucian. Karena hawa nafsu dominan mengakibatkan mati rasa sehingga dapat melupakan kematian yang membahagiakan.

The problem of this research is how death in Danartos short stories. The purpose of this study to reveal the perception of death in Danartos short stories. To achieve that goal, researchers used Goldmann's genetic structuralism theory. This research uses dialectical method. How it works in the application of this method: understanding and explanation. Short stories are analyzed and explained with the help of referrals from outside the text. To reveal the perception of death is sought through the relationship of the character with character, and character with his environment. Then, the thoughts and ideas of the relation of the character and the environment are contrasted with the other group so as to find the author's world view. The results of the research analysis show that Danarto's short stories contain four variations of death, namely the numbness, the death of body, death of tought, and martyrdom. To lead to the happy death, the man must die by iradat, that is to kill lust that forgets holiness. The death is happy or glad because human life has gone through three realms: the realm of the soul, the nature of the womb, and the nature of the world. Life in this world is like a great battle between self and fate. That is, humans to fetch the fate needed war / resistance for the holiness. To accept the fate, human beings must be entitled to self or according to the will of God Almighty. In Javanese culture known as ngeli philosophy (flowing only), because human life in the world is a process. This is the Sufi thought that Danarto voiced. Submission that through the struggle for a happy death is what Danarto's view in his short stories. Man should not be numb. Numbness can affect the rejection of death because humans want to indulge their lusts that forget the sanctity. Because the dominant lust leads to numbness so as to forget the happydeath.

Kata Kunci : cerita pendek, kematian, strukturalisme genetik, Short Stories, Death, Genetic Structuralism