Laporkan Masalah

In Search of Madurese Christian: Christian-Muslim Relation in Madura and Beyond

AKHMAD SIDDIQ, Dr. Fatimah Husein; Dr. Leonard C. Epafras

2019 | Disertasi | DOKTOR INTER-RELIGIOUS STUDIES

Sejak lama orang-orang Madura dikenal sebagai masyarakat Muslim yang taat. Mereka menjadikan Islam sebagai representasi sosial dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus mendaulat diri sebagai orang yang hidup abhental syahadat, asapo' iman, apajhung Allah, asandhing Nabbhi (berbantal syahadat, berselimutkan iman, berpayung Allah, dan berbekal nabi), diadaptasi dari pepatah Madura abental ombe' asapo' angin salanjengah (berbantalkan ombak berselimutkan angin selamanya). Meski demikian, masyarakat Madura tidak menafikan kehadiran kelompok masyarakat lain yang berbeda agama, semisal Kristen dan Buddha. Agama, dalam rentang sejarah Madura, telah meresap menjadi bagian dari budaya dan tradisi lokal, meskipun di masa sekarang Islam terlihat mengambil peran lebih banyak dibanding yang lain dalam mengkonstruksi atau merekonstruksi budaya Madura. Kesalingkaitan antara Islam dan tradisi lokal ini bisa dilihat dari aktivitas-aktivitas sosial maupun ritual keagamaan. Hal ini juga memengaruhi pola pandang dan interaksi masyarakat Madura dalam proses membangun identitas sosial mereka. Penelitian ini berupaya menjelajahi sejarah perkembangan agama Kristen di Madura dan bagaimana masyarakat Kristen berinteraksi dengan masyarakat Muslim Madura. Disertasi ini setidaknya berupaya menjelaskan tiga komunitas Kristen yang bersinggungan dengan budaya Madura. Pertama, orang Kristen Madura yang hidup di pulau Madura. Kelompok ini adalah komunitas kecil yang diwakili oleh individu-individu etnis Madura yang memeluk agama Kristen di tengah kuatnya asumsi umum bahwa semua orang Madura adalah Muslim. Kedua, orang Kristen Madura yang tinggal di luar pulau Madura. Sebagai contoh, penelitian ini memotret komunitas Kristen Madura yang ada di Sumber Pakem, Jember, dan bagaimana mereka berinteraksi dengan Muslim Madura. Ketiga adalah komunitas Kristen non-Madura yang tinggal di Madura. Mereka ini terdiri dari etnis Tionghoa, Jawa, Maluku, dan lainnya. Penelitian ini menjumpai bahwa setiap komunitas tersebut memiliki caranya sendiri dalam membangun interaksi dengan masyarakat Muslim. Dengan melihat sejarah Kristen di Madura yang banyak ditepikan dalam penulisan sejarah Kristen di Indonesia, penelitian ini ingin menjelaskan bagaimana ke-Kristen-an dapat bersinggungan dengan masyarakat Madura, bagaimana orang Madura memeluk agama Kristen, serta bagaimana mereka menghadapi pergulatan agama maupun tekanan sosial. Penelitian ini menggarisbawahi bahwa faktor ekonomi dan hubungan antar-personal memiliki peran penting dalam menjaga hubungan lintas agama, Islam dan Kristen. Sebagai pijakan teoritis, penelitian ini mengacu pada teori identitas sosial, frontier, dan teori interaksi sebagai pisau analisis dalam menyemai temuan-temuan penelitian.

Madurese people have been renowned for a long time as pious Muslims. They practice Islamic norms as social representation in maintaining and preserving cultural activities. Madurese Muslims recognize themselves as abhental syahadat, asapo' iman, apajhung Allah, asandhing Nabbhi (comforted by confession, covered by faith, pawned by God, and accompanied by the prophet), that is, altered from Madurese proverb abental ombe' asapo' angin salanjengah (always comforted by the ocean wave and covered by the wind). However, Madurese Muslims have also acknowledged the existence of other religions, such as Christianity and Buddhism. Religion, in the history of Madurese culture, was embedded within social custom and tradition. In today's Madura, Islam achieved bigger attention to construct, reconstruct, and influence the dynamics of Madurese tradition. The cultural linkage between Islam and local tradition could be presented in many social activities and rituals. This cultural attachment influences how Madurese look at social identity and group identification of others. This research attempts to scrutinize the history of Christianity in Madura, its presence and growth, and how Christian community interact with Muslim society. It will describe three Christian communities and their relation with Madurese culture. First is Madurese Christian living in Madura. This community is very small in number represented by Madurese individuals who embraced Christianity. The second is Madurese Christian living outside Madura. This research observes Madurese Christian community in Sumber Pakem Jember as an example to examine how the Christian community interact and engage within Muslim society, supported by in-depth interview with Madurese Individuals living in Surabaya and Tapal Kuda (the East Java Eastern Salient). The third is non-Madurese Christian living inside Madura, including Chinese, Javanese, and Moluccan. Each community reveals its own way to interact with Muslim society. By looking at the history of Christianity in Madura, which is somehow overlooked within history of Christianity in Indonesia, this research aims to elucidate how Christianity connects with Madurese society, what drives Madurese individuals to embrace Christianity, and how they reveal with religious worries and social perils. In this regard, this research highlights the role of economic accounts on preserving inter-religious relation as well as the efficacy of interpersonal interaction between Christian and Madurese Muslim. This thesis elaborates the theory of social identity, the concept of frontier and the theory of interactional ritual to analyze collected data and extort research findings.

Kata Kunci : Madura, Islam, Christianity, identity, and social interaction.

  1. S3-2019-389965-abstract.pdf  
  2. S3-2019-389965-bibliography.pdf  
  3. S3-2019-389965-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2019-389965-title.pdf