Pelanggaran HAM dan Perjuangan Demokrasi Era Park Chung Hee (1963-1979) dalam Puisi Taneun Mongmareumeuro Karya Kim Jiha: Kajian Semiotika dan Sosiologi Sastra
IFTA ATUL IZZA, Hwang Who Young, M.A.
2019 | Skripsi | S1 BAHASA DAN KEBUDAYAAN KOREAKorea Selatan adalah salah satu negara yang terkenal dengan perkembangan demokrasi yang pesat. Namun, untuk memperoleh demokrasi seperti sekarang ini, dahulu Korea Selatan mengalami kisah tragis demokrasi, khususnya di era Park Chung Hee. Sastrawan berperan penting dalam peraihan demokrasi di Korea Selatan, salah satunya adalah Kim Jiha dengan puisi Taneun Mongmareumero (1975). Puisi ini merupakan karya monumental tahun 1970-an. Oleh karena itu, diduga puisi ini mengandung kisah perjuangan demokrasi yang dialami dan dilihat oleh Kim Jiha yang terjadi di tahun 60-70an ketika Korea Selatan dipimpin oleh Park Chung Hee. Penelitian ini menelaah makna puisi serta pelanggaran HAM dan perjuangan demokrasi era Park Chung Hee (1963-1979) yang tercermin dalam puisi Taneun Mongmareumero (1975). Analisis dilakukan dengan mencari makna setiap kata dalam puisi berdasarkan teori semiotika Riffaterre (1978) dan menjelaskan pelanggaran HAM dan perjuangan demokrasi era Park Chung Hee (1963-1979) yang tercermin berdasarkan teori sosiologi sastra Ian Watt (1963). Hasil analisis semiotika pada pembacaan heuristik ditemukan bahwa puisi ini bercerita tentang kehausan terhadap demokrasi. Suasana dalam puisi Taneun Mongmareumeuro (1975) tampak penuh semangat dan tekad yang kuat untuk memerjuangkan demokrasi. Dari segi hermeneutik ditemukan bahwa puisi ini menggunakan kata-kata yang mampu menyampaikan makna puisi yang sesungguhnya, yaitu perjuangan dan penderitaan dalam mewujudkan demokrasi. Puisi ini mengisahkan perjuangan tokoh Aku untuk lepas dari penderitaan dan tekanan yang sedang dialaminya. Perjuangan yang sangat gigih diketahui dari pengulangan kalimat yang mengandung kata demokrasi dan menulis yang menggambarkan upaya tokoh Aku untuk mewujudkan demokrasi yang tidak hanya dilakukan sekali, tetapi berulang kali. Dari segi sosiologi sastra, pemakaian kata menulis yang sering muncul adalah sebagai sarana aktualisasi penyair. Kata menulis identik dengan pekerjaannya sebagai penyair. Penderitaan yang dialami Kim Jiha dan rekannya dalam upaya mewujudkan demokrasi tertuang dalam puisi, penderitaan tersebut berupa pelanggaran HAM atas kebebasan berpendapat, penangkapan, penyiksaan, hak untuk hidup, dan keadilan. Puisi Taneun Mongmareumeuro (1975) karya Kim Jiha adalah sebuah karya sastra yang mampu menggambarkan perjuangan demokrasi dan penderitaan masyarakat Korea Selatan di bawah rezim Park Chung Hee. Kata-kata dalam puisi mampu mewakili ekspresi kehausan demokrasi di era tersebut.
South Korea is one of the countries notable for its rapid democracy development. However, to obtain democracy in the present, South Korea underwent tragic history of democracy, especially in the era of Park Chung Hee. The role of the litterateurs were very significant in the achievement of democracy in South Korea, one of them was Kim Jiha through the poem Taneun Mongmareumero (1975). The reason this poem was chosen as the object of study is because this poem depicts his monumental work in the 1970s. It is highly assumed that this poem contains the storyies of the struggle for democracy experienced and seen by Kim Jiha that occurred in the 60-70s when South Korea was led by Park Chung Hee. This study analyzes the meaning of poem and the human rights violations and democracy struggle during Park Chung Hee era (1963-1979) which are reflected in poem. The analysis is carried out by scrutinizing at the meaning of each word in the poem by using Riffaterre semiotics (1978) and by explaining the human rights violations and democratic struggle in Park Chung Hee era (1963-1979) reflected in the poetry by using Ian Watt sociology literature (1963). The semiotic analysis and heuristic readings of this poem recites the story of Kim Jiha thirst for democracy. The atmosphere of Taneun Mongmareumero (1975) gives the impressions that the hearts of people were aflame and having determined will to uphold the democracy. Through hermeneutics, it was found that this poem uses words deemed being able to convey the true meaning of the poem, i.e. the struggles and sufferings in realizing democracy. This poem recites the story of the struggles experienced by the character I to escape the suffering and pressure in his era. A very persistent struggle is known from the repetition of sentences containing the words democracy and writing which describe the efforts of the character I to realize democracy that is not only done once, but repeatedly. From the perspective of sociology literature, the repetitive uses of a word writing which often appear in the poem are seen as means of self-actualization of the writer. Writing identically represents the writer who has passion for writing. The sufferings experienced by Kim Jiha and his colleagues in their effort to realize democracy are contained in poem. Apart from that, obviously seen in the tone of the poem are the existence of human rights violations, the lack of freedom of speech, the lack of justice, and also the existence of arrests, tortures in Park Chung Hee era. Kim Jiha Taneun Mongmareumero is a literary work capable of portraying the democratic struggles under Park Chung Hee regime. The words in poetry themselves are able to exemplify the expression of thirst for democracy in that era.
Kata Kunci : puisi, taneun mongmareumeuro, semiotika, sosiologi sastra, perjuangan, Korea Selatan masa Park Chung Hee