EMANSIPASI PEREMPUAN KETURUNAN ARAB OLEH PERSATUAN ARAB INDONESIA (1934-1942)
MAISARAH, Dr. Nur Aini Setiawati, Ph.D
2018 | Tesis | MAGISTER SEJARAHTulisan ini membahas tentang emansipasi terhadap perempuan keturunan Arab dalam Persatuan Arab Indonesia (PAI) kurun waktu 1934-1942. Tulisan ini bertujuan untuk menambah kajian sejarah perempuan di Indonesia. Tulisan ini menggunakan sumber-sumber resmi PAI seperti majalah Sadar, Insaf, dan Aliran Baroe, surat kabar, cerita-cerita pengalaman dan wawancara. Selain itu penelitian in juga menggunakan sumber naskah cerita sandiwara dan foto-foto yang terkait dengan emansipasi perempuan keturunan Arab di Indonesia. Sejak awal kedatangannya, orang-orang Arab di Indonesia hidup sesuai dengan adat dan tradisi yang mereka bawa dari Hadramaut. Hingga awal abad ke-20 adat dan tradisi ini mengalami gesekan. Stratifikasi sosial telah memecah masyarakat Arab di Indonesia. Adat dan tradisi ini juga berpengaruh terhadap kondisi sosial perempuannya. Perempuan keturunan Arab hidup dalam adat pingit yang membatasi interaksinya. Adat pingit juga telah membatasi hak-hak perempuan dalam menentukan jodohnya. Tak hanya itu, mereka juga dibatasi dalam hal pendidikan. Kondisi sosial perempuan dan konflik tersebut kemudian menjadi pemantik berdirinya PAI dari pemuda Arab peranakan yang berusaha untuk menyatukan masyarakat Arab menuju nasionalisme Indonesia. Mendobrak emansipasi perempuan juga menjadi tujuan utama PAI berdasarkan pada ajaran agama Islam. Ide-ide emansipasi tersebut kemudian direpresentasikan dalam bentuk tulisan dalam majalah-majalah yang berisi kritik terhadap nasib perempuan yang berupa artikel, opini, surat pembaca, dan puisi. Ide emansipasi perempuan juga hadir dalam bentuk cerita sandiwara Tooneel Fatimah sebagai kritik sosial. Dalam bentuk nyata, berdirinya PAI Istri merupakan puncak emansipasi yang didobrak PAI terhadap perempuan keturunan Arab di Indonesia. Melalui PAI Istri, perempuan tidak hanya cakap di dalam rumah tangganya, tetapi juga diberi kesempatan untuk hadir berkontribusi untuk masyarakat.
This research discusses the womans emancipation of Arab descents in Persatuan Arab Indonesia (PAI) in the period of 1934-1942. This research aims to increase the historical study of the women in Indonesia. The sources of this research using official literature from PAI such as Sadar, Insaf, and Aliran Baroe magazine, newspapers, stories of experiences and interviews. In addition, this research is also observing the images and photographs literature of the emancipation of Arabic women descents in Indonesia. Since the beginning of their arrival, the Arabs in Indonesia lived according to the customs and traditions they brought from Hadramaut. Until the beginning of the 20th century, the customs and traditions of Arabs experienced friction. A stratification had divided Arab society in Indonesia. This tradition also affects the social conditions of women. Women of Arab descent live in a pingit tradition and therefore limits their interaction. Pingit tradition also controlled womens rights in determining their husband. Moreover, they also have a limitation in terms of their education. This conditions along with the conflicts on the Arabic woman become the trigger for the establishment of PAI, initiated from youth Arabic man who is seeking to unite Arab society towards Indonesian nationalism. The establishment of women emancipation is also the goal of PAI based on the teachings of Islam. The ideas of emancipation were written in opinion, articles, poetry, and letters of readers. The idea of emancipation to break the custom that restrained Arab women is also present in the form of the story of Tooneel Fatimah as social criticism. In their real form, the establishment of the PAI Istri is the peak of emancipation that PAI brought into the women of Arab descent in Indonesia. Through PAI Istri, women are given the opportunity to not only capable in their household but also able to contribute to the community.
Kata Kunci : emansipasi, perempuan Arab, keturunan Arab, PAI, Arab Indonesia