Redesain Museum Wayang Kekayon Yogyakarta Dengan Pendekatan Space Binding

K M FAUZAN NUR IMAMI, Prof. Ir. T. Yoyok Wahyu S., M.Eng., Ph.D.

2018 | Skripsi | S1 ARSITEKTUR

Wayang adalah salah satu dari banyak budaya yang telah diakui oleh organisasi UNESCO sebagai pusaka warisan dunia. Maka, wayang sebagai suatu pusaka perlu dilestarikan. Salah satu cara untuk melestarikan suatu bentuk pusaka adalah membuat suatu museum untuk menampung pusaka tersebut. Museum Wayang kekayon telah dibuat jauh sebelum wayang diakui oleh UNESCO sebagai pusaka warisan dunia, maka museum tersebut memiliki peran vital dalam pelestarian budaya wayang. Museum Wayang Kekayon menghadapi beberapa banyak masalah, salah satu masalah tersebut adalah fenomena museum fatigue. Fenomena ini membuat pengunjung museum merasa letih secara mental sehingga tidak bisa memproses informasi dari pameran museum. Permasalahan ini sangat penting untuk diselesaikan, karena salah satu fungsi dari suatu museum adalah penyampaian informasi dan mengedukasi pengunjung tentang isi dari museum tersebut. Terdapat beberapa masalah lainnya, seperti jumlah pengunjung yang menurun dan juga bentuk komunikasi yang buruk antara pengunjung dengan konten museum. Masalah-masalah ini dapat mengakar pada fenomena museum fatigue, yang membuat fenomena tersebut menjadi prioritas penyelesaian masalah secara arsitektural. Suatu pendekatan yang dapat mengurangi museum fatigue adalah space binding. Pendekatan ini berfokus pada variasi sifat ruang, dan variasi antar ruang tersebut dapat digunakan untuk mengurangi museum fatigue. Dengan konsep storytelling architecture serta penggunaan storyline sebagai basis alur konten, pendekatan space binding diharapkan dapat menyelesaikan masalah museum tersebut, dan menciptakan lingkungan museum yang informatif, menarik, dan berfungsi sebagai metode preservasi wayang secara optimal.

Wayang is one of many cultures that has been acknowledged by the organisation UNESCO as a world heritage. Therefore, wayang as a heritage must be preserved. One way of preserving and conserving a piece of heritage is developing a museum dedicated to said heritage. Kekayon Wayang Museum was created long before wayang was acknowledged as a world heritage, so the museum has a vital position of wayang preservation. The museum suffers from problems, one of which is the museum fatigue phenomenon. The phenomenon causes visitors of the museum to feel mentally tired and therefore unable to process information from the museum exhibition. It is vital to fix this problem, because one of the functions museums must do is to tell information and educating the visitors about the contents of the museum. There are some other problems too, such as the decreasing amount of visitors and also the poor form of communication between visitors and the museum contents. These problems could be rooted to the museum fatigue phenomenon, thus creating museum fatigue as the utmost problem to solve, architecturally. One approach that might be able to prevent museum fatigue is "space binding". This approach focuses on the variations of the space's openness and closeness, and said variations between spaces could be utilised to prevent museum fatigue. With the concept of storytelling architecture, and the utilisation of storyline based content, the space binding approach might be able to solve the museum's problems, and create a museum that is informative, attractive, and able to function optimally as a method of wayang preservation.

Kata Kunci : wayang, museum, binding, space, architecture, storyline, arsitektur, desain