Laporkan Masalah

PEMAKNAAN SERAGAM PADA JAMAAH PENGAJIAN SELAPANAN NAHDLATUL ULAMA (NU) DI KECAMATAN TEGALREJO, KABUPATEN MAGELANG

RAISA ARUM AZIMAH, Dr. Muhammad Supraja, S.Sos., SH., M.Si.

2018 | Skripsi | S1 SOSIOLOGI

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya konsumsi seragam dan munculnya model seragam yang berbeda dari seragam batik Muslimat NU pada pengajian selapanan NU Minggu Pahing di Tegalrejo. Pakaian gamis menjadi model yang paling diminati oleh para muslimat NU di Tegalrejo saat ini padahal pakaian model ini jarang ditemukan di pengajian selapanan belasan atau puluhan tahun silam. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu konteks historis pengajian selapanan muslimat NU, bagaimana para muslimat berpakaian seragam, bagaimana cara pemilihan seragam tersebut serta bagaimana pemaknaan seragam itu sendiri. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Semiotika Roland Barthes untuk menemukan pemaknaan seragam pengajian pada jamaah pengajian selapanan Muslimat NU. Metode digunakan untuk menemukan makna melalui fragmen ideologi atau konotasi dalam sistem konotasi yang didahului oleh tanda-tanda yang nampak dalam seragam kemudian dikaitkan dengan kondisi di masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seragam pengajian muslimat NU di Tegalrejo mengalami perubahan namun seragam muslimat NU tetap tidak ditanggalkan. Karakteristik komodifikasi Islam di Indonesia muncul juga pada kelompok Muslimat NU di Tegalrejo namun tidak menjadikan mereka pembeli yang emosional. Model gamis yang banyak digemari lebih karena untuk kenyamanan dan selera pribadi. Masyarakat menganggap seragam sebagai sesuatu yang penting dan dimaknai sebagai identitas, kekompakan, dan pemersatu dari kesenjangan.

This research do exist as emerging another style of uniform beside batik Muslimat NU and high consumption of uniform in participants of Selapanan Minggu Pahing recitation in Tegalrejo. Gamis (robe) become the most favorite style among participants of Muslimat NU in Tegalrejo today. Different from previous decades, this style rarely found in Selapanan recitation. This research aim to find out historical context of Selapanan Muslimat NU Recitation, how the participants wear their uniform, how about the mechanism to choose the uniform among the participants, and how is the meanings of uniform itself in that community. Qualitative method was used in the study with the approach Roland Barthes�¢ï¿½ï¿½s semiotics to find meanings of uniform recitation in participants of Selapanan Muslimat NU recitation. The method used to discover the meaning through fragments of ideology or connotation in the system of connotation which preceded by signs visible in uniform then associated with the conditions in the community. The research result show that there is change about the style preference of uniform in Tegalrejo, however batik uniform of Muslimat NU still exist. Characteristics of Islamic commodification in Indonesia also appear in Muslimat NU Tegalrejo but it is not make them become emotional consumers. Gamis (robe) much more popular for comfort and personal taste. The people thought that uniform as something significant that is understood as the identity, harmony, and unifying from the gap.

Kata Kunci : Seragam, Muslimat NU, pemaknaan

  1. S1-2018-364738-abstract.pdf  
  2. S1-2018-364738-bibliography.pdf  
  3. S1-2018-364738-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2018-364738-title.pdf