Laporkan Masalah

Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tari Bedhaya Ketawang Keraton Surakarta

NABILA NUR TSABITA, Dr. Septiana Dwiputri Maharani

2018 | Skripsi | S1 FILSAFAT

Penelitian ini berjudul "Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tari Bedhaya Ketawang Keraton Suarakarta". Bedhaya Ketawang merupakan Sebuah tari putri Jawa klasik yang hanya dimiliki Keraton Surakarta. Tari Bedhaya Ketawang ini diperagakan oleh sembilan penari putri yang masih perawan. Tarian Bedhaya Ketawang ini diyakini menggambarkan tentang cinta kasih Kanjeng Ratu Kidul kepada Panembahan Senopati. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keistimewaan yang dimiliki Bedhaya Ketawang. Tari Bedhaya Ketawang sebagai objek material dan hierarki nilai Max Scheler sebagai kacamata analisa, karena nilai dan manusia tidak dapat dipisahkan. Nilai menjadi dasar bagi manusia dalam membentuk identitas diri dalam hidup bermasyarakat. Tujuan penelitian ini antara lain: 1) Menjelaskan Tari Bedhaya Ketawang Keraton Surakarta. 2) Menjelaskan hierarki nilai hierarki nilai Max Scheler terhadap tari Bedhaya Ketawang Keraton Surakarta. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang bersifat kualitatif, dengan telaan kepustakaan yang diambil dengan teknik historis faktual tentang tokoh, teks, naskah, atau buku. Unsur-unsur metodis analisis yang digunakan adalah deskriptif, interpretasi, kesinambungan, holistika, dan koheren. Hasil penelitian: 1) Tari Bedhaya Ketawang Keraton Surakarta merupakan suatu bentuk warisan budaya yang harus dilestarikan keberadaannya terutama dilingkungan Keraton Surakarta. Tari Bedhaya Ketawang berasal dari kata Bedhaya yang merupakan komposisi tari putri gaya Surakarta dan Yogyakarta yang dibawakan oleh sembilan orang. Bedhaya Ketawang merupakan reaktualisasi mistis keturunan Panembahan Senopati sebagai Raja Mataram Baru yang pertama dengan penguasa laut selatan Kanjeng Ratu Kidul. Tari Bedhaya Ketawang dianggap sebagai upacara sakral oleh Keraton Surakarta, karena kesakralannya tari Bedhaya Ketawang ditampilkan setahun sekali pada saat upacara ulang tahun penobatan raja. Pementasan tari Bedhaya Ketawang yang bersamaan dengan upacara ulang tahun penobatan raja tidak lepas dari fungsi Bedhaya Ketawang itu sendiri yaitu sebagai bukti eksistensi seorang raja yang sedang bertahta. 2) Nilai-nilai yang terkandung dalam tari Bedhaya Ketawang Keraton Surakarta menurut tinjauan hierarki nilai Max Scheler yang tertinggi mencapai nilai spiritual, diikuti nilai kehidupan kemudian yang paling rendah adalah nilai kenikmatan.

This research is entitled "Review of the Philosophy of the Value of Max Scheler against Bedhaya Ketawang dance of the Palace of Suarakarta". Bedhaya Ketawang is a classic Javanese women's dance that is only owned by the Surakarta Palace. Bedhaya Ketawang dance is exhibited by nine female dancers who are still virgins. Bedhaya Ketawang's dance is believed to depict the love of Kanjeng Ratu Kidul to Panembahan Senopati. This research was motivated by the privilege of Bedhaya Ketawang. Bedhaya Ketawang dance as a material object and Max Scheler's hierarchy of values as an analysis lens, because values and humans cannot be separated. Value becomes the basis for humans in shaping self-identity in community life. The objectives of this study include: 1) Explaining Bedhaya Ketawang Dance, Surakarta Palace. 2) Explain the hierarchy of Max Scheler's value hierarchy on Bedhaya Ketawang dance, Surakarta Palace. The data collection of this study uses a qualitative type of research, with the literature being taken with factual historical techniques about characters, texts, texts, or books. The methodical elements of the analysis used are descriptive, interpretation, continuity, holistic, and coherent. Research results: 1) Bedhaya Ketawang dance Surakarta Palace is a form of cultural heritage that must be preserved, especially in the Surakarta Palace. Bedhaya Ketawang dance comes from the word Bedhaya which is a composition of Surakarta and Yogyakarta-style female dance performed by nine people. Bedhaya Ketawang is a mystical reactualization of the descendants of Panembahan Senopati as the first New Mataram King with the ruler of the southern sea of Kanjeng Ratu Kidul. Bedhaya Ketawang dance is considered a sacred ceremony by the Surakarta Palace, because the sacredness of the Bedhaya Ketawang dance is shown once a year during the ceremony of the king's coronation. The performance of Bedhaya Ketawang dance, which coincided with the anniversary ceremony of the king's coronation, was inseparable from the function of Bedhaya Ketawang itself, which was a proof of the existence of a king who was in power. 2) The values contained in the Bedhaya Ketawang dance of the Surakarta palace according to Max Scheler's hierarchy of values, namely the highest achieves spiritual values, followed by the value of life then the lowest is the value of enjoyment.

Kata Kunci : Tari Bedhaya Ketawang, Hierarki Nilai, Nilai Spiritual.

  1. S1-2018-362535-abstract.pdf  
  2. S1-2018-362535-bibliography.pdf  
  3. S1-2018-362535-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2018-362535-title.pdf