Aspek Kerentanan Permukiman Dalam Program Penanganan Permukiman Kumuh Di Kota Ambon
WILHELMINA MUSILA, Retno Widodo Dwi Pramono, S.T., M.Sc., Ph.D.; Dr.Ir. Dwita Hadi Rahmi, M.A.
2018 | Tesis | MAGISTER PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAPermukiman kumuh merupakan salah satu masalah yang kompleks. Penangananya membutuhkan berbagai pendekatan baik dari segi fisik lingkungan, ekonomi maupun sosial masyarakat. Pemerintah Indonesia telah meluncurkan berbagai program penanganan kumuh baik dalam skala nasional maupun skala daerah dan kawasan. Dari waktu ke waktu program-program penanganan kumuh tersebut terus mengalami perbaikan dan inovasi untuk menjawab permasalahan permukiman kumuh perkotaan. Disisi lain perubahan iklim secara global, perubahan pemanfaatan lahan, urbanisasi serta sejumlah tantangan ekonomi dan sosial perkotaan turut mempengaruhi sistem permukiman perkotaan. Tekanan perubahan lingkungan fisik dan sosial ekonomi tersebut tentunya mempengaruhi kerentanan dan ketangguhan perkotaan secara umum dan khususnya permukiman kumuh. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana program penanganan permukiman kumuh telah mempertimbangkan aspek kerentanan permukiman sebagai komponen pembentuk permukiman yang tangguh dan berkelanjutan. Penelitian dilakukan pada limabelas lokasi kumuh di Kota Ambon yang merupakan kota di pulau kecil dan memiliki karakteristik unik yang turut berpengaruh terhadap kerentanan permukimannya. Penelitian ini menggunakan metode deduktif kualitatif. Dengan pendekatan konsep kerentanan yang terdiri dari eksporsue, sensitivity dan adaptif capacity yang dimodifikasi ke dalam indikator-indikator yang mewakili setiap variabel. Penilaian dilakukan dengan teknik skoring, selanjutnya analisis deskriptif dilakukan untuk penjelasan lebih lanjut keterkaitan dan kesesuaian kegiatan penanganan permukiman kumuh dengan tingkat kerentanan. Data primer melalui observasi dan wawancara digunakan untuk mempertegas hasil analisis dan konfirmasi terhadap data sekunder. Temuan penelitian menunjukkan dari seluruh jenis kegiatan penanganan di lima belas lokasi, penanganan terkait aspek eksporsure sebanyak 10%, aspek sensitivity 77% dan aspek adaptif capacity sebanyak 13%. Kesesuaian penanganan dengan kerentanan utama permukiman adalah 59%, tidak sesuai kerentanan utama 33% dan kegiatan pelengkap sebanyak 8%. Faktor- faktor yang mempengaruhi kesesuaian kegiatan dengan tingkat kerentanan terdiri dari faktor umum dan faktor khusus. Faktor umum meliputi kebijakan pembangunan daerah, keterpaduan data, sumber pendanaan dan koordinasi lintas sektor. Faktor khusus terkait dengan komponen kerentanan, yang memiliki sifat-sifat tertentu sehingga membutuhkan penanganan khusus baik dalam skala kawasan maupun kota.
Slums are a complex problem. The handling requires a variety of approaches both in terms of physical environment, economic and social community. The Indonesian government has launched a variety of slum upgrading programs both on a national and regional scale. From time to time the slum upgrading programs continue to improve and innovate to address the problems of urban slums. On the other hand, global climate change, land use change, urbanization,urban economic and social challenges also influence urban settlement systems. The pressure on changes in the physical and socio-economic environment certainly affects urban vulnerability and resilience in general and especially slums.This research was conducted to find out how far the slum upgrading program has considered the settlement vulnerability aspect as a component to create a resilient and sustainable settlement. The study was conducted on fifteen slum locations in Ambon City, as a city on a small island that has unique characteristics and influences the vulnerability of settlements. This study uses qualitative deductive methods. Using concept of vulnerability consists exporsure, sensitivity and adaptive capacity that is modified into indicators that represent each variable. The assessment was carried out by scoring techniques, then descriptive analysis was carried out to further explain the linkages and suitability of the activities of upgrading with the level of vulnerability. Primary data through observation and interviews are used to confirm the results of the analysis and confirmation of secondary data. The findings of the study showed that from all types of upgrading activities in fifteen locations, activities related to exporsure aspects were 10%, sensitivity aspect were 77% and adaptive capacity aspect were 13%. The suitability of upgrading activities with the main vulnerability of settlements is 59%, not in accordance with the main vulnerability of 33% and complementary activities as much as 8%. Factors that influence the suitability of activities with the level of vulnerability consist of general factors and specific factors. General factors include regional development policies, data integration, funding sources and cross-sector coordination. Specific factors are related to the component of vulnerability, which has certain characteristics that require special handling both on a regional and city scale.
Kata Kunci : Permukiman kumuh, keretanan permukiman, kegiatan penanganan