Representasi Trauma Melalui Tubuh Perempuan Jepang dalam Counter Cinema Pink Film Antiporno (2016)
YUSRINA PRADIPTA A, Dr. Budi Irawanto, M.A
2018 | Tesis | MAGISTER KAJIAN BUDAYA DAN MEDIAPenelitian ini bertujuan untuk menjelaskan trauma yang tampak dalam representasi tubuh perempuan di film Antiporno yang merupakan salah satu dari proyek roman porno reboot yang kembali dirilis setelah 45 tahun berlalu. Penelitian ini menggunakan metode diskursus Lacan untuk menjelaskan hasrat-hasrat yang direpresentasikan oleh karakter utama film yakni Kyoko. Interupsi hasrat itu dihadirkan sutradara sekaligus penulis film melalui teknik counter cinema. Temuan penelitian menunjukkan bahwa hasrat Kyoko selalu terepresi oleh kondisi sekelilingnya sehingga menimbulkan trauma dan halusinasi yang membuat Kyoko menjadi skizofrenik. Kondisi Kyoko ini mencerminkan kondisi masyarakat Jepang yang juga skizofrenik pasca perang dunia ke-II. Kehadiran adegan demonstrasi menolak kebijakan security bills yang dimunculkan di film merupakan bentuk penolakan terhadap pemerintah Jepang yang ingin menjadikan negaranya sebagai pasifis proaktif. Ketakutan masyarakat Jepang akan peperangan diwujudkan dalam tubuh Kyoko yang histeris setiap melihat halusinasi berupa video yang menampilkan flashback pemerkosaan dirinya. Antiporno membuktikan bahwa genre Pink Film terutama roman porno reboot masih memposisikan perempuan sebagai sosok yang harus menanggung derita dan trauma. Sementara laki-laki, serta Jepang, menjadi sosok yang sempurna dan tidak sudi mengakui kekalahan.
This study aims to explain the trauma in the representation of the female body in Antiporno, a porn reboot romance film projects that are re-released after 45 years have passed. This research uses Lacan discourse method to explain the desires represented by the main character that is Kyoko. Interruption of the desire is presented by the director and film writer through counter cinema technique. The research findings show that Kyoko's desire is always repressed by her surroundings, causing trauma and hallucinations that make Kyoko schizophrenic. Kyoko's condition reflects the condition of Japanese society that became schizophrenic after their defeat in World War II. The presence of demonstration scenes against the security bills depicted in the film is a form of rejection of the Japanese government that wants to make its country as a pacifist proactive. The Japanese people's fear of war is manifested in Kyoko's hallucination and her hysterical, manic behavior every time she watched flashback video showing her being raped. Antiporno proved that the Pink Film genre, especially roman porn reboot, still positioned women as people who had to endure suffering and trauma. While men, as well as Japan, remain perfect and unwilling to admit defeat.
Kata Kunci : pink film, roman porno, memory, trauma, body, schizophrenia