Laporkan Masalah

PEREMPUAN TANGGUH: STUDI ETNOGRAFI FEMINIS TERHADAP EMPAT PENDAKI GUNUNG PEREMPUAN DI YOGYAKARTA

RIVAN BUDI PRASETYA, Dr. Pande Made Kutanegara, M.Si.

2018 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYA

Secara kontekstual, mendaki gunung merupakan suatu kegiatan berjalan mendaki pegunungan dengan mengerahkan seluruh kemampuan untuk mencapai titik tertinggi. Mendaki gunung dikategorikan sebagai olahraga alam bebas karena menjadikan gunung sebagai objeknya. Kegiatan mendaki gunung tergolong sebagai olahraga petualangan dan ekstrem sehingga diperlukan keahlian khusus dan fisik yang prima. Seiring dengan globalisasi yang dibarengi dengan kemajuan teknologi dan informasi, kini mendaki gunung telah bertransfomasi menjadi sebuah trend anak muda yang dipraktikkan sebagai gaya hidup baru. Selama ini berkembang anggapan jika mendaki gunung merupakan ranah maskulin akibat determinasi sosial yang muncul di masyarakat. Konstruksi sosial yang terbentuk menciptakan stereotip mengenai perempuan sebagai sosok yang lemah dan tidak cocok bergelut dengan kegiatan mendaki gunung. Stereotip yang ada di tengah publik masuk dengan membawa pandangan sebagai kegiatan laki-laki sehingga anggapan tersebut seolah telah mengkesampingkan partisipasi perempuan untuk andil di kegiatan ini. Seiring dengan berjalannya waktu dan mudahnya mendapatkan informasi, perempuan sudah mampu menampakkan diri. Mendaki gunung tidak lagi dimonopoli oleh kaum laki-laki dan lambat laun demonstrasi maskulinitas mulai terkikis. Saat ini perempuan sudah mampu keluar dari bayang-bayang laki-laki sebagai bentuk penyetaraan dan penerimaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang praktik-praktik mendaki gunung yang berlangsung di kalangan perempuan, langkah-langkah persiapan yang dilakukan dan menganalisis perkembangan trend mendaki gunung yang dilakukan oleh perempuan. Penelitian dilakukan dari Maret sampai Juli 2017. Pengambilan data dilakukan dengan melakukan observasi partisipasi dengan mengikuti aktivitas mendaki gunung yang dilakukan oleh informan. Untuk menunjang data yang lebih valid dilakukan wawancara mendalam kepada empat orang. Selanjutnya acuan data tambahan dilakukan dengan studi pustaka dan literatur sebagai pendukung data sekunder. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang kemudian di olah dan dianalisis secara deskriptif. Mereka yang dijadikan informan adalah perempuan yang ada di Yogyakarta dan aktif mendaki gunung. Hasil dari penelitian ini menunjukkan jika perkembangan budaya mendaki gunung saat ini yang dilakukan sebagai satu aktivitas bagi perempuan mempunyai makna penting di dalam praktiknya. Mendaki gunung tidak hanya dijadikan sebagai suatu ajang pamer kekuatan, tetapi lebih dari itu muncul suatu pemaknaan di dalam relasi sosial. Selanjutnya mendaki gunung dilakukan sebagai alternatif gaya hidup di tengah tingginya mobilitas kehidupan anak muda perkotaan. Mendaki gunung juga dijadikan sebagai media di dalam membangun citra perempuan di tengah isu kesetaraan gender.

Contextually, mountain climbing is an activity by moving all the ability to reach the summit. Mountain climbing is categorized as a wild sport because it makes the mountain as object. These activities are classified as an adventure and extreme sport, requiring extra skills and excellent physical skills. Along with globalization advances in technology and information, now climbing the mountain has turned into a lifestyle trend of young people. By far, mountain climbing is considered as masculine domain, due to social determination that emerged in society. Social construction forms a stereotype for women as a figure unsuited to mountain activities. The public stereotype suggests that mountain climbing is a men's activity so the assumption has ruled out women's participation in this activity. As time passes and easy to get the information, women are able to participate. Mountain climbing is no longer monopolized by men and gradually masculinity begins to diminish. Currently ,women are able to get out from comfort zone as a form of equalization and acceptance. This study purpose to find out about mountain climbing practices, preparatory steps, and analyzing behavior that take place among women. The study was conducted from March to July 2017. The data were collected by participant observation by following the activity of the informant while climbing the mountain and interviews with four peoples to support more valid data. Furthermore, additional data reference by literature study as secondary data support. This study uses qualitative method then processed and analyzed descriptively. Those informants were women who were live in Yogyakarta and actively climbed the mountain. The results of this study indicate that development of mountain climbing culture is now increasing among women. Climbing a mountain is not only a showcase of power, but more than that there is a sense of meaning in social relationships. Furthermore, mountain climbing become an alternative lifestyle in the middle of urban youth life. Mountain climbing is also used as a medium to build image of women in the midst of gender equality issues.

Kata Kunci : Mendaki gunung, trend, perempuan, kesetaraan gender

  1. S1-2018-318383-abstract.pdf  
  2. S1-2018-318383-bibliography.pdf  
  3. S1-2018-318383-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2018-318383-title.pdf