Reproduksi Male Gaze Oleh Sutradara Perempuan Dalam Film Horor Indonesia

NASTITYA DIESTA W, Dr. Wening Udasmoro, DEA, M.Hum

2018 | Tesis | MAGISTER KAJIAN BUDAYA DAN MEDIA

Dunia yang di kuasai oleh laki-laki berdampak pada pandangan yang muncul dalam film. Perempuan oleh laki-laki selalu ditempatkan sebagai sosok pasif yang diberikan citra oleh laki-laki, pasif dan berperan sebagai obyek erotik laki-laki. Keseluruhannya dalam kungkungan dominasi laki-laki. Pocong Keliling dan Tali Pocong Perawan adalah satu dari sekian banyak film yang dihadirkan oleh sutradara perempuan yang menempatkan perempuan sebagai obyek pasif. Penelitian ini dibaca dengan menggunakan pendakatan semiotika Christian Metz dengan mendeskripsikan large syntagmatic. Dengan membawa konsep male gaze milik Laura Mulvey dengan melihat film dengan tiga hal yaitu identifikasi narsistik siapa pemilik pandangan, dan identifikasi scophopolic yang turut menyoal paparan penyematan perempuan sebagai obyek erotik sebagai jalan menuju voyeuristik dan fetisistik. Hasil penelitian yang tampak bahwa identifikasi narsistik sendiri-pun ada kecenderungan untuk menghadirkan hierarki yang bertujuan melanggengkan maskulinitas. Identifikasi narsistik melalui tokoh maskulin yang di sampaikan oleh the self sebagai penampakan ego yang lebih kuat dan langgeng, sementara identifikasi scophopolic voyeuristik dan fetisitik dibawa oleh laki-laki liyan yang kemaskulinitasannya telah di hegemoni oleh laki-laki maskulin. Jika menghadirkan diri sebagai laki-laki maskulin yang dipandang, tidak membuat perempuan kemudian dapat memandang laki-laki sebagai obyek erotik. Hal ini tetap menempatkan perempuan sebagai sosok yang dipandang, dan male gaze di reproduksi dihadirkan dan cenderung di kukuhkan. Karakter perempuan coba di hadirkan dengan mencoba keluar dari stereotip feminitas tradisional, seperti bekerja dan berperan di ranah publik, menjadi tokoh yang aktif dalam aktivitas seksual. Ironinya, perempuan tidak diposisikan untuk menikmati keaktifannya erotiknya dalam layar. Artinya sudut pandang perempuan tidak hadir, malah tetap dalam usaha mengobyektifikasi tubuh sendiri. Perempuan juga turut hadir dalam konsep medusa yang digambarkan sebagai perempuan kuat, superior, cantik, pusat perhatian semua laki-laki namun jahat. Melalui pandangan orang ketiga serba tahu membuat gerak-gerik perempuan diawasi pandangannya oleh penonton dihadirkan melalui internalisasi diri, menjadi pusat pandangan laki-laki, menjadi pengendali sosial masyarakat.

The world which ruled by men has impacted the perspectives that occur in movies. Women always positioned as a passive figure that being imaged by men, passive and play as an erotic object of men; entirely immersed by men domination Pocong Keliling and Tali Pocing Perawan one from a lot of film that put woman as passive object. This research is read by using the semiotic approach of Christian Metz by describing the large syntagmatic. Movie is reviewed from the concept of male gaze proposed by Laura Mulvey by carrying three things, namely the narcissistic identification of the gaze sources, and the scophopolic identification regarding the exposure of women embedding as the erotic object as the way towards voyeuristic and fetishistic. The research results show that the narcissistic identification itself also has a tendency to present the hierarchy aimed to perpetuate masculinity. The narcissistic identification through the masculine actor delivered by the self as the entity of ego that stronger and more preserved, while the scophopolic-voyeuristic and fetishistic carried by the other men in which their masculinity has been hegemonized by masculine men. If representing oneself as masculine men that being watched, it does not solely make women to be able to perceive men as erotic object. This condition still put women as watched figures and male gaze is reproduced and presented which tend to be established as well. However, the character of women is presented by attempting to dismiss the stereotype of traditional feminist, such as occupied and responsible figures in public domain as well as become the active figures in sexual activity although women are not positioned to relish the erotic activeness on screen. It means that the women's perspective are not present, however, it still tries to objectify their own bodies. Women also present in the concept of Medusa who illustrated as the strong, superior, beautiful, the center of men's attention; but evil. Through the perspective of the all-knowing third person, the gestures of women are supervised by the spectators through the presentation of self-internalization, become the center of male's gaze, and become the controller of social community.

Kata Kunci : Male Gaze, Christian Metz, Film Horor, Sutradara Perempan, Tali Pocong Perawan, Pocong Keliling,