HASRAT PENGARANG DALAM NOVEL A THOUSAND SPLENDID SUNS: PERSPEKTIF LACANIAN
AFRIANI ULYA, Dr. Pujiharto, M.Hum
2018 | Tesis | MAGISTER SASTRAPenelitian ini mengungkapkan hasrat pengarang di dalam novel A Thousand Splendid Suns karya Khaled Hosseini, yang merupakan hasrat-hasrat pengarang sebagai subjek yang berkekurangan dan berhasrat untuk memperoleh keutuhan identitasnya. Penelitian ini akan menjawab dua pertanyaan: 1) Bagaimana hasrat Khaled Hosseini termanifestasikan dalam novel A Thousand Splendid Suns?; 2) Apa hasrat menjadi dan hasrat memiliki Khaled Hosseini yang termanifestasikan dalam novel A Thousand Splendid Suns?. Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, penelitian dilakukan dengan menggunakan teori dan metode psikoanalisis Lacan. Psikoanalisis Lacan membahas hasrat manusia melalui bahasa (penanda) dengan mekanisme metafora dan metonimia. Hasil penelitian membuktikan bahwa novel A Thousand Splendid Suns merupakan manifestasi dari hasrat dan kekurangan yang ada pada diri Khaled Hosseini sebagai pengarang melalui hasrat untuk menjadi (narsistik) dan hasrat memiliki (anaklitik). Hasrat Khaled Hosseini untuk menjadi penulis dibuktikan melalui citraan-citraan yang diejawantahkan melalui hasil identifikasi dirinya terhadap ibunya. Ibunya menunjukkan kecintaannya terhadap berbagai kebudayaan Persia, sekaligus memperkenalkan karya-karya sastra, baik puisi maupun prosa termasuk pujangga-pujangga besar, penyair dan tokoh Sufi kepada Hosseini dan hasrat Khaled Hosseini untuk menjadi masyarakat asli Afghanistan merupakan identifikasi Hosseini terhadap masyarakat di lingkungan masa kecilnya. Sedangkan, hasrat memiliki dibuktikan melalui temuan bahwa Hosseini adalah subjek yang berkekurangan yang mencari keutuhan dengan berusaha memiliki objek a, yang dalam hal ini Hosseini ingin memiliki keutuhan dan kesempurnaan melalui kemerdekaan dan kebebasan terhadap warga Afghanistan khususnya perempuan akibat perang. Kisah hidup perempuan Afghanistan yang penuh penderitaan selama berlangsungnya perang memunculkan keinginan Hosseini agar mereka dapat melanjutkan kehidupan yang jauh lebih baik dan aman. Melalui kemerdekaan, Hosseini berharap wanita Afghanistan memiliki kedudukan yang sama seperti pria dalam bidang pendidikan dan pekerjaan sehingga kemerdekaan negara Afghanistan dapat membuatnya merasakan kebebasan dan keutuhan diri akan kehilangan yang selama ini ia rasakan di hidupnya.
This study reveals the author's desire in Khaled Hosseini's A Thousand Splendid Suns, which is the author's desires as a subject of lack and desires to obtain his identity. This study will answer two questions: 1) How does Khaled Hosseini's desire manifested in A Thousand Splendid Suns?; 2) What is the Khaled Hosseini's "desire-of-being" and "desire-to-have" manifested in A Thousand Splendid Suns?. To be able to answer that questions, the study was done by using theory and method of Lacanian psychoanalysis. Lacanian psychoanalysis discusses human desire through language (signifier) with metaphor and metonymy mechanisms. The results prove that A Thousand Splendid Suns is a manifestation of the desires and lack that exist in Khaled Hosseini as the author through the desire to be (narcissistic) and the desire to have (anaclitic). Khaled Hosseini's desire to be a 'writer' is proved through imagery embodied through his identification of his mother. His mother showed her love for Persian culture, as well as introducing literary works, poetry and prose including great poets and Sufi figures to Hosseini and Khaled Hosseini's desire to become 'Afghanistan native society' is a part of his identification toward his surrounding environment of childhood. Meanwhile, the desire to has been proved through the finding that Hosseini is a subject of lack that seeking for wholeness by trying to have object a, which in this case Hosseini wants to have wholeness and perfection through independence and freedom against Afghans especially women due to war. The life story of Afghan women who suffered during the war brought Hosseini's wish so that they could continue much better and safer life. Through independence, Hosseini expects Afghan women to be in the same position as men in the field of education and work so that the independence of Afghanistan can make him feel the freedom and self wholeness of losing that he has felt in his life.
Kata Kunci : Hasrat Pengarang, Hasrat Menjadi, Hasrat Memiliki, Perspektif Lacanian, Khaled Hosseini, A Thousand Splendid Suns.