Harmoni dalam Perbedaan: Interaksi Tionghoa, Santri dan Masyarakat Lokal di Desa Karangturi, Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah
FATHIA RAHMAWATI, Drs. Purwanto, S.U., M.Phil.
2018 | Skripsi | S1 SOSIOLOGIABSTRAK Salah satu kota di daerah Jawa Tengah bagian timur yang menjadi tempat pendaratan masyarakat etnis Tionghoa adalah Kota Lasem yang masuk ke dalam Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Di kota kecil tersebut terdapat salah satu desa bernama Desa Karangturi yang di dalamnya terdapat kampung pecinan sebagai tempat tinggal orang-orang etnis Tionghoa. Uniknya, selain terdapat kampung pecinan, di desa tersebut juga tinggal masyarakat lokal dan para santri pondok pesantren Kauman yang letaknya saling berdekatan. Meskipun ketiga masyarakat yang berbeda latar belakang tersebut tinggal dalam satu lingkungan yang sama, akan tetapi masing-masing individu maupun kelompok sosialnya dapat hidup berdampingan, rukun dan hubungan sosial mereka sangat harmonis. Tidak hanya itu, ketika terjadi sentimen dan kerusuhan masa lalu yang menyasar pada masyarakat etnis Tionghoa di berbagai daerah di Indonesia, bahkan di kecamatan yang berdekatan dengan Lasem seperti Rembang, Sluke dan Kragan, Lasem menjadi daerah yang relatif lebih tentram dibandingkan dengan daerah lainnya. Masyarakat Tionghoa di Lasem dapat hidup aman dan diterima dengan baik oleh masyarakat lainnya hingga sekarang. Kondisi yang demikian menjadi salah satu alasan ketertarikan peneliti untuk mengkaji lebih lanjut mengenai fenomena sosial tersebut. Dalam penelitian ini, untuk menjawab dua rumusan masalah penelitian yakni bentuk interaksi sosial yang terjalin antara etnis Tionghoa dengan masyarakat lokal dan santri, serta untuk mengetahui strategi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Karangturi dalam menjaga keharmonisan hubungan sosial mereka, maka digunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologis. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengamatan atau observasi lapangan, wawancara dengan para informan penelitian, maupun dengan melakukan dokumentasi penelitian selama berada di lapangan. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa bentuk-bentuk interaksi sosial yang mengarah kepada proses asosiatif seperti misalnya amalgamasi yang mempermudah terjadinya asimilasi, relasi sosial, kerjasama, kepedulian antar masyarakatnya melalui Sangseng, maupun corak harmoni dalam batik Lasem dapat menunjukkan adanya keharmonisan hubungan sosial antar masyarakatnya. Selain itu, strategi-strategi dari masing-masing individu, kehadiran tokoh masyarakat seperti kyai dengan pengetahuannya yang kemudian dikonstruksi oleh para santri maupun anggota masyarakat lainnya, serta strategi yang dipilih oleh komunitas-komunitas masyarakat di Desa Karangturi ternyata turut menjaga dan mempertahankan hubungan sosial di antara mereka. Kata kunci : Etnis Tionghoa, interaksi sosial, Lasem, harmoni sosial
ABSTRACT One of the cities in the eastern part of Central Java which became the landing place of the Chinese ethnic group is Lasem, a sub-region of Rembang regency. In this small town there is one village called Karangturi, in which there is a Chinese village acting as the residence of the Chinese ethnic group. Uniquely, in addition to this Chinese village, there also live local communities and the students who study at Pondok Pesantren Kauman (they are known as santri) in that very same village of Karangturi. Even though these three different societies live in the same neighborhood, each individual and each social group can live peacefully side by side. Their social relationships are very harmonious. Not only that, when there were sentiments and ethnical unrests that targeted Chinese ethnic community in various parts of Indonesia, even in the nearby sub-region of Lasem, such as Rembang, Sluke, and Kragan; Lasem became the only peaceful area without any conflicts involving Chinese ethnic communities. The Chinese groups in Lasem have been well received by others and could live in a safe environment until now. Such condition becomes one of the reasons why the researcher is interested to study more about this social phenomenon. In this research, to answer two main research problems, firstly the problem related to the forms of social interaction between ethnic Chinese group with local communities and santri, and the strategy used by the people of Karangturi in maintaining the harmony of their social relations, the researcher uses descriptive qualitative method with phenomenological approach. Data collection is done by doing field observation, interviews with informants, and some documentations taken in the field. The results of this research show that the forms of social interaction leading associative process such as amalgamation, which then facilitate the development of assimilation, social relation, social cooperation, awareness among the community through Sangseng, and the pattern of harmony in Batik Lasem, can indicate the existence of harmony inside the social relation of the community. Besides, the strategies used by each individual in the community; the presence of community leaders such as kyai with their knowledge, which is then constructed by santri and other members of the community; and the strategies chosen by each community in Karangturi, have proven to maintain the good social relations between them. Keywords: Chinese ethnic group, social interactions, Lasem, social harmony
Kata Kunci : Etnis Tionghoa, interaksi sosial, Lasem, harmoni sosial