Laporkan Masalah

Redevelopment Stasiun Transit Wates: Stasiun Sebagai Wajah Kota

DESTA FATIKA, Ir. Ikaputra, M.Eng., Ph.D.

2018 | Skripsi | S1 ARSITEKTUR

Semakin banyaknya jenis wisata yang saat ini ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, berdampak pada meningkatnya jumlah wisatawan yang mendatangi kota budaya tersebut. Sebagian besar wisata baru yang bermunculan merupakan wisata alam di daerah Kulon Progo dan Gunung Kidul. Lokasinya yang berada cukup jauh dari pusat kota itu, mengakibatkan transportasi menjadi salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan karena masih kurang memadai terutama dari segi transportasi umum. Di antara berbagai jenis transportasi darat, kereta api dinilai sebagai alternatif yang paling efektif dan efisien untuk menjadi solusi dari permasalahan ini. Untuk merespon meningkatnya jumlah orang yang masuk ke Provinsi DIYogyakarta, pemerintah memutuskan untuk membangun bandara baru yaitu New Yogyakarta International Airport (NYIA) untuk meningkatkan kenyamanan pengguna karena Bandara Internasional Adisutjipto kini terlalu sempit dan tidak memungkinkan untuk diperluas. Bandara yang berada di Kulon Progo ini cukup hangat diperbincangkan karena lokasinya yang cukup jauh dari pusat kota dimana transportasi menjadi salah satu permasalahannya. Untuk menyelesaikannya maka akan dikembangkan TOD Corridor yang menghubungkan Stasiun Bandara dengan jalur kereta api, dan stasiun yang berada pada jalur Kedundang-Prambanan akan menjadi stasiun transit. Sebagai stasiun yang berada di pusat Kabupaten Kulon Progo dan berada di jalur TOD Corridor Temon-Prambanan, maka Stasiun Wates yang kini merupakan stasiun kecil perlu dikembangkan agar dapat berfungsi maksimal yaitu sebagai stasiun transit dan landmark kota. Selain itu, sebagai public space Stasiun Wates masih belum dapat berkomunikasi dengan sekitarnya, terutama terhadap keberadaan Alun-Alun Wates yang mengakibatkan beberapa permasalahan. Ide perancangan didapatkan dari hasil studi antara prinsip stasiun transit pada kawasan TOD dan stasiun yang merepresentasikan sebuah kota. Hal tersebut diterapkan dalam berbagai aspek baik fungsi, sirkulasi, bentuk, lansekap, maupun suasana. Desain bangunan dibuat agar dapat menonjolkan keunggulan dari kawasan dengan teori critical regionalism, yang didukung dengan tingkat kenyamanan agar aktivitas dapat berjalan dengan baik.

The growing of tourism sector in Daerah Istimewa Yogyakarta is affect the number of tourist who come to visit DIYogyakarta, the city of culture. The new tourist spots are mostly in nature which are located in Kulon Progo and Gunung Kidul. The location of both regency that are quite far from the city center, makes transportation becomes one of the important issue that need more attentions. Train as one of ground transportation is considered as the most effective and efficient solution for this issue. In order to respond the increasing number of people who come to DIYogyakarta, the government decided to build a new airport called New Yogyakarta International Airport (NYIA) to improve the user convenience because the current Adisutjipto International Airport is too small and the area can not be expanded. The location of the new airport which is in Kulon Progo causing debate because it its located quite far has transportation issue. In order to solve the issue, a TOD Corridor which is connecting Airport Stations and other stations from Kedundang to Prambanan will be developed. As a station which is located in the center of Kulon Progo regency and as part of Temon- Prambanan TOD Corridor, Wates Train Station needs to be developed in order to function as transit station as well as the landmark of the city. Moreover, as a public space, Wates Train Station still has not been able to communicate well with the neighborhood, especially with Wates City Square which caused some issues. The idea of the design is based on the case study of transit station in TOD and station that represent a city. The ideas are applied in many aspects like function, circulation, form, landscape, and the environment. The building design is designed to show the excellence of the region with critical regionalism theory, which is supported by a good level of convenience in order for the building to function optimally.

Kata Kunci : Stasiun Transit, Landmark, Public Space, Critical Regionalism/Transit Station, Landmark, Public Space, Critical Regionalism

  1. S1-2018-366474-abstract.pdf  
  2. S1-2018-366474-bibliography.pdf  
  3. S1-2018-366474-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2018-366474-title.pdf