Laporkan Masalah

DAMPAK SOSIAL DAN EKONOMI PENGEMBANGAN DESA WISATA BLUE LAGOON DI KABUPATEN SLEMAN

ULFA NAFAJRIATI, I Made Krisnajaya, S.IP., M.Pol.Admin.

2018 | Skripsi | S1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA (MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PUBLIK)

Desa wisata Blue Lagoon merupakan salah satu desa wisata yang baru di Kabupaten Sleman, tepatnya di Dusun Dalem, Widodomartani, Ngemplak, Sleman. Keberadaannya yang masih terhitung baru ternyata sudah memberikan dampak bagi lingkungan di sekitarnya. Desa wisata Blue Lagoon dikelola oleh kelompok pengelola yang keseluruhannya merupakan warga Dusun Dalem. Berawal dari keinginan menyetarakan kesejahteraan masyarakat dusun, kelompok pengelola kemudian membuat kebijakan bahwa hanya masyarakat yang kurang mampu yang boleh ikut berpartisipasi di desa wisata (pro-poor people). Penelitian ini dilakukan di Dusun Dalem dan beberapa instansi yang terlibat serta berhubungan dengan adanya pengembangan desa wisata tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus, yang dilakukan dengan wawancara dan observasi sebagai data utama serta menggunakan kuesioner dan dokumentasi sebagai data pendukung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak dari pengembangan Desa Wisata Blue Lagoon terhadap masyarakat dan pemerintah Kabupaten Sleman yang diukur melalui tujuh (7) indikator yang dibagi dalam dua aspek, sosial dan ekonomi. Indikator yang digunakan untuk mengukur dampak sosial meliputi bentuk dan tipe mata pencaharian, kesejahteraan masyarakat, dan frekuensi perkumpulan warga dusun. Untuk mengukur dampak ekonomi menggunakan indikator kesempatan kerja dan usaha, pendapatan masyarakat, penyerapan tenaga kerja dan pendapatan pemerintah daerah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan desa wisata memberikan dampak positif bagi masyarakat Dusun Dalem yang dapat dilihat dari adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkatan intensitas perkumpulan masyarakat (kohesi sosial), peningkatan pendapatan masyarakat serta peningkatan penyerapan tenaga kerja. Meskipun demikian, dampak yang ditimbulkan masih dalam lingkup yang kecil, hanya dirasakan oleh masyarakat Dusun Dalem yang berpartisipasi di Desa Wisata. Dampak tersebut belum meluas untuk keseluruhan masyarakat Dusun Dalem dan Desa Widodomartani. Selain itu, adanya dampak dari adanya Desa Wisata Blue Lagoon selalu memunculkan dua persepsi berbeda dari masyarakat, ada yang memandang dampak yang muncul sebagai hal positif dan yang menganggap dampak yang muncul sebagai dampak negatif. Dari tujuh indikator yang digunakan, hampir pada semua indikator menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi masyarakat dari dampak adanya pengembangan Desa Wisata Blue Lagoon. Berkaitan dengan kebijakan pro-poor people yang dijalankan oleh pihak pengelola, kebijakan tersebut pada implementasinya belum berjalan secara optimal karena belum jelasnya kebijakan dan tidak adanya peraturan yang mendukung atas implementasi kebijakan tersebut. Kata Kunci : Dampak sosial, Dampak ekonomi, Desa wisata, Pro-poor people

ABSTRACT Blue Lagoon tourist village is one of the new tourist villages in Sleman Regency, precisely in Dusun Dalem, Widodomartani, Ngemplak, Sleman. Its relatively new existence has already given impacts on its surrounding environment. Blue Lagoon tourist village is managed by a group of managers who are entirely residents of Dusun Dalem. Starting from the desire to equalize the welfare of the residents of Dusun Dalem, the management group made a policy that only poor residents can participate in the tourist village development (propoor people). This research was conducted in Dusun Dalem and several agencies involved and related to the development of the tourist village. The method used in this research is qualitative method with case study approach, it was done by doing interview and observation as main data and using questioner and documentation as supporting data. This research aims to know the impact of Blue Lagoon tourist village development to the society and government of Sleman Regency measured through seven (7) indicators which are divided into two aspects, social and economic. Indicators used to measure social impact are form and type of occupation, residents welfare, and the frequency of residents gathering. For measuring the economic impact, the indicators are the employment and business opportunity, residents income, employment absorption and local government revenue. The result of the research shows that the tourist village development has positive impacts for the residents of Dusun Dalem that can be seen in the improvement of residents welfare, the increase of residents gathering intensity, the increase of residents income, and the increase of the employment absorption. Nevertheless, the impacts are still within small scope, it is only felt by the residents of Dusun Dalem who participated in the tourism village development. The impacts have not been widespread for the entire society of Dusun Dalem and Desa Widodomartani. Also, the impacts of the Blue Lagoon tourist village always raise two different perceptions from the society, some of them see the impacts as positive impacts and some of them consider the impacts as negative impacts. From seven indicators that are used here, almost all indicators indicate that there are differences in society perception about the impacts of the Blue Lagoon tourist village development. In relation to the pro-poor people policy run by the management group, the policy implementation has not run optimally due to the lack of clarity in policy and the absence of supporting regulations on the implementation of the policy itself. Keywords: Social impact, Economic impact, Village tourism, Pro-poor people

Kata Kunci : Dampak sosial, Dampak ekonomi, Desa wisata, Pro-poor people / Social impact, Economic impact, Village tourism, Pro-poor people

  1. S1-2018-369689-abstract.pdf  
  2. S1-2018-369689-bibliography.pdf  
  3. S1-2018-369689-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2018-369689-title.pdf