Manajemen Komunikasi Bencana Gunung Kelud 2014 di Kabupaten Kediri
VERONIKA SAGALA, Drs. I Gusti Ngurah Putra, M.A.
2018 | Skripsi | S1 ILMU KOMUNIKASIPeristiwa Kelud 2014 merupakan salah satu bencana letusan gunung berapi yang mengakibatkan hujan abu hampir di seluruh Pulau Jawa, menyebabkan lalu lintas transportasi udara terputus selama beberapa hari dan berdampak pada terganggunya sistem transportasi darat di Pulau Jawa. Dibalik persitiwa tersebut terdapat beberapa masalah utama yang ditemukan, yakni belum terbentuknya perangkat formal penanggulangan bencana (BPBD) dan kendala waktu yang dihadapi oleh Kabupen Kediri yang terbilang singkat khususnya dalam mempersiapkan manajemen bencana tanggap darurat. Pelaku utama proses manajemen komunikasi bencana tanggap darurat ini adalah SATGAS PBB yang merupakan badan sementara yang dibentuk sebagai peran pengganti BPBD. SATGAS arahan Kabupaten Kediri ini berguna untuk menangani keadaan tanggap darurat bencana dan bertujuan untuk meminimalisasi korban jiwa yang ditimbulkan. Situasi bencana yang darurat saat itu memerlukan respon yang cepat khususnya dalam mewujudkan fungsi utama yakni menyelamatkan nyawa manusia, khususnya masyarakat yang berada di titik-titik rawan bencana. Sesuai dengan catatan PVMBG (2015) dikatakan bahwa terdapat empat kecamatan di Kediri yang berisiko terkena dampak letusan, salah satunya adalah Kecamatan Ngancar. Kecamatan ini dipilih sebagai sumber penggalian data penerapan manajemen komunikasi bencana karena wilayah ini memiliki 46,603 jiwa yang terbagi ke kawasan pemukiman rawan bencana paling berbahaya (KRB-II) dan memiliki angka kerentanan tertinggi dibandingkan kecamatan lain. Akibatnya, Kecamatan Ngancar tentu saja memerlukan waktu yang lebih lama dan proses manajemen komunikasi bencana yang efektif khususnya dalam keadaan tanggap darurat erupsi Kelud. Selain itu, Di Kecamatan Ngancar terdapat Pos Pengamatan Gunung Api Kelud yang menjadi sumber informasi utama aktivitas Gunung Kelud di Kabupaten Kediri sehingga dinilai layak sebagai pendukung proses manajemen komunikasi bencana. Hasil yang diperoleh dari proses manajemen komunikasi bencana pada masa tanggap darurat Kelud ini adalah keberhasilan SATGAS PBB untuk menyelamatkan 180.000 jiwa tanpa ada satu korban jiwa pun. Sehingga menyebabkan peristiwa Kelud menjadi satu peristiwa manajemen komunikasi bencana pada masa tanggap darurat yang sukses di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang berfokus pada proses manajemen komunikasi bencana yang dilakukan oleh SATGAS PBB dan didukung oleh jejak inisiatif Kecamatan Ngancar. Manajemen Komunikasi yang digunakan mengacu pada tahapan manajemen Cutlip, Center and Broom (2005), yaitu menentukan tujuan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Kelud's event in 2014 is one of a volcanic eruption that caused rain ashes in almost across Java island, that causing air traffic to be disconnected for few days and also disruption of land transportation system. In doing the communication disaster management, there's still few major problems to be solved which are: there is no formal organization for disaster management as known as (BPBD) and also the government of Kediri had to deal with short period of time especially in preparing an emergency response. The main actor of the emergency response is SATGAS PBB which is a temporary organization that formed as the subtitute of BPBD by Government of Kediri. The main purpose of SATGAS is to handle the emergency disaster situation and to minimize casualties from the disaster caused. At that time, emergency disaster situations require a quick reponse, especially actualize the main goal which is saving and evacuating human lives from vulnerable disaster places. According to PVMBG's record (2015), said that there are four sub district in Kediri that have the risk to be affected by the volcano eruption, and one of them is Ngancar Sub District. The researcher considering Ngancar Sub District to be the supporting subject of research because there at least 46,603 people divided into the most dangerous residential area (KRB-II) and has the highest vulnerable rate compare to other sub district. As a result, Ngancar takes longer time to prepare and urgently need an effective disaster management to reduce the risk of Kelud's eruption in emergency situation. Besides, there is an Observation Post of Mount Kelud that located in Ngancar Sub District which is the main source of information of Kelud volcanic activity. Because of that, Ngancar sub district is considered as a supporter of disaster management communication process. The result of this research is disaster management communication process in emergency phase is considered success and save about 180.000 live without any single casualties. The incident known as one of the most successful disaster management communication at emergency response in Indonesia. This research use descriptive qualitative method that focusing on disaster management communication process conducted by the government of Kediri (SATGAS PBB) and supported by Ngancar initiative. The communication management stages use in this research refers to Cutlip, Center and Broom (2005), which is determine the objectives, planning, implementation, and evaluation.
Kata Kunci : Bencana, Manajemen Bencana, Komunikasi Bencana, Disaster, Disaster Management, Disaster Communication