BEGAWI CAKAK PEPADUN LAMPUNG DALAM PERSPEKTIF ONTOLOGI ANTON BAKKER: RELEVANSINYA DENGAN KARAKTER BANGSA INDONESIA
SHELY CATHRIN, Prof. Dr. Joko Siswanto; Dr. C.B. Kusmaryanto
2017 | Disertasi | S3 Ilmu FilsafatDisertasi ini berjudul Begawi Cakak Pepadun dalam Perspektif Ontologi Anton Bakker: Relevansinya dengan Karakter Bangsa Indonesia. Begawi merupakan prosesi adat Lampung yang dilaksanakan untuk mendapatkan perubahan status sosial sebagai pemimpin adat. Persoalannya tidak semua masyarakat Lampung mengerti dan memahami makna dari tradisi tersebut sehingga dikhawatirkan akan terjadi pemahaman yang keliru dan reduksi terhadap makna tradisi tersebut. Ontologi dalam Begawi Cakak Pepadun memungkinkan adanya perubahan yang mengarah kepada pengembangan karakter Bangsa Indonesia yang memiliki kebutuhan untuk memaksimalkan jati diri. Ontologi Anton Bakker dipilih karena memiliki penjelasan yang runtut tentang persoalan-persoalan ontologi sehingga diharapkan dapat menjadi sudut pandang yang tepat untuk menganalisis Begawi Cakak Pepadun. Tujuan penelitian adalah sebagai berikut: (1) menguraikan tentang upacara adat Begawi Cakak Pepadun; (2) merumuskan makna filosofis Begawi Cakak Pepadun dalam budaya Lampung; (3) merumuskan analisis dimensi ontologis Begawi Cakak Pepadun dalam perspektif ontologi Anton Bakker; dan (4) merefleksikan dimensi ontologis Begawi Cakak Pepadun dalam perspektif Anton Bakker relevansinya dengan karakter Bangsa Indonesia. Penelitian tentang pandangan filosofis di lapangan ini merupakan penelitian pustaka (library research) yang diperkuat dengan wawancara mendalam (depth interview). Objek material penelitian adalah Begawi Cakak Pepadun sedangkan objek formalnya adalah ontologi Anton Bakker. Unsur metodis yang digunakan adalah interpretasi, deskripsi, induksi dan deduksi, kesinambungan historis, koherensi intern, holistika, refleksi, serta heuristika. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1). Begawi secara etimologis memiliki arti pekerjaan atau membuat gawi (kerja), sedangkan Cakak Pepadun berarti naik pepadun yang merupakan peristiwa pelantikan Penyimbang (orang Lampung yang masih keturunan raja) menurut adat istiadat masyarakat Lampung. Prosesi ini terdiri atas beberapa tahapan, yaitu cangget, ngediyou, nigel, potong kerbau, sesemburan, pineng di paccah aji, cakak pepadun. (2) Terdapat tiga landasan filsafati yang terkandung dalam Begawi Cakak Pepadun Lampung. Landasan ontologis tentang realitas yang dipengaruhi oleh landasan ke-Tuhan-an, konsep manusia ideal dan Pi'il Pesenggiri, serta hubungan dengan alam semesta. Landasan epistemologi menjelaskan sumber pengetahuan masyarakat Lampung yang berasal dari agama dan wahyu. Tolok ukur kebenaran pengetahuan bersifat pragmatis. Landasan Aksiologi dalam Begawi Cakak Pepadun meliputi: nilai material, ekonomi, moral, sosial, estetika, spiritual, sentimental, dan hiburan. 3)Dimensi ontologis yang terdapat dalam Begawi Cakak Pepadun adalah: (a)Hubungan otonomi dan relasi orang Lampung bersifat sejajar dan seukuran. Prinsip pertama ontologi dalam Begawi Cakak Pepadun Lampung adalah koeksistensi. (b) Begawi Cakak Pepadun memiliki dimensi kerohanian dan kejasmanian manusia yang berada dalam kesatuan substansi orang Lampung. (c)Dinamika yang ada dalam Begawi Cakak Pepadun meliputi keterikatan identitas diri atas sekarang, kebaruan dalam permanensi, potensi sebagai sumber perkembangan orang Lampung, dan dinamika pengada dalam kebersamaan. (d) Persoalan mengenai norma pengada adalah untuk menyatukan keseluruhan aspekaspek bipolaritas dalam satu keselarasan yang disebut harmoni bipolaritas. (4)Relevansi dimensi ontologis Begawi dalam perspektif Anton Bakker dengan pengembangan karakter Bangsa Indonesia meliputi: 1) Relevansi dimensi otonomi relasi bagi pengembangan karakter bangsa Indonesia. 2) Relevansi dimensi jasmani-rohani dan dinamika pengada bagi upaya perwujudan konsep manusia ideal bagi bangsa Indonesia. 3) Relevansi dimensi norma ontologi harmoni dalam upaya mempertahankan stabilitas sosial Bangsa Indonesia.
This dissertation titled Begawi Cakak Pepadun in Anton Bakker's Ontological Perspective: Its Relevance with Indonesian Character. Begawi is one of the traditional processions which may be performed by Lampung people to change their social status to be a traditional leader. However, do not all Lampung people know and understand the meaning of the tradition. If this is not resolved, then it is feared there will be a misunderstanding and reduction of the meaning of the tradition. Ontology in Begawi Cakak Pepadun allows a change that leads to the development of the character of the Indonesian Nation that needs to maximize identity. Anton Bakker's ontology, which has a systematic explanation of ontology issues, is expected to be the right perspective to analyze Begawi Cakak Pepadun. The purposes of the study were: (1) to describe the Begawi Cakak Pepadun; (2) to formulate the philosophical meaning of Begawi Cakak Pepadun in Lampung culture; (3) to analyze the ontological dimension of Begawi Cakak Pepadun in Anton Bakker's ontological perspective, (4) Reflecting ontological dimension of Begawi Cakak Pepadun and its relevance with Indonesian character. This philosophical view research on this field is library research which is strengthened by depth interview. The material object is Begawi Cakak Pepadun while the formal object is Anton Bakker's ontology. The methodical elements used are interpretation, description, induction and deduction, historical continuity, internal coherence, holistic, reflection, and heuristics. The results of this study are as follows. 1). Begawi in etimologically means 'work' or 'making a gawi' while Cakak Pepadun means going up pepadun which is the event of the inauguration (Lampung people who are still descendants of the king) according to the customs of society Lampung. This procession consists of several stages, namely cangget, ngediyou, nigel, potong kerbau (slaughtering buffalo), sesemburan, pineng di paccah aji, cakak pepadun. (2) There are three philosophical bases contained in Begawi Cakak Pepadun Lampung. Ontological base of reality is influenced by spiritual bases, the concept of the ideal human and Pi'il Pesenggiri, and the relational with the universe. Epistemological bases explain the source of Lampung public knowledge that comes from faith and revelation. The truth validity is pragmatic. Axiology bases in Begawi Cakak Pepadun include: the material, economic, moral, social, aesthetic, spiritual, sentimental, and entertainment value. 3) The ontological dimension contained in Begawi Cakak Pepadun are: (a) The relational of autonomy and relation in Lampung people are equal. The first principle in the ontology of Begawi Cakak Pepadun Lampung is co-existence. (b) The human dynamics that exist in Begawi Cakak Pepadun include attachments identity on 'present', the novelty of the permanence, the human potential as a source development of Lampung, and the human dynamics in togetherness. (c) Begawi Cakak Pepadun has spiritual dimension and physics dimension in human Lampung's substance. (d) The issue of norms beings is to unify the overall aspects of bipolarity in the alignment so-called harmony bipolarity. (4) The relevance of the ontological dimension of Anton Bakker in Begawi to development Indonesian character include: 1) Relevance of autonomy relational dimension to the Indonesian nation character development. 2) The relevance of physical-spiritual dimension and human dynamics for efforts embodiment of the ideal man concept for the Indonesian nation. 3) The relevance of harmonious ontological norm dimension to mantain Indonesian social stability.
Kata Kunci : Begawi Cakak Pepadun, Ontology, Indonesian Character, Karakter Bangsa Indonesia