PERUBAHAN PARADIGMA ODA JEPANG DARI KOMERSIAL MENJADI HUMANITARIAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP HUBUNGAN JEPANG DENGAN NEGARA PENERIMA: STUDI KASUS INDONESIA
PRICYLIA WULANDARI, Drs. Usmar Salam, M.I.S.; Dra. Siti Daulah Khoiriati, M.A.; Dr. Dafri Agussalim, M.A.
2017 | Skripsi | S1 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONALSebagai pihak yang kalah dalam Perang Dunia II, kondisi Jepang mengalami perubahan drastis, diantaranya larangan untuk membangun kekuatan militer. Namun, Jepang berhasil membangun kekuatan ekonomi sebagai ganti absennya kekuatan militer tersebut. Sebagai negara yang sejahtera, Jepang mengandalkan program bantuan luar negeri yang disebut sebagai Official Development Assistance (ODA) sebagai senjata utama dalam menjalankan hubungan dengan negara-negara berkembang. Program ODA Jepang tersebut semula didominasi oleh bantuan-bantuan yang bercorak komersial. Namun, dalam pelaksanaanya, Pemerintah Jepang melakukan amandemen terhadap Piagam ODA yang kemudian mengubah paradigma program ODA tersebut menjadi berfokus kepada bantuan kemanusiaan. Penelitian ini membahas mengenai faktor-faktor apa saja yang menyebabkan perubahan itu terjadi dan bagaimana implikasinya terhadap hubungan Jepang dengan negara penerima. Landasan Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Decision-Making Process oleh Richard C. Schneider dengan ditambahkan konsep gaihatsu yang menjelaskan mengenai faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pengambilan kebijakan luar negeri oleh Pemerintah Jepang, serta Teori Soft Power Currencies oleh Alexander Vuving. Dalam membahas mengenai implikasi dari perubahan paradigma tersebut terhadap hubungan Jepang dengan negara penerima, penulis mengambil Indonesia sebagai studi kasus, sebab Indonesia merupakan salah satu negara yang paling lama dan paling banyak menerima ODA dari Jepang, khususnya di wilayah Asia Tenggara dan hubungan antara kedua negara pun sangat tergantung satu dengan yang lain. Melalui penelitian ini, ditemukan bahwa terdapat faktor-faktor eksternal yang berasal dari situasi internasional pada saat itu yang bersinkronan dengan situasi domestik dan kemudian mendorong terjadinya perubahan paradigma ODA Jepang. Lalu, implikasi dari perubahan paradigma ODA tersebut terhadap hubungan Jepang dengan Indonesia sebagai negara penerima adalah, hubungan diantara keduanya semakin erat, baik dalam bidang sosial maupun politik.
After the defeat of their country in World War II, Japan's condition has undergone some drastic changes, including a ban on building a military power. However, Japan managed to build their economic power as a substitute for the absence of military forces. As a prosperous country, Japan relies on their foreign aid program known as Official Development Assistance (ODA) as the main weapon in running their relations with developing countries in the world. The Japanese ODA program was originally dominated by the commercial-type aids. However, as time goes, the Government of Japan amended the ODA Charter which then changed the paradigm of the ODA program to focus on humanitarian aids. This research discusses what factors had caused the change in the paradigm of Japanese ODA and its implications for Japan's relationship with the recipient countries. Basis Theory used in this research is the Decision-Making Process Theory by Richard C. Schneider with the added concept of gaihatsu which explains the external factors that influence the decision of foreign policy by the Government of Japan, as well as the Theory of Soft Power Currencies by Alexander Vuving to discuss the implications of this paradigm shift to Japan's relationship with the recipient countries. In this research, the author take Indonesia as a case study, because Indonesia is one of the biggest recipient of the Japanese ODA program, especially in Southeast Asia and the relationship between the two countries is very interdependent on each other. Through this research, it was found that there were external factors derived from the international situation at that time that synchronized with the domestic situation of Japan that led to a shift in the paradigm of Japanese ODA. Then, the implication of the change of ODA paradigm towards Japan's relationship with Indonesia as the recipient country is that, the paradigm shift has made the relationship between those two countries got closer, both in the social and political fields.
Kata Kunci : Official Development Assistance, Japanese Foreign Policy, Japan, Indonesia, soft power, gaihatsu