PERENCANAAN DESA WISATA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI DESA KARANGTENGAH IMOGIRI BANTUL
DWINDA TANAYA CIPTA, Ratna Eka Suminar, S.T., M.Sc.
2017 | Skripsi | S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTADesa Wisata Karangtengah adalah desa wisata yang memiliki potensi wisata yang beragam serta kearifan lokal yang khas yaitu wisata alam, kerajinan, kesenian, dan kuliner. Akan tetapi, pengelolaan potensi wisata belum maksimal sehingga mengakibatkan jumlah kunjungan wisatawan menurun. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan perbaikan dalam penataan kawasan serta pengembangan kegiatan wisata. Pendekatan perencanaan menggunakan participatory planning dengan melibatkan stakeholder terkait sebagai narasumber untuk mencari permasalahan serta pengambilan keputusan terhadap rencana alternatif. Gap analysis digunakan sebagai alat evaluasi tolok ukur perencanaan dari hasil elaborasi unsur pariwisata 5A menurut Tourism Western Australia (2009), syarat desa wisata (Hadiwijoyo, 2012), kunci kesuksesan pariwisata perdesaan (Wilson, 2001), serta elemen perancangan desa dari elemen perancangan kota oleh Shirvani (1985). Perencanaan Desa Wisata berbasis Kearifan Lokal menawarkan solusi penyelesaian masalah sekaligus untuk mengembangkan potensi yang dimiliki Desa Wisata Karangtengah. Terdapat 3(tiga) nilai terapan perencanaan sebagai bentuk penyusun rencana, yaitu attractive, comfortness, dan local wisdom. Attractive merupakan konsep desa wisata yang menawarkan berbagai kegiatan wisata, yaitu wisata kerajinan, alam, kesenian, serta kuliner dan mengajak wisatawan berinteraksi langsung dengan masyarakat. Comfortness merupakan konsep rencana dengan penyediaan fasilitas desa wisata, sirkulasi wisata, serta ruang terbuka publik agar masyarakat dan wisatawan nyaman dan aman ketika berada di Desa Wisata Karangtengah. Local Wisdom merupakan konsep desa wisata yang menjadikan kearifan lokal sebagai daya tarik wisata. Penyusunan masterplan rencana memiliki 2 (dua) alternatif, yaitu Centralized Wisdom Tourism yang mengarahkan pemusatan pada penyediaan fasilitas desa wisata serta Equitable Wisdom Tourism yang mengarahkan pengembangan fasilitas desa wisata secara menyebar. Berdasarkan hasil kegiatan FGD yang dihadiri oleh para stakeholder, terpilihlah masterplan dengan konsep Equitable Wisdom Tourism. Rencana detail diterapkan pada setiap elemen perencanaan yaitu guna lahan, objek dan atraksi wisata, kelembagaan, fasilitas wisata, ruang terbuka publik, sirkulasi dan parkir, serta media informasi desa wisata. Pembelajaran dari perencanaan ini adalah metode participatory planning sesuai untuk diterapkan agar menghasilkan perencanaan yang tetap mempertimbangkan kondisi riil pada lapangan serta dapat langsung diterapkan pada masyarakat.
Karangtengah village is a village which has various potency and local wisdom as a tourism village. The beauty of Karangtengah tourism village are showed by its nature, typical food, and the culture of crafts and arts. However, the management of tourism potency has not been optimal, thereby resulting the amount of visitor decrease gradually, so the arrangement of tourism objects and area arragement are important to be conducted in Karangtengah tourism village. The planning approach uses participatory planning by involving relevant stakeholder as resources to find the problems also as the decision-maker on alternatif plans. Gap analysis is used as a tool for evaluating the planning benchmarks of elaboration results of 5A variables from Tourism Western Australia (2009), and urban design by Shirvani (1985), requirements tourism village (Hadiwijoyo, 2012), and the key to succes of tourism village (Wilson, 2001). The planning of Village Tourism Planning based on Local Wisdom offers a solution to resolve and to develop the potency of Karangtengah tourism village. There are 3 (three) apllied values as the form of the plan, that are attractive, comfortness, and local wisdom. Attractive is a tourism village concept that offers various tourism activities, such as craft tourism, nature, art, culinary, and also interact with the native villagers. Comfortness is a concept plan by providing village tourism facilities, therefore people and tourists are comfortable in the Karangtengah tourism village. Local wisdom is a concept of a tourist village that makes local wisdom as a tourist attraction. The planning preparation has 2 (two) alternatif ways, namely Centralized Wisdom Tourism which directs the concentration on the provision of village tourism facilities and the Equitable Wisdom Tourism which directs the development of the spreading tourism village facilities. Based on the results of Focus Group Discussion (FGD) activities which were attended by stakeholders, Equitable Wisdom Tourism was chosen as the masterplan. Detailed plans are applied to each variable, i.e. land use, tourism attraction, institutional, facilities, public open space, circulation and parking, and tourism village information media. The lessons learned from this planning are the participatory planning method suitable to be applied in order to generate the planning which still considering the real condition in the field and can be directly applied to the society.
Kata Kunci : perencanaan pariwisata, desa wisata, kearifan lokal, participatory planning/ tourism planning, tourism village, local wisdom, participatory planning