Sekolah Sanggar Anak Alam dengan Penekanan Interaksi Sekolah Alam terhadap Lingkungan Sekitar
IRENE ROSELYNDA PRABARANI, Ardhya Nareswari S.T., M.T., Ph.D.
2017 | Skripsi | S1 ARSITEKTURABSTRAKSI Sekolah alam muncul sebagai sebuah koreksi atas sistem pendidikan di Indonesia yang masih didominasi oleh pembelajaran Sekolah Dengar. Sekolah dengar berarti sistem pembelajaran hanya disampaikan melalui kata-kata, tidak diwujudkan dalam suatu pengalaman yang melibatkan fungsi indera lain, seperti visual, perabaan, penciuman, dan gerak. Sekolah Sanggar Anak Alam adalah sebuah sekolah perwujudan aspirasi dan keinginan masyarakat Nitiprayan dalam menciptakan generasi muda Nitiprayan yang lebih terdidik baik dalam ilmu, karakter, norma, dan kepribadian. Sanggar Anak Alam, atau SALAM, terletak di perkampungan seni Nitiprayan yang membuat SALAM memiliki banyak potensi lingkungan yang baik untuk media pembelajaran siswa-siswanya. Saat ini, SALAM telah mengembangkan pembelajaran berbasis alam dan budaya sekitar. Kegiatan seperti Pasar Ekspresi, Upacara Wiwit Panen, perlombaan olahraga kampung, dan lain sebagainya diadakan di SALAM sebagai perwujudan apresiasi atas budaya dan pengenalan akan lingkungannya kepada anak-anak SALAM. Namun, hal ini kurang dicerminkan oleh bangunan sekolah SALAM sendiri. Bangunan SALAM kebanyakan berupa bangunan 2 lantai yang bertembok tanpa cat dengan jendela kecil di sekelilingnya. Bangunan juga berdiri mengelilingi tapak seperti sebuah pagar terhadap lingkungan di sekitar. Hal ini tidak selaras dengan kegiatan siswa yang sebenarnya harus berbaur dengan lingkungannya. Hal inilah yang menjadi permasalahan yang diangkat dalam laporan pra Tugas Akhir ini. Untuk mencapai hal tersebut, perancangan konsep dibagi menjadi 3, konsep makro, meso dan mikro. Di dalam konsep makro, analisis terhadap potensi kampung Nitiprayan ditentukan. Hal ini berkaitan dengan terpecahnya tapak menjadi 2; yaitu tapak utama dan tapak penunjang yang terletak dekat dengan bangunan yang berpotensi sebagai tempat belajar anak. Konsep meso berbicara lebih banyak tentang konsep perancangan pada tapak utama, sedangkan konsep mikro berfokus pada pengolahan bangunan dan hubungannya dengan lingkungan serta tapak sekitar.
ABSTRACT Nature school emerges as a correction of the education system in Indonesia; which is still dominated by the concept 'listening-school'. That means the learning system only communicated through words, not embodied in an experience that involves other sensory functions, such as visual, touch, smell, and motion. 'Sanggar Anak Alam' Nature School is a school formed from aspirations of the Nitiprayan's communities. It is for the purpose of creating a better-educated young generation of Nitiprayan, both in science, character, norm, and personality. Sanggar Anak Alam, or SALAM, is located in the Nitiprayan art village which makes SALAM has a lot of good environmental-potential for students learning media. Currently, SALAM has developed natural and cultural-based learning. Events such as Expression Market, Wiwit Harvest Ceremony, village sporting competitions, and so on are held in SALAM as a manifestation of appreciation for the culture and the introduction of their environment to SALAM children. However, this is less reflected by the SALAM school building itself. The SALAM building is mostly a non-painted walled building with small windows all around. The building also stands around the site like a fence against the surrounding environment. This is not in tune with the activities of students who actually have to mingle with their environment. This is the problem that raised in this Final Assignment report. To achieve the solution, the design's concept is divided into 3 points; the concept of macro, meso and micro. In the macro concept, an analysis of the potential of the Nitiprayan village is determined. This is related to the grouping of the site into 2 kind of site; namely the main site and the supporting site which is located close to the building that has the potential as a learning place for children. The meso concept speaks more about the design concept on the main site, whereas the micro concept focuses on building processing and its relation to the environment and the surrounding site.
Kata Kunci : sekolah alam, kampung Nitiprayan, seni budaya dan edukasi