Laporkan Masalah

PATRONASE DAN KLIENTALISME Dalam Relasi Walikota, Pejabat Birokrasi, dan Masyarakat di Kota Kendari

REKHA ADJI PRATAMA, Hasrul Hanif, S.I.P., M.A.

2017 | Tesis | S2 Politik dan Pemerintahan

Salah satu masalah yang terjadi pada birokrasi pemerintahan di daerah adalah budaya patronase dan klientalisme yang sering digunakan oleh para politisi untuk menjalankan agenda-agenda tertentu diluar tugas dan fungsi utama dari birokrasi tersebut. Tulisan ini adalah hasil penelitian tentang bentuk-bentuk patronase dan klientalisme dalam relasi antara politisi dan aparat birokrasi. Secara khusus, rumusan masalah studi ini akan menjawab bagaimana bentuk patronase dan klientalisme yang terbentuk antara walikota Kendari, para pejabat birokrasi dan masyaraakat di Kota kendari pada periode pertama kepemimpinan sang walikota?. Studi ini nantinya akan menjelaskan tentang seorang politisi yang mendistribusikan patronase terhadap aparat birokrasi dan membangun jaringan klientalisitik terhadap masyarakat untuk kepentingan-kepentingan politiknya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan model penelitian deskriptif, dan pendekatan penelitian studi kasus. Kemudian, relasi antara patron, klien dan sang perantara akan di bedah menggunakan teori-teori dari beberapa ahli tentang patronase dan klientalisme. Dalam kasus relasi antara politisi dan birokrasi di Kendari, poin utama terbentuknya Asrun menjadi sosok patron bagi para birokrasi adalah dikarenakan Asrun memiliki sumber daya yang diperolehnya dari jabatannya menjadi seorang walikota. Secara khusus, karena Asrun mempunyai kekuasaan, kesempatan dan hak menentukan sistem karir para birokrasi. Sementara para birokrasi sendiri merasa ketidakpastian terhadap karirnya di pemerintahan membuat mereka memposisikan diri menjadi klien. Temuan menunjukan, bentuk patronase dan klientalisme dalam penelitian ini dapat di bagi menajadi dua bentuk. Pertama, relasi yang terbangun di birokrasi meliputi penentuan karir dan jabatan dan alokasi anggaran dalam lingkup birokrasi di Kendari yang sangat kental dengan distribusi-distribusi bentuk patronase, bentuk yang pertama ini dilakukan dalam rangka konsolidasi dukungan birokrasi dan erat kaitannya dengan politik balas jasa. Kedua, relasi yang terbangun ranah masyarakat meliputi bansos, mobilisasi suara melalui vote buying dan pork barrel. Bentuk kedua tersebut sebagai modus politik balas budi bagi bekas timses sang patron dan untuk meraih dukungan atau suara dengan cara para aparat birokrasi membentuk relasi yang klientalisitik dengan masyarakat. Bentuk yang kedua ini merupakan perpaduan antara distribusi patronase dan jaringan klientalisitik yang dibentuk oleh para birokrasi dimana disana hadir sosok perantara dalam menjalin relasi dengan masyarakat. Kajian ini selanjutnya menyajikan sebuah kesimpulan bahwa politik patronase jika didukung dengan jaringan yang klientalisitik akan saling menguatkan satu sama lain bahkan makin membuat efektif patronase ataupun klientalisme tersebut.

One of the problems that occur in local government bureaucracy is a culture of patronage and clientelism that is often used by politicians to carry out a specific agenda outside the main duties and functions of the bureaucracy. This paper is the result of research on the forms of patronage and clientelism in the relationship between politicians and the bureaucrats. In particular, the formulation of the problem the study will answer how are the forms of patronage and clientelism formed between the mayor of Kendari, bureaucracy officials and public in the city of Kendari in the first period of leadership of the mayor ?. This study will explain about a politician who distribute patronage to the bureaucratic apparatus and build a network of klientalisitik to the public for political interests. This study is a qualitative research, with a descriptive research model, and case study research approach. Then, the relationship between patron, the client and the intermediary will be in surgery using the theories of some experts about patronage and clientelism. In the case of relations between politicians and the bureaucracy in Kendari, the main points of the formation Asrun becoming patron of the bureaucracy figure is due to Asrun has the resources gained from his position to become a mayor. In particular, because Asrun has power, opportunity and the right determine the careers of the bureaucratic system. While the bureaucracy itself felt uncertainty about their career in the government to make them position themselves into clients. The findings show, the form of patronage and clientelism in this study can be divided into two forms. First, the relationship that is built on bureaucracy includes determining the career and job titles and budget allocations within the scope of the bureaucracy in Kendari very thick with distributions form of patronage, The first form is done in order to consolidate the support of the bureaucracy and closely linked to the political fringe. Second, the public relations realm awakened include bansos, mobilization vote through vote buying and pork barrel. The second form as a political mode of reciprocation for timses former patron and to gain support or vote with the way the bureaucratic apparatus formed a clientalisitic relationship with the public. The second form is a combination of patronage distribution and clientalisitic network formed by the bureaucracy in whom there is present an intermediary figure in establishing a relationship with the community. This study further presents a conclusion that political patronage if supported by the network clientalisitic will reinforce each other even more and make effective the patronage or clientelism.

Kata Kunci : Patronase, Klientalisme, Perantara

  1. S2-2017-371963-abstract.pdf  
  2. S2-2017-371963-bibliography.pdf  
  3. S2-2017-371963-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2017-371963-title.pdf