Laporkan Masalah

Indonesia 1998:Sepenggal Cerita Era Reformasi 1998 dalam Kartun

FATI APRIANDINI MERJANA, Nur Azizah, S.I.P., M.Sc.;Dra Ratnawati, S.U.;Wawan Mas'udi, S.I.P., M.PA.

2016 | Skripsi | S1 ILMU PEMERINTAHAN (POLITIK DAN PEMERINTAHAN)

Kartun acap kali hanya dipandang coretan sebagai gambar iseng tanpa tendensi apapun, namun kartun politik memiliki kuasa tersembunyi. Kuasa ini bisa dalam bentuk wacana, terlebih lagi perlawanan wacana. Komik Mice Cartoon :Indonesia 1998 merupakan angin segar bagi publik ketika dirilis pertama kali pada tahun 1999 pasca rezim Orde Baru runtuh. Namun pada perilisan ulang pada tahun 2014, kartun politik dalam komik Mice Cartoon: Indonesia 1998 menjadi memiliki makna yang berbeda dari versi cetak pertama mengingat tahun 2014 merupakan tahun politik. Menarik untuk mengetahui apa wacana apa yang sedang bangun oleh si kartunis dalam komiknya. Atas dasar tersebut penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan keterkaitan seni dan politik serta menganalisa bagaimana seni menjadi medium untuk mengkritik rezim kekuasaan. Penelitian ini masih dalam tema besar keterkaitan seni dan politik, secara khusus penelitian ini menyoroti pada bagaimana peran kuasa dalam memproduksi wacana melalui kartun dan kartun komik dalam komik Mice Cartoon:Indonesia 1998. Foucault memiliki pandangan bahwa kuasa tidak hanya soal kepemilikan tetapi kuasa dipraktikkan dalam suatu ruang lingkup sampai menyentuh agen terkecil yaitu individu. Kuasa dan wacana saling berkaitan, karena wacana tidak hanya dimaknai sebagai serangkaian kata atau proposisi dalam teks yang bersifat tunggal, tetapi sesuatu yang memproduksi yang lain tau sebuah gagasan, konsep, atau efek kuasa. Namun setiap kekuasaan juga menimbulkan resistensi kekuasan. Resistansi tidak berarti anti kekuasaan melainkan sebagai bentuk aksi kritis terhadap wacana yang dihembus oleh pemegang kuasa. Penelitian ini bersifat deskripsitf, yang dilakukan tergolong penelitian kualitatif karena dilakukan analisis wacana kritis ala Teun van Dijk yang terdiri atas tiga dimensi: critical linguistic, kognisi sosial dan analisis sosial pada konten komik tersebut untuk membantu menganalisa konten komik. Hasil analisa integral dari tiga dimensi tersebut ditemukan bahwa kartun dan kartun komik pada komik Mice Cartoon: Indonesia 1998 memuat perlawanan wacana dari kartunisnya terhadap wacana transisi kekuasaan melalui pemilu pada tahun 2014. Hal ini terdeteksi melalui strategi kartunis dalam penonjolan makna melalui elemen-elemen dalam critical linguistic. Humor dan sarkasme dalam setiap teks maupun dialog antar tokoh membuat makna yang ingin ditonjolkan oleh kartun dengan mudah ditangkap oleh pembaca. Kartunis dengan kuasanya memproduksi wacana yang berlawanan dengan wacana yang dominan pada tahun 2014 oleh penguasa. Kartun dalam komik Mice Cartoon:Indonesia 1998 tidak lagi dipandang sebagai bentuk keisengan dan tanpa tedensi karena memuat perlawanan wacana oleh kartunisnya terhadap wacana transisi kekuasaan melalui pemilu pada tahun 2014. Kini kartun dipandang sebagai media yang memiliki kekuataan laten yakni memuat pesan politik sebagai media untuk melayangkan protes dan kritikan kepada rezim maupun situasi sosial dan politik saat itu serta serta pembelajaran politik.

Cartoons often only seen as pictures of graffiti as well as a doodle without any specific tendency, but in the political realm cartoon being seen has a hidden power. This power can be in form of discourse, even more in discourse resistance. Comic titled Mice Cartoon: Indonesia 1998 was a fresh air for the public when it was first released in 1999 after the collapse of the New Order regime. However, the re-release in 2014, political cartoons in the Mice Cartoon: Indonesia 1998 to have a different meaning from the printed version first given in 2014 was a year of politics. It is interesting to know what the discourse is being built by the cartoonist in the comic. On the basis of this research aims to show the linkages between art and politics and analyze how art becomes a medium to criticize a regime. This research is circulate in great themes of art and political linkages, in particular about how this study accentuate the role of power in producing discourse through cartoons and cartoon comics in Mice Cartoon: Indonesia 1998. Foucault's view that power is not just about ownership but power practiced in a scope, which reached the smallest of the individual agents. Power and discourse are interrelated, because the discourse is not only meant as a series of words or propositions in the text is single, but something that produces the other or an idea, a concept, or the effects of power. But every reign also caused by power resistance. Resistance does not mean anti-power, but as a form of action in critical discourse produced by the reign holders. This research is descriptive, conducted by qualitative research, classified as critical discourse analysis is done in the style of Teun van Dijk which consists of three dimensions: the critical linguistic, social cognition and social analysis on the content of these comics to help analyze the content of comics. The results of a three-dimensional integral analysis it was found that cartoons and cartoon comics at Mice Cartoon: Indonesia 1998 contain discourse resistance by the cartoonist towards transition of power through elections in 2014. It is detected through a strategy of cartoonists in accestion of meaning within the critical elements linguistic. Humor and sarcasm in every text and dialog between characters makes sense that you want accentuate by cartoons easily captured by the reader. Cartoonist, under his sovereignity of free wiil produced discourse as opposed to the dominant discourse in 2014 by the authorities. Cartoons in Mice Cartoon: Indonesia 1998 is no longer seen as a form of fad and without tedency because its contains resistance by cartoonist against discourse about transition of power through elections in 2014. Now, the cartoon is seen as a medium that has the latent power of which contains a political message as a medium to cast protests and criticism of the regime as well as the social and political situation at that time as well, and political learning.

Kata Kunci : Kartun, Komik, Wacana, Kuasa, Indonesia 1998

  1. S1-2016-333246-abstract.pdf  
  2. S1-2016-333246-bibliography.pdf  
  3. S1-2016-333246-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2016-333246-title.pdf