LAKSAMANA MUDA TADASHI MAEDA: MENEMBUS LARANGAN SEKUTU UNTUK KEMERDEKAAN INDONESIA 1918-1947
ARIF RAHMAN B., Dr. Mutiah Amini, M. Hum.
2017 | Tesis | S2 Ilmu SejarahPenelitian ini menyajikan penjelasan utama mengenai figur Laksamana Muda Tadashi Maeda terkait dengan usaha dan gerak-geriknya dalam menembus status quo yang ditetapkan oleh Sekutu. Kejadian-kejadian di bulan-bulan terakhir pendudukan Jepang di Indonesia membuat Maeda merasa tergerak untuk membantu tokoh-tokoh nasionalis. Ia pun bersedia meminjamkan kediamannya untuk dijadikan tempat berkumpul sekaligus mengadakan rapat guna membahas masalah kemerdekaan. Penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama menggambarkan perfektur Kagoshima sebagai wilayah cikal bakal Angkatan Laut Jepang dan sebagai tanah kelahiran Maeda (kota Kajiki). Bagian kedua menjelaskan secara spesifik tentang pembentukan Jakarta Kaigun Bukanfu yang diprakarsai oleh Maeda dan aktivitas-aktivitas dari anak buah Maeda. Bagian ketiga merujuk pada situasi dan kondisi serta gerak-gerik Maeda setelah perang berakhir. Simpati Maeda terhadap tokoh-tokoh nasionalis tampak jelas pada tanggal 16 Agustus 1945 malam ketika mereka mendapat penolakan dari petinggi militer Jepang untuk melanjutkan sidang PPKI. Disisi lain, Maeda pun terlihat sebagai seorang silent agent dan tetap berorientasi pada cita-cita Kaisar untuk memerdekakan Asia. Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, Maeda ditangkap dan dipenjara. Pengalaman dari penjara ke penjara membuat jiwa sastranya muncul. Dari penjara inilah Maeda menciptakan beberapa karya dalam bentuk puisi yang sebagian besar merujuk pada sikap dan ketulusannya untuk membantu Indonesia. Puisi tersebut juga ditujukan kepada Kaisar Jepang sebagai salah satu bentuk kesetiaan dan ditujukan tepat di hari ulang tahun Kaisar.
This study provides an explanation of Rear Admiral Maeda Tadashi figure in relation to his effort and movements in cutting through the status quo that was assigned by the Allies. Some events in the last months of Japanese occupation in Indonesia made Maeda moved to help the Indonesian nationalist figures. He lended his house to be used as a meeting place to discuss the issue of Independence. This study is divided into three section. The first section describes Kagoshima prefecture as a forerunner of the Japanese Navy and the birthplace of Maeda (Kajiki city). The second section describes more specific about the establishment of the Jakarta Kaigun Bukanfu initiated by Maeda and activities of Maeda's subordinates. The third section refers to the situation, condition and movements of Maeda after the war ended. Maeda's sympathy for the Indonesian nationalist figures can be clearly seen in the night on 1945 August 16 when they were refused by the Japanese military government to continue PPKI's meeting. On the other hand, Maeda was seen as a silent agent and remains oriented towards the dreams of the Japanese Emperor to liberate Asia. After the Japanese surrendered to the Allies, Maeda was arrested and imprisoned. The experience of being a prisoner influenced his literary sense. From the inside of the prison, Maeda created several works in the form of poetry which mostly refers to his attitude and sincerity to support Indonesia. The poetry also mentioned to the Japanese Emperor right on his birthday as a form of loyalty.
Kata Kunci : Maeda, status quo, silent agent, puisi, kesetiaan