Peranan Paguyuban Masyarakat Tionghoa JCACC dalam Mempererat Relasi Etnis Tionghoa-Jawa di Yogyakarta
SUBAGIO, Dr. Phil. Hermin Indah Wahyuni, S.IP., M.Si.; Dr. Widodo Agus Setianto, M.Si.
2016 | Tesis | S2 Ilmu KomunikasiDaerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan sebuah wilayah yang memiliki penduduk dengan latar belakang etnis atau suku bangsa yang beragam, dan suku bangsa atau etnis Jawa adalah yang paling banyak jumlahnya (96,35%) sedangkan etnis Tionghoa 0,33%. Etnis Tionghoa adalah penduduk yang asal-usulnya dari luar Indonesia. Orang Tionghoa menetap di Indonesia jauh sebelum zaman kolonial Belanda. Oleh pemerintah kolonial Belanda orang Tionghoa diposisikan sebagai perantara dalam bidang perdagangan dan berdomisili dalam suatu enclave yang disebut Pecinan. Hasil akulturasi antara budaya Tionghoa dan Jawa meliputi pertanian, teknik perkapalan, arsitektur bangunan, teknik ukir kayu, batik, makanan dan minuman, pakaian, senjata api (meriam), dan bahkan menjadi salah satu jalur masuknya agama Islam di Indonesia. Namun relasi etnis Tionghoa-Jawa bersifat sensitif dan rawan konflik, apalagi pada era Orde Baru terjadi pembatasan dalam aktivitas seni budaya dan adat istiadat Cina. Paguyuban masyarakat Tionghoa Yogyakarta Jogja Chinese Art and Culture Centre (JCACC) mengelola perayaan tahun baru Imlek dalam bentuk Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY), Peh Cun, dan Tiong Chiu atau Tiong Jiu dengan melibatkan masyarakat Jawa. Lewat pertunjukkan seni budaya terjadi interaksi sosial yang melandasi komunikasi antarbudaya. Komunikasi antarbudaya menggunakan pesan verbal dan nonverbal yang memungkinkan kedua etnis saling mengenal dan memahami nilai-nilai budaya dan adat istiadat masing-masing, sehingga terjalin hubungan antarbudaya di antara kedua etnis tersebut. Hubungan antarbudaya adalah menifestasi eratnya relasi kedua etnis yang hidup rukun di Daerah Istimewa Yogyakarta. Komunikasi antarbudaya dapat berjalan lancar karena didukung oleh para tokoh yang terdiri tokoh formal (pemerintah) maupun tokoh masyarakat dari kedua etnis serta masyarakat Yogyakarta pada umumnya. Itu sebabnya ketiga perayaan tersebut dijadikan agenda tahunan dan masuk sebagai calender of events pariwisata Yogyakarta. Jadi JCACC dengan komunikasi antarbudaya lewat pertunjukkan seni budaya mampu mempererat relasi etnis Tionghoa-Jawa di Yogyakarta.
Special District of Yogyakarta are region that has people with difference ethnicity background, and Javanese ethnic are greatest amounts (96,35%), and Chinese ethnic are 0.33%. The Chinese ethnic are people are people that come from abroad of Indonesia. The Chinese people has been living in Indonesia a long before colonial era and by colonial they has given position in trade and they has to live in pecinan enclave. The products of acculturation include plantation, shipping techincity, architecture, timber crafts, batik, food and beverege, fashion, ammunition, and they were channel for penetration of Islam in Indonesia. But the relations of both ethnic of Chinese and Javanese are fragile and explosive moreever in New Order era were forbidden for they open celebrates of cultures and customs in public. The unity of Yogyakarta Chinese Community Jogja Chinese Art and Culture Centre (JCACC) has function to manage of celebrations of the Chinese new year (Imlek), Peh Cun and Tiong Jiu with involved Javanese community. In the celebrate of cultures and customs involves the social interaction that become basic of intercultural communication. The intercultural communication has been using verbal and noverbal symbols that by which each of both of ethnic to knowing and understanding the cultural values and customs one and others that formed the intercultural relationships among them. The interculrural relationships are manifestation a close relationship between of both of ethnic that living in harmony in Special District of Yogyakarta. The intercultural communication that has take placed effectively supported by formal and informal leaders in goverment and in the community of Yogyakarta. Therefore celebration of three of JCACC managed was becomes as calender of events of Yogyakarta tourism. So the intercultural communication that JCACC are involving by arts and cultural events has becomes more closely the ethnical relationships of Chinese-Javanese in Yogyakarta.
Kata Kunci : Paguyuban, Etnis Tionghoa, Etnis Jawa, Seni Budaya, Komunikasi Antarbudaya, Relasi/Unity. Chinese Ethnic, Javanese ethnic, Art and Culture, intercultural Communication, Relationship.