Laporkan Masalah

Negotiating Religious Identities, Cultural Authorities and Modernity in Leihitu, Ambon Island

STEVE GERARDO CHRISTOFFEL GASPERSZ, Prof. Dr. Paschalis Maria Laksono; Dicky Sofjan, Ph.D

2016 | Disertasi | S3 INTER-RELIGIOUS STUDIES

INTISARI Disertasi ini merupakan upaya untuk memahami dinamika agama dan budaya dalam komunitas-komunitas lokal di Pulau Ambon. Dengan menggunakan kerangka kerja antropologi politik, analisis difokuskan pada tiga komunitas lokal: Rumahtiga (Kristen), Wakal dan Hitumesing (Muslim). Tujuan penelitian disertasi ini adalah meneliti modal budaya ketiga komunitas tersebut yang dengannya mereka mengelola kehidupan sosial mereka dengan seluruh matra jamak identitas untuk menjaga keseimbangan relasional antara perbedaan-perbedaan melalui negosiasi identitas dalam konteks historis, politis, keagamaan dan kebudayaan Maluku dan Indonesia. Studi ini juga berupaya melihat transformasi proses sosiopolitik sejak Reformasi 1998 dan gerakan demokratisasi melalui desentralisasi kekuasaan yang membawa pengaruh signifikan terhadap konstruksi identitas keagamaan dan etnis masyarakat Ambon. Reinterpretasi tradisi lokal (adat) dan restrukturisasi lembaga-lembaga adat mempengaruhi koneksi-koneksi institusional antara lembaga adat dan lembaga keagamaan; relasi-relasi antaragama dan politik identitas berdasarkan jejaring kekerabatan (mataruma). Selain itu, muncul pula makna-makna baru terhadap struktur-struktur tradisi lokal, seperti pela dan gandong, khususnya sebagai implikasi konflik sosioreligius 1999-2004. Fokusnya tidak hanya pada transformasi struktural lembaga-lembaga sosiopolitik tetapi lebih mengenai dampak transformasi sosiopolitik negara sebagai matra makro yang mempengaruhi relasi-relasi kuasa dan relasi-relasi sosial keseharian pada tingkat lokal. Studi ini juga memperlihatkan sisi lain dari implikasi desentralisasi kekuasaan politik dan revitalisasi tradisi lokal Ambon. Secara teoretis, teori praktisnya Bourdieu membentangkan suatu perspektif untuk menelisik bagaimana makna-makna historis, sosiologis, budaya dan politis saling terjalin dalam berbagai ekspresi sosial keseharian melalui bahasa, struktur tradisi lokal, relasi antaragama serta penampilan simbolis melalui adat dan ritual adat (Islam dan Kekristenan). Konsep habitusnya Bourdieu digunakan untuk menjembatani keretakan epistemologis yang menandai analisis sosiologis yang kerap terperangkap dalam dikotomi "objektif" (struktural) dan "subjektif" (aktor). Kedua matra itu ditempatkan bersama-sama dengan proses "struktur yang dibentuk" dan "struktur yang membentuk" yang menggerakkan dinamika sosial dan historis dari masyarakat. Penelitian disertasi ini pada akhirnya hendak menggambarkan bahwa strategi pembangunan komunitas lokal, dalam arti luas dan fundamental, dapat diterapkan dengan memahami pandangan dunia komunitas lokal sebagai manifestasi kesadaran historis dan budaya, yang dibentuk melalui pengalaman kehidupan yang panjang dan dinamis. Model pembangunan oleh Orde Baru telah membuktikan bahwa penekanannya pada paradigma pertumbuhan ekonomi, stabilitas nasional dan kekuasaan terpusat, telah menciptakan tirani negara dan eksploitasi sumber daya alam yang destruktif yang merendahkan kualitas eksistensial kehidupan manusia dan budaya masyarakat lokal. Pada titik itu, studi ini menawarkan suatu perspektif baru tentang strategi kebudayaan untuk pembangunan masyarakat dengan orientasi menemukan nilai-nilai intrinsik dari tradisi lokal sebagai fondasi untuk menyerap perubahan sosial yang sejalan dengan kearifan lokal yang sebenarnya adalah modal sosial dan modal budaya mereka. Tentu saja, temuan penelitian ini hanya model yang terbuka untuk diuji terus-menerus dalam konteks sosiopolitik dan kebudayaan yang berubah. Penelitian ini berhenti pada titik dimana penelitian-penelitian lanjutan harus bergerak maju untuk menemukan dan merekonstruksi model-model pembangunan yang berpihak pada masa depan dan kehidupan masyarakat "glokal" Indonesia yang lebih baik. Kata kunci: Leihitu, identitas, habitus, modernitas, transformasi sosiobudaya

ABSTRACT This dissertation is an effort to comprehend the dynamic of religion and culture in local communities on Ambon Island, eastern Indonesia. By exercising political anthropology frameworks, the analysis is focused on three local communities, i.e. Rumahtiga (Christian), Wakal and Hitumesing (Muslims). The objective of this dissertation is scrutinizing cultural capital of these communities by which they manage their social life with all plural dimensions of identity in order to maintain relational balance between differences through negotiating identity in the historical, political, religious and cultural contexts of Maluku and Indonesia. It endeavors to discern the transformation of sociopolitical process since the Reformasi 1998 as well as democratization movement through the decentralization of power that brings significant influences toward a construction of religious and ethnic identities of Ambonese society. Reinterpreting local traditions (adat) and restructuring adat institutions have affected institutional connections between adat and religious institutions; inter-religious relations and identity politics based on kinship networks (mataruma). In addition, there are emerging new meanings about structures of local traditions, such as pela and gandong, particularly as an implication of socio-religious conflict 1999-2004. It focuses not only on the structural transformation of socio-political institutions, but rather about the impact of state's sociopolitical transformation as a macro dimension which influences power relations and quotidian social relations at the local level. It also demonstrates another side of the implication of decentralizing political power and revitalization of Ambonese local traditions. Theoretically, Bourdieu's theory of practice provides a perspective to scrutinize how historical, sociological, cultural and political meanings interplay in daily social expressions, through language, structures of local tradition, inter-religious relationships as well as symbolic performances through adat and religious rituals (Islam and Christianity). The concept of habitus by Bourdieu is applied to bridge an epistemological break marks sociological analysis, which often trapped on the dichotomy "objective" (structural) and "subjective" (actor). Both dimensions are placed along with the process of "structured structures" and "structuring structures" which drive social and historical dynamics of society. The dissertation research eventually would like to depict that development strategy of the local community, in a broader and fundamental sense, is able to be applied by understanding the local community's worldview as a manifestation of historical and cultural consciousness, which is formed throughout a long and dynamic living experience. The development model by New Order has proved that its emphasis on paradigm of economic growth, national stability, and centralized power, had created a state's tyranny and destructive exploitation of natural resource which are declining existential qualities of human life and local community's culture. At that point, it offers a novel perspective about a cultural strategy for community development with orientation on discovering intrinsic values of local tradition as foundation to absorb and adapt social changes in accordance with existing local wisdoms that actually are their social and cultural capital. Certainly, the result of this research is only a model that offers to be tested continuously in changing sociopolitical and cultural contexts. This research ends right on the dot where other subsequent researches must move on to discover and reconstruct development models which take sides for the better future and life of the globalized-local "glocal" communities in Indonesia. Keywords: Leihitu, identity, habitus, modernity, sociocultural transformation

Kata Kunci : Leihitu, identity, habitus, modernity, sociocultural transformation

  1. S3-2016-324742-abstract.pdf  
  2. S3-2016-324742-bibliography.pdf  
  3. S3-2016-324742-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2016-324742-title.pdf