MAKNA PUISI "KITABATUN ALA DAU `I BUNDUQIYYAH" DALAM ANTOLOGI PUISI AL-A`MAL AL-ULA 1 KARYA MAHMUD DARWISY: ANALISIS SEMIOTIK RIFFATERRE
ZIDNA AMALINA MUFIDA, Hamdan, S.S., M.A.
2016 | Skripsi | S1 SASTRA ARABPenelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna puisi Kitabatun Ala Dau i Bunduqiyyah dalam antologi puisi al-Amal al-Ula 1.Untuk mengungkapkan makna dalam puisi ini digunakan teori semiotik yang dikemukakan oleh Riffaterre, yaitu dengan pembacaan semiotik yang terdiri atas pembacaan heuristik berupa penerjemahan terhadap puisi dan pembacaan hermeneutik berupa penafsiran terhadap makna yang terkandung dalam puisi. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa puisi Kitabatun Ala Dau i Bunduqiyyah berisi cerita tentang seorang perempuan Israel bernama Shulamith yang gagal dalam menggapai kebahagiaan cinta yang diidamkan karena kedua pemuda yang dicintainya saling berperang untuk bangsanya masing-masing, yaitu Palestina dan Israel. Makna dari puisi ini adalah perang yang berkepanjangan mengakibatkan kesengsaraan terhadap rakyat biasa. Makna ini disampaikan melalui pendeskripsian kesengsaraan Shulamith berupa penantian panjang, pertemuan singkat, pembicaraan buntu, dan ketidakjelasan masa depan. Kata kunci: cinta, kesengsaraan, Palestina, puisi.
The purpose of this research is revealing the meaning of the poem Kitabatun Ala Dau i Bunduqiyyah in anthology al-Amal al-Ula 1 by Mahmud Darwish. To reveal the meaning of the poem, the writer used semiotic theory by Riffaterre, with semiotic recitation that cosists of heuristic recitation which translates about poem and hermeneutic recitation that intrepretes about the meaning in the poem. This work concludes that the poetry Kitabatun Ala Dau i Bunduqiyyah tells a story about an Israeli woman named Shulamith who failed to gain the happiness of love because both men she loved are in the war against each other representing their own countries, Palestine and Israel. The meaning of meaning of this poet is the prolonged war resulted in misery for people. This meaning delivered by describing Shulamith misery including long wait, short meeting, deadlocked talk and future uncertainty. Keywords: love, misery, Palestine, poetry.
Kata Kunci : cinta, kesengsaraan, Palestina, puisi.