Framing Women Politician in Democratic Environment: A Study of Megawati Soekarnoputri and Hillary Clinton
NURLITA HAPSARI, Dewi Haryani S, Ph.D.
2016 | Tesis | S2 Pengkajian AmerikaPenelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana media membingkai pemberitaan mengenai politisi perempuan selama masa kampanye presiden serta arti penting dari pembingkaian tersebut pada konsep gender di Indonesia dan Amerika. Media memegang peranan politik yang penting karena ia membantu pembentukan opini publik terhadap isu dan figur tertentu. Mengingat bahwa pemberitaan media mengenai kandidat presiden tertentu sangat mempengaruhi hasil akhir pemilihan umum, menjadi menarik untuk melihat bagaimana media menampilkan tokoh perempuan yang mencalonkan diri sebagai presiden. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Sumber data utama adalah kumpulan artikel terpilih dari delapan kantor berita berbasis daring. Ada dua jenis data yang digunakan; data primer dan data sekunder. Untuk analisis mengenai Megawati Soekarnoputri, data primer didapat dari Detik, Liputan6, dan Tempo. Sementara untuk analisis mengenai Hillary Clinton, data didapat dari The New York Times, USA Today, The Washington Post, The Los Angeles Times, dan The Wall Street Journal. Data sekunder adalah semua buku referensi dan jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian. Penelitian ini dilakukan dibawah payung Pengkajian Amerika. Karena Pengkajian Amerika adalah interdispliner, penelitian ini mencakup berbagai teori dari beberapa disiplin ilmu. Penelitian ini menggunakan teori gender untuk mengamati bagaimana media membentuk citra politisi perempuan melalui bingkai pemberitaan. Analisis wacana kritis digunakan untuk mengamati arti penting dari pembingkaian tersebut terhadap konsep masyarakat mengenai peran gender. Kemudian, teori bingkai digunakan untuk menganalisis metode dan ideologi media dalam mengkonstruksi fakta melalui pemberitaan mereka. Dalam analisis, ditemukan bahwa ada berbagai bentuk bingkai yang digunakan oleh media dalam mendeskripsikan Hillary Clinton dan Megawati Soekarnoputri. Sementara media dari dua negara ini memiliki sedikit perbedaan fokus, namun pemberitaan di dua media sama-sama menggunakan tema tentang stereotip perempuan seperti penekanan pada penampilan fisik serta asosiasi terhadap keluarga. Pada akhirnya, setelah mempelajari dari bingkai media terhadap politisi perempuan, dapat disimpulkan bahwa meskipun gerakan feminisme telah mendapatkan banyak pencapaian di berbagai area, ternyata perempuan masih saja dianggap tidak cocok memasuki dunia politik. Kata kunci: Gender, politik, media, teori bingkai
This research was aimed to examine how media coverage produces particular framing toward women politician during presidential campaign as well as the significance behind the framings toward gender conception in Indonesia and America. Media holds a vital political role as it helps shaping people’s opinion over particular issues and figures. As media coverage toward particular candidates can profoundly affect election outcomes, it is interesting to see how media presents two women figures who ran for presidential race. This is a qualitative research. The main sources of data are articles gathered from eight online-based news outlets. There are two kinds of data; primary and secondary data. For analysis on Megawati Soekarnoputri, the primary data are articles from Detik, Liputan6, and Tempo. While for Hillary Clinton, the data are articles from The New York Times, USA Today, The Washington Post, The Los Angeles Times, and The Wall Street Journal. The secondary data are all selected works or research related to the topic such as reference books and journals. This research was done under the framework of American Studies. Since American Studies is interdisciplinary, it involves various theories and disciplines. This research uses gender theory to observe how media shape the image of women politician through their news coverage. Critical discourse analysis is used to explore the significance of media framing on women politician to society’s conception of women’s gender roles. Then, framing theory is important to analyze media’s method and ideology in constructing the facts within the coverage. In the research analysis, it is found that there are various framings used by media to describe Hillary Clinton and Megawati Soekarnoputri. While media in two countries have different focuses, news coverage on both media share the same stereotyping woman theme such as emphasis on physical appearance and family association. In the end, learning from the media framing toward woman politician, we can conclude that despite feminist achievement in many areas, women are still highly perceived as unfit to be in political world. Key words: Gender, politics, media, framing
Kata Kunci : Gender, politics, media, framing