Perencanaan Tourist Friendly City di Pusat Kota Pontianak

DIMAS WIDIYANTO, Iwan Suharyanto, S.T., M.Sc.

2016 | Skripsi | S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Kota Pontianak menjadi kota pertama yang direvitalisasi dalam kebijakan pembangunan pariwisata 2015 � 2019 oleh Bappenas, karena memiliki potensi yang sangat besar sebagai kota sungai dengan membangun waterfront dalam peningkatan fasilitas ekowisata pada Sungai Kapuas. Lokasi yang yang menjadi target pembangunan yaitu Pelabuhan Senghie, Taman Alun Kapuas dan Kampung Beting, yang terletak pada pusat Kota Pontianak. Namun, terdapat permasalahan tentang pengembangan pariwisata yang tertuang pada RPJMD Kota Pontianak tahun 2015-2019, seperti penataan obyek-obyek wisata belum terkonsep dengan baik, dukungan fasilitas terhadap sektor pariwisata kota belum optimal; pengembangan obyek wisata, dan atraksi serta produk pariwisata masih terkendala. Dengan adanya kondisi tersebut, diperlukan adanya perencanaan pariwisata yang ramah wisatawan, yang diadaptasi menggunakan konsep tourist friendly city. Pendekatan perencanaan menggunakan participatory planning, dengan melibatkan 8 (delapan) stakeholder terkait pada lokasi sebagai narasumber untuk mencari potensi dan masalah lokasi perencanaan. Gap analysis digunakan sebagai instrumen evaluasi, dengan menggunakan elaborasi dari konsep keruangan dan konsep pariwisata, yaitu elemen keruangan Hamid Shirvani serta konsep pariwisata tourist friendly city. Dengan metode tersebut, hasil yang didapatkan melalui proses survei lapangan dan depth interview mengerucut kepada 3 (tiga) masalah spasial utama pengembangan pariwisata pada pusat kota Pontianak, yaitu sirkulasi; keamanan; serta pengembangan objek wisata. Grand concept yang dihasilkan adalah waterfront tourist friendly city pusat Kota Pontianak. Terdapat 4 (empat) konsep besar sebagai bentuk penyusun rencana, yaitu sociablity,integrative,comfortness, dan recretive. Sociability merupakan konsep perencanaan guna lahan, ruang terbuka, penanda dan informasi, serta event pariwisata. Integrative merupakan konsep perencanaan sistem transportasi darat dan air serta jalur pedestrian. Comfortness merupakan konsep perencanaan keamanan dan keselamatan pengunjung dan wisatawan. Recreative merupakan pendetailan pengembangan objek wisata pada lokasi perencanaan yang memunculkan 3 (tiga) spor pariwisata baru, yatu Pontianak Waterfron, Chinatown Gadjah Mada, dan Kampung Apung Beting. Penyusunan masterplan rencana memiliki 3 (tiga) alternatif, yaitu water-oriented yang mengarahkan pembangunan ke arah tepian sungai Kapuas. Distribute zoning yang mengarahkan penyebaran spot pariwisata, dan yang terakhir comprehensive zoning yang merupakan gabungan sehingga memunculkan pengembangan pariwisata yang komprehensif. Berdasarkan hasil wawancara selama dua putaran dengan narasumber stakeholder terkait, terpilihlah masterplan dengan konsep comprehensive zoning. Pembelajaran dari perencanaan ini adalah metode participatory planning sesuai untuk diterapkan agar menghasilkan perencanaan yang tetap mempertimbangkan kondisi riil pada lapangan.

Pontianak is the first city to be revitalized according to the 2015 � 2019, tourism development policies constructed by the Ministry of National Development Planning (Bappenas), as it has enormous potential as a river city just by building a waterfront for the improvement of ecotourism facilities in the Kapuas River. The locations targeted for construction namely are Port Senghie, Taman Alun Kapuas and Kampung Beting, each one of them located in downtown Pontianak. However, there are concerns about the details of tourism development stated in the Pontianak City 2015-2019 Mid-Term Development Plans (RPJMD), such as the arrangement of the objects have not been well thought and concepted, tourism support facilities are not optimal; development, attractions and tourism products are all still constrained. Given the conditions, a well-constructed and systematic tourism development plan adapted from the tourist friendly city concept is needed. Planning approach are using Participatory planning, involving eight (8) relevant stakeholders on-site as a resource to find potential and location-planning problems. Gap analysis is used as an evaluation instrument, elaborating the concepts of space and tourism; The Hamid Shiryani Spatial Elements and the tourist friendly city concept. With the method above, the results obtained through field survey and depth interview focuses on three (3) major spatial issues of tourism development in downtown Pontianak; the circulation, security, and development of attraction The grand concept generated, is the waterfront tourist friendly city-, Pontianak city central. There are four (4) main concepts as the base plans; sociability, integrative, comfort, and recreative. Sociability is the concept of land-use planning, open space, markers and information, as well as tourism events. Integrative planning system is the concept of land and water transportation and pedestrian paths. Comfort is planning concepts of security and safety of visitors and tourists. Recreative or recreational is the detailing and development of new attraction sites, specifically three (3) new tourism spots which are: Pontianak Waterfront, Chinatown Gadjah Mada, and Apung Kampung Beting. The master plan development has three (3) alternatives; The water-oriented plan which steers development towards the Kapuas river banks; the Distribute zoning plan which moves and directs the deployment of tourists; and the Comprehensive zoning plan which is a combination that leads to the comprehensive development of tourism. Based on back-to-back interviews with relevant stakeholders as the source, the best master plan chosen was the Comprehensive zoning concept. One of the findings of this project is that the participatory planning method is very suitable if applied to produce a plan that considers and take into account real field conditions.

Kata Kunci : Perencanaan Pariwisata, Tourist Friendly City, Participatory Planning