Laporkan Masalah

PUISI PERLAWANAN ARAB-PALESTINA DALAM KARYA-KARYA MAHMUD DARWISY: KAJIAN ADAB AL-MUQAWAMAH

HINDUN, Prof. Dr. Bambang Purwanto, M.A.

2016 | Disertasi | S3 Sastra

Deklarasi berdirinya negara Israel pada 14 Mei 1948 dapat terjadi dengan melakukan pendudukan secara besar-besaran atas wilayah Palestina sehingga oleh bangsa Palestina disebut 'Bencana (an-Nakbah) 1948p' dan pendudukan yang semakin luas pasca perang Arab-Israel tahun 1967 sehingga disebut 'Malapetaka (al-Karisah) 1967'. Akibat hilangnya tanah air itu muncul gerakan-gerakan perlawanan bangsa Palestina yang berjuang untuk mengembalikan wilayah yang diduduki Israel. Gerakan perlawanan itu dilakukan baik dengan perlawanan fisik, diplomatik, maupun melalui karya sastra. Mahmud Darwisy, seorang penyair Arab-Palestina, menggunakan puisi-puisinya sebagai instrumen perlawanan terhadap pendudukan dan penjajahan Israel atas Palestina dan seruan agar bangsa Palestina terus melawan dan berjuang merebut kembali kemerdekaan Palestina dari tangan Israel. Sastra perlawanan adalah hasil pemikiran yang membicarakan penolakan dan penentangan terhadap pendudukan dan penjajahan dan digunakan untuk mengarahkan dan membangkitkan masyarakat agar menjaga keberadaannya dalam hal keyakinan, keilmuan, warisan budaya, dan masalah-masalah sosial lainnya'. Sastra perlawanan dalam sastra Arab merupakan sebuah alat untuk menggerakkan emosi jiwa bangsa Arab agar timbul pemikiran, rasa keberanian, rasa penuntutan balas, dan rasa pembelaan sehingga suatu pendudukan dan penjajahan itu harus dihentikan. Perjuangan adalah memperjuangkan manusia, tanah, dan pokok tanaman'. Oleh karena itu, metode pembahasan yang digunakan adalah membahas puisi-puisi Mahmud Darwisy dari segi manusia, tanah, dan tanaman Palestina dengan analisis ekspresi lingual-simbolik dan sosio-historis. Puisi Mahmud Darwisy membangkitkan politik perlawanan dan kesadaran kebangsaan bangsa Palestina. Puisi Mahmud Darwisy mengembalikan ingatan bangsa Palestina akan eksistensi nenek moyangnya dan budaya yang melekat pada bangsa itu dan mengembalikan ingatan atas tanah Palestina sebelum Israel menduduki dan menjajahnya. Hal itu perlu dilakukan karena bangsa Palestina pada saat ini adalah generasi ketiga setelah pendudukan, sedangkan Mahmud Darwisy adalah generasi pertama sehingga ia merasa perlu memberikan gambaran yang sebenarnya atas bangsa dan tanah air Palestina. Ingatan atas bangsa dan tanah air memberikah ruh perjuangan dan membangkitkan daya juang bagi bangsa Palestina untuk melakukan perlawanan terhadap penjajahan Israel hingga saat ini.

The declaration of the state of Israel on May 14th, 1948 could only take place through a massive occupation of Palestinian territories, which is called by the Palestinian people as '1948 Disaster (an-Nakbah)', and the expanded occupation of the post Arab-Israeli war of 1967 so-called 'Catastrophe (al-Karisah) 1967'. The loss of the homeland caused the emergence of the Palestinians' resistance movements who struggles to restore the territories occupied by Israel. The resistance are done through physical, diplomatic, and literary means. Mahmud Darwisy, an Arab-Palestinian poet, uses his poems as an instrument of resistance against the Israeli occupation of Palestine and calls for the Palestinians to continue to fight and free Palestine from the hands of Israel's. It is called adab al-muqawamah. Adab al-muqawamah (literature of resistance) is the result of thought that discusses the rejection and opposition to the occupation and colonization and is used to direct and motivate the oppressed community to maintain its existence in terms of confidence, scientific, cultural heritage, and other social problems. Literature of resistance in Arab literature is a tool to move the emotions of the Arabs that would invite productive thinking, a sense of courage, a sense of prosecutorial response and advocacy that would put the occupation and colonization to stop. The struggle seeks to defend human rights that are symbolically connected to soil, plants and trees. Therefore, the method of the discussion used in this study is discussing the poems of Mahmud Darwisy through human's perspective of their relation to the land and the plants by using lingual-symbolic expression and socio-historical analysis. Poetry Mahmud Darwisy generate political resistance and national consciousness of the Palestinians. It would restore the memory of their ancestors and cultural existence is inherent in the people, and restore the memory of the land of Palestine before Israel occupied and colonised it. It was necessary because the Palestinian people at this time is the third generation after the occupation, while Mahmud Darwisy is the first generation that he felt the need to give a true picture of the people and the Palestinian homeland. The memory of the nation and the country to give the spirit of struggle and raise the fighting spirit of the Palestinians to resist the Israeli occupation until today.

Kata Kunci : Mahmud Darwisy, adab al-muqawamah, an-Nakbah, al-Karisah,

  1. S3-2016-295032-abstract.pdf  
  2. S3-2016-295032-bibliography.pdf  
  3. S3-2016-295032-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2016-295032-title.pdf