PENGARUH MASUKNYA SENJATA API TERHADAP SIASAT TEMPUR ODA NOBUNAGA
EDI DARMAWAN CONDRO WICAKSONO, Stedi Wardoyo, S. S., M. A.
2016 | Skripsi | S1 SASTRA JEPANGSepanjang sejarah, kemunculan senjata api telah memberi pengaruh ke berbagai penjuru dunia. Senjata api mengubah cara bertempur serta pengembangan dan aplikasi alat perang seperti di berbagai negeri seperti Tiongkok dan daratan Eropa. Jepang juga merupakan salah satu negeri yang menerima pengaruh dari senjata api. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh senjata api terhadap Jepang, terutama terhadap Oda Nobunaga. Sejarah senjata api di Jepang berawal dari berlabuhnya sebuah kapal jung di pulau Tanegashima pada tahun 1543. Di antara ratusan penumpang kapal tersebut terdapat dua orang prajurit dari Portugal yang membawa dua pucuk senapan lantak. Mereka berdua memperkenalkan kekuatan senjata tersebut kepada Tanegashima Tokitaka yang merupakan penguasa ke-14 dari pulau Tanegashima. Tokitaka yang terkesan akan kekuatan senjata asing tersebut langsung membelinya dan mulai melakukan produksi. Dari Tanegashima senjata api menyebar ke seluruh penjuru Jepang dalam kurun waktu yang relatif singkat melalui para pedagang yang meraup keuntungan dari suburnya perdagangan pada abad pertengahan. Dengan daya serang yang lebih kuat dari pedang maupun tombak dan juga dapat ditembakkan dari jauh seperti panah, senapan lantak berhasil mencuri perhatian para pemimpin militer, pemburu, dan tentara bayaran. Oda Nobunaga merupakan salah satu dari orang-orang tersebut. Alasan peneliti mengambil Oda Nobunaga sebagai objek penelitian adalah selain karena di antara 3 tokoh besar yang berhasil menyatukan Jepang pada masa Sengoku, ialah yang paling awal memiliki ketertarikan terhadap senjata api dan berhasil memanfaatkannya dengan baik di medan perang. Penelitian ini menganalisis perubahan yang terjadi pada siasat tempur Oda Nobunaga, yang pada akhirnya mempengaruhi alur pertempuran yang terjadi pada akhir periode Sengoku. Peneliti melakukan pengumpulan data melalui studi pustaka dari buku, jurnal, maupun thesis yang membahas sejarah senjata api dan sejarah Jepang, terutama pada masa Sengoku seperti tulisan Charles E. Ethridge dan Carol Gaskin. Dari bahan-bahan tersebut penulis berhasil mendapatkan berbagai informasi antara lain mengenai pertempuran Okehazama, siasat tembak bergilir yang dijalankan pada pertempuran Nagashino, pembangunan istana Azuchi, dan struktur pasukan. Melalui informasi-informasi tersebut, penulis mendapati bahwa senjata api memberi perubahan terhadap siasat tempur Nobunaga. Siasat Nobunaga sendiri umumnya berupa serangan frontal terhadap lawan apabila jumlah pasukannya mengungguli lawan , atau berupa serangan mendadak apabila pasukan yang dipimpinnya kalah jumlah oleh pasukan lawan. Sebelum senjata api masuk, para pemimpin militer, termasuk Nobunaga, memiliki kesamaan dalam siasat tempur mereka, yaitu menyerang secara agresif dan frontal dengan mengerahkan jumlah pasukan yang besar. Senjata api mengubah siasat tempur yang mereka jalankan. Perubahan pada siasat tempur yang pertama adalah adanya pembagian pasukan berdasarkan jenis senjata yang digunakan. Umumnya pasukan dibagi menjadi pasukan pedang, pasukan penombak, pasukan pemanah, dan pasukan penembak yang menggunakan senapan lantak Kedua, meningkatnya jumlah pasukan infantri dan menurunnya jumlah pasukan kavaleri yang dianggap kurang efektif untuk menggunakan senjata api. Hal tersebut dikarenakan pasukan infantri dapat menggunakan senjata api dengan baik, dan bisa dengan mudah mengambil posisi-posisi strategis di medan perang, yang akhirnya dapat memberi keuntungan pada pasukannya. Yang ketiga adalah pembangunan istana-istana besar yang terletak di tengah tanah lapang seperti Azuchi. Istana-istana tersebut amat menguntungkan bagi pihak yang bertahan karena mereka dapat menggunakan senjata api dengan mudah dari dalam istana dan memiliki pertahanan yang baik terhadap senjata api lawan. Perubahan keempat terjadi setelah Nobunaga berhasil menumbangkan pasukan Takeda yang terkenal kuat p[ada pertempuran Nagashino dengan menerapkan siasat tembak bergilir. Para pemimpin militer yang melihat atau mendengar hasil pertempuran tersebut mulai mengadopsi cara bertempur defensif seperti yang diterapkan Nobunaga. Alur pertempuran pun berubah, dari agresif menjadi cenderung defensif. Bila melihat perubahan-perubahan yang terjadi, tidak diragukan lagi bahwa senjata api membawa perubahan di bidang militer Jepang. Perubahan yang terjadi tidak terbatas pada bidang militer saja. Bila melihat sejarah istana-istana seperti Azuchi dan Osaka, kita dapat mengetahui bahwa senjata api juga memberi pengaruh di bidang arsitektur. Pengaruh dan persebaran senjata api di Jepang tidak lepas dari beberapa factor. Diantaranya adalah factor timing, dan orang yang bisa memahami dan mampu memanfaatkannya. Senapan lantak masuk ke Jepang pada masa perang, dan lewat tangan dingin Nobunaga berhasil mempengaruhi alur pertempuran, mengubahnya, dan membawa revolusi. Sebelumnya ada tokoh-tokoh yang menolak senjata api dengan berbagai alasan, seperti mengotori semangat bushido, atau karena tidak sesuai dengan ajaran leluhur. Namun setelah Nobunaga menunjukkan kekuiatan sesungguhnya dari senjata api, pola pikir seperti itu mulai berubah. Mereka yang menolak senjata api dihadapkan pada dua pilihan. Menggunakan senjata api agar bisa bertempur dengan lawan yang menggunakannya, atau tidak mengubah sikap dan dihancurkan oleh lawan yang menggunakan senjata api.
The advent of firearm throughout affected the whole world. It changed the way of warfare and development of arms in lands such as China and Europe. Japan is also one of such lands affected by firearm. This thesis aims to result of research about influence of firearms upon Japanese, especially regarding battle tactics employed by Oda Nobunaga. The history of firearms in Japan tracked back to 1543, when a junk suddenly appeared on the shore of Tanegashima. Among hundreds of passengers of the ship, there were two Portuguese soldier carrying two rifles. Upon landing, the soldiers showed the rifles to Lord Tanegashima Tokitaka, the 14th ruler of Tanegashima. Impressed by the feat of the rifles, he bought both rifles and started the production himself. From Tanegashima, the rifles spread across Japan in relatively short time, mainly through merchants whom got many benefits from thriving of trades in medieval era. The rifles drew attentions of warlords, hunters, and mercenaries alike. Nobunaga was one of such people. Researcher chose Nobunaga as a subject because he was the first of Three Great Unifiers, which consist of Nobunaga himself, Toyotomi Hideyoshi, and Tokugawa Ieyasu, drawn by firearms and was able to use it effectively. This thesis was done by analysis of changes occurred on Nobunaga�s tactics, which in turn changed the flow of battles occurred by the end of Sengoku period. Books, journals, and theses concerning history of firearms and Japan, especially regarding Sengoku period such as thesis written by Charles E. Ethridge and book by Carol Gaskin used as sources for research. Those sources gave various information, including Battle of Okehazama, Battle of Nagashino, construction of Azuchi castle, and reconstruction of troops division by weapon type. From those information, researcher found out that firearms affected Nobunaga�s tactics, once usually rely on frontal assault by sheer number of troops, or in case his army is outnumbered, rely on ambush tactics. Before firearms become commonly used, the Japanese warlords, including Nobunaga, have one common thing regarding their tactics. They often rely on frontal, aggressive charges by deploying sheer number of troops. Then firearms came and eventually changed it. Those changes including the forming of various special units, divided by type of weapons used by the soldiers. The units usually divided into swordsmen, spearmen, archers, and gunners. The decreasing numbers of cavalry in favor of infantry also occurred, because cavalries considered ineffective in using the firearms. In stark contrast, infantry can wield guns with ease and able to seize strategic points in battlefield, thus giving great advantages to their army. Constructions and architectures also affected by firearms. Huge castles such as Azuchi castle built with firearms warfare in mind. Huge castles such as Azuchi let the defender shoot the attacking side and they are well protected by castle wall. Lastly, after Nobunaga employed the defense oriented volley fire tactics in Battle of Nagashino and won against the famous Takeda Army, many of the military commanders who saw or heard the victorious result began to adopt defensive strategies in contrast of aggressive strategies common before Battle of Nagashino. Thus changing the flow of battlefield from attack oriented into defense oriented. With those changes occurred, we can assume that firearms, without doubt, affected Japan in military aspect. Not only limited in military, if we look into history of Azuchi or Osaka castle, we can assume that the architecture of Japan affected by firearms as well. The spread and effect of firearms upon Japan brought in motion by some factors. The first is timing, and then a person who could fully comprehend capabilities of firearms and able to use it effectively. The matchlock rifles came into Japan at warring times, and by the brilliance of Nobunaga, affected the flow of battles, changed, and finally brought revolution upon it. There were warlords who reject the idea of using firearms. They considered firearms as insult to their spirit of bushido the way of their ancestors. After Nobunaga showed the true power and capability of firearms, their mind began to change. Those who reject the firearms now have two choices. Use the firearms in order to be able to compete with enemies armed with it, or insist to stand with their old ways and obliterated by their enemies.
Kata Kunci : senjata api, perubahan siasat tempur, Oda Nobunaga/firearms, changes upon tactics, Oda Nobunaga