POLITIK PERFORMATIF DALAM NOVEL APOCALYPSE BEBE KARYA VIRGINIE DESPENTES: KONSTRUKSI IDENTITAS LESBIAN MELALUI SASTRA PRANCIS KONTEMPORER
NOVI KURNIAWATI, Dr. Wening Udasmoro, M.Hum.,DEA.
2016 | Tesis | S2 Ilmu SastraMasyarakat heteroseksual di masa kontemporer masih memandang bahwa identitas gender merupakan konstruksi sosial. Kemudian norma ini menciptakan kriteria tertentu bagi laki-laki dan perempuan yang dianggap sebagai kondisi yang sudah mapan. Akibatnya, perempuan yang keluar dari kategori tersebut dianggap sebagai abnormal sehingga menimbulkan tindakan-tindakan yang tidak menyenangkan. Salah satunya adalah hate speech yang bertujuan untuk menghina keberadaan kaum yang dianggap tidak normal, begitu juga yang dialami oleh lesbian terkait dengan lesbophobia. Kemudian Apocalypse Bebe karya Virginie Despentes yang muncul pada tahun 2010 mencoba memutarbalikkan kondisi tersebut dengan menempatkan tokoh-tokoh lesbian pada posisi yang krusial. Akan tetapi, tokoh-tokoh tersebut justru tidak memiliki akhir yang jelas. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana penetapan dan pemosisian identitas lesbian dalam sudut pandang masyarakat lesbophobia dan para lesbian sekaligus mencari jawaban mengapa tokoh-tokoh marginal yang dianggap kuat justru menghilang. Permasalahan yang muncul dalam penelititan ini dipahami dengan konsep performativitas Judith Butler yang berkaitan dengan tindak tutur yang tidak bisa lepas dari bahasa. Karena data-data yang digunakan bersifat verbal, maka pengumpulan data dilakukan dengan metode simak. Kemudian data-data tersebut dihubungkan satu sama lain dalam tahap analisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tokoh-tokoh lesbian yang diciptakan dalam Apocalypse Bebe mencoba melakukan perlawanan terhadap identitas yang dianggap sudah mapan sekaligus mengaburkan sistem oposisi biner antara laki-laki dan perempuan yang diciptakan oleh norma heteroseksual. Hal ini dilakukan oleh Despentes dengan menggambarkan tokoh heteroseksual yang akhirnya memilih untuk menjadi lesbian dan tokoh lesbian yang menampilkan perilaku maskulin dalam tubuh perempuan. Bahkan, melalui tokoh-tokoh lesbian tersebut Despentes berhasil memperlihatkan bagaimana hate speech yang awalnya merupakan penghinaan terhadap kaum lesbian justru digunakan sebagai strategi untuk menetapkan dan memposisikan identitas mereka melalui politik performatif yang dilakukan. Meskipun demikian, usaha penetapan identitas itu tidak dapat mencapai kondisi final karena dalam konsep performativitas sendiri, identitas gender seseorang merupakan kondisi yang cair, tidak stabil, terus begerak, dan dapat berubah sewaktu-waktu. Oleh karena itu, tokoh-tokoh lesbian yang diciptakan oleh Despentes justru menghilang dan bergerak ke tempat lain sebagai bentuk tindakan performatif.
Heterosexual society in the contemporary social considers that gender identity is socially constructed. This norm creates certain criteria for both men and women were regarded as an established condition. As a result, women who come out of these categories are considered as abnormal, causing actions that are not pleasant. One is hate speech aimed at insulting the existence of which is considered as abnormal, as were experienced by lesbian associated with lesbophobia. Apocalypse Bebe by Virginie Despentes appeared in 2010 trying to distort the condition by placing lesbian characters in a crucial position. However, these figures do not actually have a clear ending. Therefore, this study want to know how the positioning of lesbian identity in the eyes of lesbophobia and lesbian community as well as seeking an answer to why the figures are considered to be strong marginal actually disappeared. This study applies the theory of performativity by Judith Butler related to speech acts that cannot be separated from language. This study uses verbal as main and supporting data so that the collecting of data is done through refer method. Then the data are linked to each other in the analysis part. The result shows that lesbian characters created in Apocalypse Bebe try to take the fight against identity are considered to be established once obscure system of binary opposition between men and women created by heterosexual norms. Despentes describe heterosexual character who eventually chose to become lesbian and lesbian character who display masculine behavior in the female body. Through the lesbian characters, Despentes can explain how hate speech which was originally an insult to lesbians actually used as a strategy to establish and reposition their identity through a politic of the performative. Nevertheless, the determination of the identity cannot reach the final condition because in the concept of performativity itself, gender identity is a condition liquid, unstable, continually on the move, and can change at any time. Therefore, lesbian characters created by Despentes just disappear and move to another place as a form of performative action.
Kata Kunci : identitas, gender, lesbian, lesbophobia, performativitas, perfomatif, hate speech