TINDAKAN MENGANCAM MUKA DAN RESPONSNYA DALAM BAHASA INDONESIA: STUDI KASUS TALKSHOW DI TELEVISI
FAUZIA MAGHFIROH, Agustin Retnaningsih, S.S., M.A.
2015 | Skripsi | S1 SASTRA INDONESIAPenelitian ini merupakan penelitian tentang tindakan mengancam muka (TMM) dan responsnya. Setiap orang memiliki 'muka' atau harga diri. Ditinjau dari segi pragmatik, TMM merupakan tindakan yang tidak santun karena dapat menjatuhkan harga diri seseorang. TMM banyak digunakan untuk menginterogasi atau mewawancarai seseorang dalam suatu kasus/masalah tertentu, misalnya dalam talkshow di televisi. Dalam talkshow di televisi, TMM sengaja dilakukan untuk menekan narasumber agar mau mengakui kesalahan, membenarkan tuduhan, atau mengklarifikasi isu yang sedang dibicarakan di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk TMM, bentuk-bentuk responsnya, dan menjelaskan faktor-faktor sosiolinguistik yang menyebabkan munculnya bentuk-bentuk tersebut. Pengambilan data dilakukan dengan metode simak dengan teknik SBLC (simak bebas libat cakap) yang dilanjutkan dengan teknik catat. Data diambil dengan cara mengunduh video talkshow di youtube.com yang mengangkat topik terkini seputar kasus atau peristiwa yang terjadi di Indonesia dan yang mengindikasikan adanya TMM. Pengambilan data dimulai dari Januari 2015 sampai Maret 2015 dan terkumpul sebanyak 252 dialog. Dari data tersebut, terkumpul 157 dialog yang memuat FTA. Dari populasi tersebut, diambil sampel sebanyak 52 data. Metode yang digunakan untuk menganalisis adalah metode padan pragmatis dengan teknik pilah unsur tertentu. Setelah itu, hasil analisis disajikan dengan metode formal dan informal. Dari hasil analisis, ditemukan 11 bentuk TMM dan kombinasi dua bentuk TMM dari 16 bentuk yang dipaparkan oleh Brown dan Levinson. Dari sebelas bentuk tersebut, bentuk mencela, mengkritik, mengejek, menegur, dan menuduh adalah bentuk yang paling dominan digunakan karena dalam talkshow di televisi sengaja dibuat pertanyaan-pertanyaan terkait tuduhan, laporan, atau isu seputar kasus yang sedang dihadapi oleh narasumber (P2). Hal tersebut dilakukan untuk menggali informasi, mengklarifikasi, dan menilai tindakan P2 di mata masyarakat. Dalam talkshow di televisi, terdapat dua bentuk respons menurut Brown dan Levinson yang berupa TMM yaitu merendahkan diri dan mengakui kesalahan. Selain itu, ditemukan bentuk respons yang lain sejumlah tujuh bentuk beserta kombinasinya. Bentuk-bentuk tersebut digunakan untuk mempertahankan citra P2 dengan membela diri dan tidak mengancam balik. Tindakan ancaman muka merupakan tindakan yang melanggar kesantunan berbahasa, tetapi dalam talkshow di televisi yang mengangkat berita aktual, tindakan ancaman muka dapat dibenarkan. Tujuan digunakannya tindakan ancaman muka adalah untuk memperoleh informasi selengkap-lengkapnya terkait kasus yang sedang aktual dari pihak yang terlibat langsung dengan kasus tersebut.
This research is about a face threatening act (FTA) and responses. Everyone has 'a face' or self-esteem. In study of pragmatics, FTA is an act that is impolite because it can ruin someone's reputation. FTA is often used to interrogate or interview in a certain case i.e. in a news talk show. In a news talk show, FTA is used to press informants so that they confess their mistaken, correct accusation, or clarify issues that are currently talked by society. This research aims to know types of FTA and response towards FTA, and to explain factors that create those types. Data collecting is done by using observation method with non-participant technique that is continued to script technique. The way to take a data is by downloading a talkshow video at youtube.com that raises recent news about Indonesian cases that indicate FTA. The data taking was started from January until March 2015 that has collected 252 dialogues. From those data, there were 157 dialogues contained FTA. From those population, there were 52 data as samples that used a pragmatic equal method using certain element sort technique. After that, analysis result was served with formal and informal methods. From the analysis result, there are 11 FTA types and combination of two FTA types from 16 FTA based on Brown and Levinson's explanation. From those eleven types, the most dominant of FTA types are to call down, to criticize, to ridicule, to admonish and to accuse because the talk show at the television intentionally makes questions related to accusationstatement or issues about current cases of informant (P2). It is a way to find information, to clarify and to assess P2 action in the eyes of society. There are two response types in the talkshow at the television based on Brown and Levinson i.e. FTA. Those are to underestimate and to acknowledge error. Besides, there are found other seven response types along with the combination. Those types are used to defend P2's image by doing self-protection and not threatening back. A face-threatening act breaks language politeness, but it is corrected in the talk show at the television that raise actual news. A face-threatening act aims to get detail information related to the actual current cases from the figure who is involved.
Kata Kunci : talkshow di televisi, kesantunan berbahasa, tindakan mengancam muka