Kesiapan Apoteker Komunitas Kota Yogyakarta dalam Memberikan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) Obat pada Pasien dengan Penyakit Kronis
ARDEA MAHANANDA, M. Rifqi Rokhman, M.Sc., Apt.
2015 | Skripsi | S1 FARMASIPenyakit kronis merupakan permasalahan kesehatan yang mengharuskan penggunaan obat dengan jangka waktu panjang. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) merupakan salah satu pelayanan kefarmasian untuk meningkatkan outcome terapi pada pasien dengan penyakit kronis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan apoteker dalam melakukan KIE obat pada pasien kronis. Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental yang melibatkan 87 responden apoteker komunitas di Kota Yogyakarta. Penelitian menggunakan purposive sampling terhadap Apoteker Penanggungjawab Apotek (APA) maupun Apoteker Pendamping (Aping). Penelitian dilakukan dengan satusatunya alat bantu berupa kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya menggunakan analisis bivariat Pearson dan Cronbach's alpha. Data dianalisis secara statistik deskriptif. Hasil analisis mengungkapkan bahwa literatur cetak dan eBook menjadi pilihan utama sebagai media informasi. Selain itu, Continuing Professional Development (CPD) yang diselenggarakan oleh IAI merupakan sumber forum informasi bagi apoteker. Dalam pelayanannya, apoteker memberikan KIE sering (mean score 2,71). Penyampaian tentang nama dan zat aktif obat selalu disampaikan, namun penyampaian mengenai penanganan efek samping obat, mengisi kartu pengobatan pasien, dan melakukan follow up dilakukan dengan intensitas kadang-kadang. Sebanyak 88,51% responden merasa hambatan utama dalam KIE dari segi internal apotek adalah tentang remunerasi (professional fee) yang dapat diperoleh selama pelayanan, sedangkan hambatan KIE tertinggi dari segi pasien adalah tidak adanya waktu untuk mendapatkan KIE (81,61%). Sebanyak 77% responden apoteker mengharapkan adanya professional fee yang mereka dapatkan dari KIE, dengan 59,7% responden mengharap nominal sebesar Rp 10.000-20.000.
Chronic diseases is health problem that leads to long-term drugs usage. Communication Information and Education (CIE) is one of pharmaceutical services to increase the therapeutic outcome of patient with chronic diseases. This research aims to knowing about pharmacist readiness in practicing CIE toward the chronic patients. This research was a non-experimental study that involved 87 community pharmacists entire City of Yogyakarta as respondents. Research used purposive sampling method toward Managing Drugs Store Pharmacist (Chief Pharmacist of Drugs Store) and also General Assistant Pharmacist. Research condemned with the only tool by questionnaire, that was validity tested with Pearson bivariate analytic method and reliability tested with Cronbach's alpha analytic method. After that, whole data from respondents will be analyzed descriptive statistically. Result showed that printed literacy and eBook were two of main choice as media-sourced information. Beside of that, Continuing Professional Development (CPD) from IAI (Ikatan Apoteker Indonesia/Indonesian Pharmacist Association) was a main source as forum-sourced information. In their service, pharmacists gave CIE in "often" intensity (mean score 2,71). The information about drugs name and active compound were "always" delivered, but things such of side-effect handling, filling patient medication record, and apply for patient follow-up were delivered in "usual" intensity. Count of 88,51% respondents felt the main CIE barrier from side of drugs store was a pharmacist's salary (professional fee) during their service, while the highest CIE barrier from patient side was lack of time to get CIE from pharmacist (81,61%). As much as 77% respondents expect for professional fee earned from CIE service with 59,7% respondents looking for about Rp 10.000-20.000.
Kata Kunci : Penyakit kronis, apoteker, sumber informasi, KIE, hambatan, professional fee.