Analisis Supply and Demand Chain Management dalam Distribusi Premium: Studi pada PT Pertamina (Persero)

AMARILIES, Harummi Sekar, Wakhid Slamet Ciptono, MBA., MPM., Ph.D

2010 | Tesis | S2 Magister Manajemen

Sejak pertengahan tahun 1990-an, para pelaku bisnis telah memperkirakan terjadinya persaingan yang bukan antar perusahaan, melainkan antar Supply Chain Management (SCM) yang diterapkan oleh masing-masing perusahaan. Pengelolaan rantai pasokan ini menjadi bagian yang terintegrasi dalam konsep dan strategi yang diterapkan oleh para petinggi perusahaan, begitu juga di Pertamina, penyedia utama produk BBM yang menghasilkan energi untuk kebutuhan rakyat Indonesia. Sementara itu, peningkatan pcrmintaan produk BBM tidak diikuti oleh peningkatan kemampuan kilang Pertamina dalam memproduksi, sehingga tetap dibutuhkan impor dalam jumlah yang cukup besar. Dengan begitu, dibutuhkan suatu perencanaan yang optimal, baik untuk pengadaan maupun distribusi, agar kebutuhan akan energy tersebut dapat dipenuhi. Di akhir tahun 2008 Pertamina telah membentuk fungsi Integrated Supply Chain (ISC) yang bertanggung jawab langsung kepada direktur utama untuk melaksanakan fungsi perencanaan dan distribusi produk BBM serta minyak mentah. Fungsi ini mengintegrasikan kegiatan impor minyak mentah yang sebelumnya dilakukan oleh kilang serta impor produk BBM yang dilakukakan oleh Marketing. Sepanjang tahun 2009, kinerja fungsi ini cukup baik, walaupun total depot kritis yang terjadi sebanyak 76 kejadian, untuk produk Premium, Solar dan Kerosene. Memang masih jauh dari target Key Performance Indicator (KPI) yang ditetapkan, yaitu 48 kejadian. Begitu juga dengan perencanaan dan proyeksi permintaan, sudah cukup baik dilaksanakan, namun, di empat bulan terkahir sepanjang tahun 2009, terjadi underforecasting yang menyebabkan kesulitan BBM di beberapa daerah di bagian timur Indonesia. Beberapa kendala yang dialami oleh Integrated Supply Planning (ISP), fungsi yang bertanggung jawab atas perencanaan distribusi, adalah kendala geografis Negara, cuaca, keandalan peralatan transportasi, serta fluktuasi permintaan. Untuk mengatasinya, Pertamina terus berupaya untuk memperbaiki metode proycksi permintaan serta membenahi aliran informasi yang ada, sehingga tercipta pengelolaan supply and demand yang optimal dan tercapai efisiensi. Hal ini sejalan dengan perubahan status Pertamina sejak ditetapkannya Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 ten tang migas. Serta usaha untuk mencapai tujuan Pertamina, menjadi perusahaan migas kelas dunia. Kata kunci: supply and demand chain management, forecasting, key performance indicator, Pertamina, produk migas.

Since mid- 1990s, business people have predicted the occurrence of competition between Supply Chain Management (SCM) implemented by each company. SCM has become an integrated part in the concept and strategy by the company officials, as well as at Pertamina, which supply most demand of energy in Indonesia. The increasing demand for petroleum products is not followed by an increase of Pertamina's refinery capacity to produce, so import in large quantities is still needed. By doing so, Pertamina needs an optimal plan, both for procurement and distribution, so it is able to fulfill the demand. At the end of 2008, Pertamina has established the function of integrated Supply Chain (JSC), being directly responsible to the chief executive in performing the functions of planning and distribution of petroleum products and crude oil. The integrated function of crude and petroleum product that were done separately by Refinery Unit and Marketing. During 2009, the performance of this junction is quite good, although the total critical depot which occurred were 76 events, for the three main products; Premium, Solar and Kerosene. This result was below the target of Key Performance Indicator (KPI), which allow the maximum critical inventory depot as 48 events. While the planning and demand forecast performance was good. Pertamina had eight months as well-forecasted demand, but the last for months in that year were under forecasting. Most events occurred in the eastern areas of Indonesia. integrated Supply Planning (ISP), the function that is responsible for planning the distribution in ISC-Pertamina, faces several constraints in planning and distributing the products. There are geographical constraints of Indonesia, weather, inventory tank capacity, transportation equipment reliability, as well as fluctuations in demand. To overcome those constrains, Pertamina continues to strive to improve methods of demand projections and to IX the existing information flow, to create the management of supply and demand and also to achieve optimal efficiency. This is in line with changes in the status of Pertamina since the enactment of Undang-Undang No. 22 I 2001 concerning oil and gas. It also as an effort to achieve the goal of Pertamina, a world-class oil and gas company. Keywords: supply and demand chain management, forecasting, key performance indicator, Pertamina, oil and gas products.

Kata Kunci : Supply and demand chain management, Forecasting, Key performance indicator, Pertamina, Produk migas