Laporkan Masalah

Sistem keagamaan masyarakat Islam Pesisir Rembang :: Akulturasi antara Islam dengan kebudayaan Jawa

MUSOFFA, Dr. Susetiawan

2004 | Tesis | S2 Sosiologi

Apabila kita membaca sejarah tentang penyebaran Islam di Jawa yang dipelopori oleh Walisongo, maka saat ini, kita bisa mengatakan bahwa komunitas wong mbelah merupakan salah satu model Islam yang masih tersisa dari warisan Walisongo tersebut, dalam pengertian, wong mbelah menggunakan metode akulturasi dalam proses Islamisasi. Bagi kalangan wong mbelah, terserapnya kebudayaan lokal dalam agama, tidak perlu berarti hilangnya segi universal suatu agama (Islam). Hal itu hanya membawa akibat adanya realitas keragaman penerapan prinsip-prinsip umum dan universal suatu agama, yaitu keanekaragaman berkenaan dengan tata-cara atau teknik. Hal itu juga tidak bisa ditafsirkan bahwa wong mbelah mengompromikan prinsip, sebab inti persoalan itu semua hanya bernilai “metodologis” dan “instrumental” sifatnya, jadi tidak intrinsik. Dalam konteks ini wong mbelah membedakan antara apa yang disebut Islam-universal dan apa yang Arab-lokal; apa yang Islam-teologi dan apa yang Islam-kultural. Pada tingkat lokal dan kultural inilah wong mbelah tidak pernah mempersoalkan, bahkan meletakkannya sebagai sebuah warisan kebudayaan klasik yang perlu dijaga kelestariannya. Dengan adanya akulturasi antara Islam dan budaya lokal, maka sistem keagamaan yang dipraktekkan wong mbelah adalah sebuah bentuk keagamaan sinkretik. Dalam hal ini, sinkretisme hanya berkenaan dengan aspek budaya dan tidak menyentuh aspek akidah (teologi). Apa yang menarik dari semua itu adalah, bahwa sinkretisme dalam komunitas wong mbelah, tampaknya digunakan sebagai metode tafsir atas wahyu. Pesan-pesan religius ditafsirkan sesuai dengan situasi masyarakat dan zaman. Dengan demikian sinkretisme telah menyuguhkan sebuah bentuk kearifan sosial, dalam arti dan fungsinya sebagai metode dialog antara Islam dan berbaga i bentuk kebudayaan lokal. Menempatkan kebudayaan lokal sebagai “mitra dialog”, maka sinkretisme sebagai tafsir atas wahyu, sesungguhnya merupakan suatu proses kultural yang tidak akan pernah berakhir.

If we read the history of the widespread of Islam in Java, which was led by Walisongo, we can say the currently wong mbelah community is the last model of the Walisongo inheritance, in term of the way wong mbelah community uses acculturation method in the process of Islamization. For the wong mbelah community, the absorption of local culture into religion does not necessarily mean the loose of the universal aspect of religion (Islam). It brought about the diversity in the application of general and universal principle of religion, namely diversity in term of way and technical. The acculturation method of the wong mbelah community does not also mean that the wong mbelah community made compromise in principle because the meaning of acculturation is only as a “methodology” and “instrumentation, thus it is not intrinsic. In this context, the wong mbelah community differentiates between what socalled universal Islam and local-Arabic; between theological Islam and cultural Islam. For wong mbelah community acculturation in the local and cultural level is not a problem. It, even, places local and cultural traditions as cultural inheritances of classical culture that should be conserved. With the acculturation between Islam and local culture, the religious system of wong mbelah community is a form of “syncretical religiosity”. Here, syncretism relates only to cultural aspect, not to theological aspect. What is interesting is that syncretism among wong mbelah community is seemingly used as method of interpretation of revelation. Religious massages are interpreted based on the social contemporary situation. Thus, syncretism among wong mbelah community has shown a kind of social wisdom in its function as a method of dialogue between Islam and various forms local culture. By placing local culture as partner of dialogue, syncretism as an interpretation of revelation, is, however, a kind of never ending process of acculturation.

Kata Kunci : Sosiologi,Masyarakat Pesisir,Sistem Keagamaan, Wong Mbelah Community, Religious System, Local Culture.

  1. S2-2003-Musoffa-abstract.pdf  
  2. S2-2003-Musoffa-bibliography.pdf  
  3. S2-2003-Musoffa-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2003-Musoffa-title.pdf