Laporkan Masalah

BUDAYA HUTANG SECARA DIGITAL : Studi Kasus Penggunaan Spaylater dalam Pemenuhan Kebutuhan Anak Muda Indonesia

AZRIAL ABYAD, Prof. Dr. Bambang Hudayana, M.A.

2022 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYA

Fintech sebagai platform ekonomi digital menyediakan layanan hutang dalam bentuk kredit konsumtif rendah secara digital yang dapat diakses dengan cepat dan mudah. Proses praktis melalui ruang digital membuat konsep "hutang" secara sosial-budaya berubah. Hutang yang sebelumnya secara konvensional memiliki sifat komunal yang didasari oleh jalin interaksi tatap muka meliputi rasa berbagi, hirarki, dan pertukaran terputus oleh penggunaan ponsel masing-masing individu. Sementara tujuan hutang yang sebelumnya merupakan usaha pemenuhan untuk bertahan hidup berubah menjadi usaha pemenuhan untuk gaya hidup. Anak muda sebagai demografi yang paling banyak memiliki kecenderungan menggunakan layanan hutang digital Buy Now, Pay Later (BNPL) belum memiliki kestabilan ekonomi dan masih bergantung kepada orangtua. Namun, dorongan atas pemenuhan gaya hidup menjadikan mereka terus melakukan perilaku konsumtif. Melalui studi kasus penggunaan Spaylater oleh anak muda, penelitian ini berfokus pada penggunaan hutang dalam bentuk kredit konsumtif secara digital dibandingkan secara konvensional serta dampak yang dihadirkan oleh perbedaan di antara hutang digital dan konvensional. Tujuan penelitian ini adalah memberikan penjelasan penggunaan Spaylater oleh anak muda dan mendapatkan gambaran mengenai perbedaan hutang baik digital maupun konvensional. Menggunakan metode penelitian kualitatif, penelitian ini berusaha untuk memahami secara mendalam dan menafsirkan perbedaan penggunaan hutang digital dan hutang konvensional dalam bentuk kredit konsumtif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi partisipan menggunakan fitur Spaylater selama 1 tahun, melakukan wawancara secara mendalam dengan empat partisipan, dan melakukan studi literatur. Dilengkapi dengan beberapa dokumentasi pendukung penelitian. Penelitian ini dilakukan selama satu bulan, di antara bulan Juli hingga Agustus 2022. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa anak muda mengeksploitasi penggunaan hutang digital Spaylater. Kurangnya pengetahuan pengelolaan keuangan, keterbatasan pemasukan, dan kurangnya kontrol perilaku konsumtif yang didasari oleh sifat praktis dan impulsif membuat tujuan penggunaan hutang berubah menjadi usaha pemenuhan gaya hidup. Didorong oleh narasi konsumerisme Shopee sebagai penyedia jasa melalui hyperrealitas periklanan, berbagai macam promosi, dan skema hadiah untuk menggaet pengguna Spaylater untuk berperilaku konsumtif. Selanjutnya, berdasarkan pola penggunaan Spaylater oleh anak muda didapati bahwa penggunaan hutang secara digital tidak bersifat komunal dan tidak dilandasi oleh hubungan personal. Melainkan, hutang secara digital bersifat personal dan hubungan timbal-balik antara pihak terkait bukan sebagai wujud pemenuhan kepercayaan, lebih kepada pemenuhan kewajiban atas perjanjian yang telah disepakati. Meski dasar moral pertukaran ditemukan pada hutang secara digital, namun hubungan personal antara pihak terkait tidak berpengaruh pada keberlanjutan transaksi di masa depan karena pengguna Spaylater bertindak pro-aktif untuk mengambil kesempatan hutang. Pada akhirnya, anak muda menggunakan kedua opsi hutang baik secara digital maupun secara konvensional dengan tujuan yang berbeda.

Fintech as a digital economic platform provides debt services in the form of digital low-consumptive loans that can be accessed quickly and easily. Practical processes through digital space make the concept of "debt" socio-culturally change. Debt that previously conventionally had a communal nature based on face-to-face interactions, including a sense of sharing, hierarchy, and exchange was interrupted by the use of each individual's cell phone. While the purpose of debt which was previously a fulfillment effort to survive has turned into a fulfillment effort for a lifestyle. Youth people as the demographic that most have a tendency to use the Buy Now, Pay Later (BNPL) digital debt service do not yet have economic stability and are still dependent on their parents. However, the encouragement of a fulfilling lifestyle makes them continue to engage in consumptive behavior. Through case studies on the use of Spaylater by youth, this research focuses on the use of debt in the form of consumer credit digitally compared to conventional and the impact presented by the differences between digital and conventional debt. The purpose of this study is to provide an explanation of the use of Spaylater by youth people and get an overview of the differences between digital and conventional debt. Using qualitative research methods, this study seeks to understand in depth and interpret the differences in the use of digital debt and conventional debt in the form of consumer credit. Data collection was carried out through participant observation using the Spaylater feature for 1 year, conducting in-depth interviews with four participants, and conducting literature studies. Equipped with some research supporting documentation. This research was conducted for one month, between July and August 2022. The results of this study show that young people exploit the use of Spaylater digital debt. Lack of financial management knowledge, limited income, and lack of consumptive behavior control based on practicality and impulsivity make the purpose of using debt turn into an effort to fulfill a lifestyle. Driven by the narrative of consumerism, Shopee as a service provider through advertising hyperreality, various kinds of promotions, and reward schemes to entice Spaylater users to behave consumptively. Furthermore, based on the pattern of use of Spaylater by youth, it is found that the use of digital debt is not communal and is not based on personal relationships. Instead, digital debt is personal and the reciprocal relationship between related parties is not a form of fulfilling trust, but more of fulfilling obligations on agreements that have been agreed upon. Even though the moral basis of exchange is found in digital debt, the personal relationship between related parties has no effect on the sustainability of future transactions because Spaylater users act proactively to take advantage of debt opportunities. In the end, youth people use both debt options, both digitally and conventionally with different goals.

Kata Kunci : Hutang, Spaylater, Anak Muda, Konsumerisme

  1. S1-2022-430855-abstract.pdf  
  2. S1-2022-430855-bibliography.pdf  
  3. S1-2022-430855-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2022-430855-title.pdf