Laporkan Masalah

OPINI PUBLIK TERHADAP ANTI FEMINISME DI INDONESIA (Studi Kasus: Campaign #IndonesiaTanpaFeminism di Media Sosial)

FALIKH C W D, Drs. Suparjan, M. Si.

2022 | Skripsi | S1 PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN

Gerakan feminisme di Indonesia sudah sejak lama ada di Indonesia dan bukanlah suatu hal yang baru. Namun sebaliknya, gerakan anti-feminisme merupakan suatu hal yang baru di masyarakat Indonesia yang sebelumnya belum pernah ada. Jika membahas tentang pro dan kontra terhadap feminisme, banyak masyarakat Indonesia yang sudah sejak lama terbagi menjadi pro dan kontra, namun semua itu tidak ditujukan secara blak-blakan di ruang terbuka. Adanya kemajuan teknologi dan pola pikir masyarakat Indonesia yang juga semakin maju, kehadiran media sosial kemudian dimanfaatkan oleh beberapa penggiat dari berbagai macam gerakan wadah mengkampanyekan gerakan mereka, salah satunya penggiat feminisme. Tidak mau kalah, beberapa pihak yang kontra terhadap feminisme pun juga akhirnya mencoba menjadikan media sosial sebagai alat untuk mereka mengkampanyekan gerakan mereka. Namun yang menjadi pertanyaan besar adalah kenapa orang-orang yang kontra akan feminisme kemudian memutuskan untuk menunjukkan diri mereka sekarang? Apa yang sebenarnya membuat mereka akhirnya memutuskan untuk membuat sebuah campaign #IndonesiaTanpaFeminis di media sosial secara tiba-tiba? Pada penelitian ini, peneliti berfokus kepada opini publik dalam melihat fenomena hadirnya gerakan anti-feminisme di Indonesia dengan menggunakan konsep opini publik, feminisme, anti-feminisme dan patriarki. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat beberapa pihak yang setuju terhadap gerakan anti-feminisme di Indonesia, ada pula yang tidak setuju dan ada pula yang netral. Selain itu, publik juga berpendapat bahwa kemunculan gerakan ini didasari oleh beberapa kemungkinan, antara lainnya adalah bentuk kebebasan berpendapat dan respon terhadap feminisme, adanya momentum dan kemajuan teknologi, berhubungan dengan budaya patriarki dan agama, dan adanya kepentingan dari kalangan tertentu.

The feminism movement in Indonesia has existed for a long time in Indonesia and is not something new. On the other hand, the anti-feminism movement is something new in Indonesia that has never existed before. When discussing the pros and cons of feminism, many Indonesians have long been divided into pros and cons, but all of this is not addressed openly in an open space. The existence of technological advances and the mindset of the Indonesian people who are also increasingly advanced, the presence of social media is then used by several activists from various movements to campaign for their movements, one of which is feminism activists. Not to be outdone, some parties against feminism also finally tried to use social media as a tool for them to campaign for their movement. But the big question is why do people who are against feminism then decide to show themselves now? What actually made them decide to suddenly start a #IndonesiaTanpaFeminis campaign on social media? In this study, the researcher focuses on public opinion in seeing the phenomenon of the presence of the anti-feminism movement in Indonesia by using the concepts of public opinion, feminism, anti-feminism and patriarchy. The results of this study are that there are several parties who agree with the anti-feminism movement in Indonesia, some do not agree and some are neutral. In addition, the public also believes that the emergence of this movement is based on several possibilities, including the form of freedom of opinion and response to feminism, the momentum and technological progress, related to patriarchal culture and religion, and the interests of certain groups.

Kata Kunci : feminisme, antifeminisme, patriarki, media sosial

  1. S1-2022-394612-abstract.pdf  
  2. S1-2022-394612-bibliography.pdf  
  3. S1-2022-394612-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2022-394612-title.pdf