Laporkan Masalah

Mereka berbeda: Narasi prasangka warga lokal di Desa Tuapukan, Nusa Tenggara Timur

NUR JULQURNIATI, Dr. Wenty Marina Minza, S.Psi, M.A.

2022 | Tesis | MAGISTER PSIKOLOGI

Konflik dapat menjadi ancaman yang dapat memicu prasangka dalam hubungan antarkelompok. Warga lokal dan warga baru eks pengungsi Timor Timur yang hidup berdampingan di Tuapukan, memiliki riwayat konflik pada tahun 2000 yang memunculkan ancaman dan prasangka negatif. Meskipun hubungan antarkelompok telah terjalin pasca konflik-konflik tersebut, perselisihan kembali terulang pada tahun 2020. Hal tersebut dapat memengaruhi prasangka yang dimiliki warga lokal dan mengganggu keharmonisan hubungan antarkelompok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengapa prasangka terhadap warga baru eks pengungsi Timor Timur di desa Tuapukan masih dipertahankan warga lokal. Studi naratif ini menggunakan wawancara mendalam untuk mendapatkan gambaran cerita dari 4 partisipan yang selanjutnya dianalisis menggunakan analisis tematik untuk menemukan tema-tema terkait penyebab prasangka. Dokumen-dokumen pendukung berupa berita konflik dan profil desa juga digunakan untuk mendapatkan gambaran umum situasi di desa. Prasangka warga lokal terhadap warga baru di Tuapukan didasari oleh narasi tentang perbedaan, yang memperkuat sensitivitas terhadap berbagai bentuk ancaman, baik ancaman simbolik maupun realistik. Melalui studi naratif, ditemukan juga bahwa narasi tentang perbedaan ini cenderung menetap dari waktu ke waktu, tapi ancaman yang menjadi sumber prasangka berubah. Pasca konflik tahun 2000, ancaman simbolik yang dominan dirasakan oleh warga lokal bersumber dari solidaritas out-group dan distorsi bahasa dalam komunikasi. Pada masa konflik tahun 2020, ancaman simbolik dirasakan dari konflik dalam hubungan pertemanan. Ancaman realistik meningkat pasca konflik tahun 2020 disebabkan oleh perebutan sumber daya dan politik lokal di desa. Prasangka yang berasal dari ancaman-ancaman tersebut terus berlanjut dan dipertahankan warga lokal karena relasi negatif yang dirasakan sampai saat ini.

Conflict can be a threat that triggers prejudice in intergroup relations. Locals and new citizens of former Timor Timur refugees who live side-by-side in Tuapukan have a history of conflict in 2000 that has given rise to threats and prejudice. Although relations between groups have been established following these conflicts, conflict recurred in 2020. It might affect locals' prejudices and disrupt harmonious relations between groups. This study aims to determine why locals persist in having a prejudice against Timor Timur refugees who have resettled in Tuapukan Village. This narrative study employs in-depth interviews to obtain an overview of the life experiences of four participants, which are then subjected to thematic analysis to identify themes related to the causes of prejudice. Documents such as conflict reports and village profiles are utilized to comprehend the village's situation. Tuapukan locals' prejudice against Timor Timur refugees is based on a narrative about differences, which magnifies sensitivity to symbolic and realistic threats. Narrative research also discovered that the narratives about these differences persist over time, but the threats that contribute to prejudice have changed. Following the conflict in 2000, the dominant symbolic threat felt by locals was out-group solidarity and linguistic distortion in communication. During the conflict in 2020, a symbolic threat is felt from conflict in friendship. Following the conflict in 2020, realistic threats increased caused by the village's resources struggle and local politics.

Kata Kunci : Ancaman realistik, ancaman simbolik, prasangka, warga baru, warga lokal/Locals, new citizens, prejudice, realistic threats, symbolic threats

  1. S2-2022-448925-abstract.pdf  
  2. S2-2022-448925-bibliography.pdf  
  3. S2-2022-448925-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2022-448925-title.pdf