Laporkan Masalah

Ekofeminisme dalam Tari Topeng Kawedar

NOVA YUNITA, Prof. Dr. Wening Udasmoro, DEA.; Dr. Paramitha Dyah Fitriasari, M.Hum.

2022 | Tesis | MAGISTER PENGKAJIAN SENI PERTUNJUKAN DAN SENI RUPA

Penelitian ini berangkat dari kajian mengenai pewacanaan ekofeminisme yang dimunculkan dalam pertunjukan tari Topeng Kawedar. Adapun tujuannya yakni untuk mengetahui praktik pada tari Topeng Kawedar dan peran masyarakat desa sebagai pemerhati lingkungan untuk berkontribusi dalam diskusi ilmiah pada penelitian ekofeminisme, khususnya di bidang seni. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana warga Tuksongo melakukan proses preservasi alam dan bagaimana preservasi alam yang terdapat dalam tari Topeng Kawedar tersebut. Penelitian ini menggunakan model penelitian kualitatif. Metode penelitian yang digunakan yakni metode etnografi dengan wawancara secara berkelompok. Peneliti melakukan pengkajian yang mendalam terhadap fenomena yang diidentifikasi sebagai variabel penelitian, termasuk fenomena lain yang juga terkait dengan variabel penelitian. Data diambil di Desa Tuksongo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Adapun yang diwawancarai yakni sesepuh tari Topeng Kawedar di Desa Tuksongo, anggota penari, pemain musik, dan perwakilan dari warga masyarakat. Hasil yang diperoleh yakni terdapat langkah-langkah masyarakat dalam mempreservasi alam di sekitarnya, yang mana kemudian terepresentasikan dalam pertunjukan tari Topeng Kawedar. Adapun aspek dominan dari ekofeminisme yang muncul dalam pertunjukan tari Topeng Kawedar yakni terdapat pada ekofeminisme alam dan ekofeminisme pembebasan hewan. Aspek ini secara tidak langsung dimunculkan pada babak rodad dan ndas-ndasan atau pencak kewan, baik pada bagian gerak, tata rias dan kostum, maupun musiknya. Masyarakat Desa Tuksongo mempresevasi alam, karena pada siklus kehidupan masyarakat di Desa Tuksongo bergantung terhadap alam, sehingga memunculkan berbagai pilihan tindakan untuk mempreservasi alam tersebut. Langkah preservasi alam inilah yang kemudian ditampilkan pada kedua babak tarian tersebut sebagai wujud dari representasi apa yang dilakukan oleh masyarakat pada kehidupan seharihari. Berkaitan dengan hal tersebut, ekofeminisme yang kemudian digunakan sebagai pisau analisis dari segi kontekstualnya merupakan ekofeminisme gelombang kedua, yang mana aliran ini menempatkan perempuan dan laki-laki sebagai preservator alam. Hewan nonmanusia juga dimunculkan sebagai bentuk dari sebuah pembebasan yang diwacanakan pada sebuah pertunjukan tari Topeng Kawedar.

This research departs from a study of ecofeminism discourse that appears in the Topeng Kawedar dance performance. The aim is to find out the practice of the Topeng Kawedar dance and the role of the village community as environmentalists to contribute to scientific discussions on ecofeminism research, especially in the arts. In addition, this study aims to find out how the people of Tuksongo carry out the natural preservation process and how nature preservation is contained in the Topeng Kawedar dance. This study uses a qualitative research model. The research method used is the ethnographic method with group interviews. The researcher conducts an in-depth study of the phenomena identified as research variables, including other phenomena that are also related to the research variables. The data was taken in Tuksongo Village, Borobudur District, Magelang Regency, Central Java Province. Those interviewed were the elders of Topeng Kawedar dance in Tuksongo Village, dancers, musicians, and representatives from the community. The results obtained are that there are community steps in preserving the surrounding nature, which is then represented in the Topeng Kawedar dance performance. The dominant aspect of ecofeminism that appears in the Topeng Kawedar dance performance is found in nature ecofeminism and animal liberation ecofeminism. This aspect is indirectly raised in the Rodad and ndas-ndas or pencak kewan, both in the movement, makeup, and costumes, as well as the music. The people of Tuksongo Village preserve nature, because, in the life cycle of the people in Tuksongo Village, they depend on nature, giving rise to various choices of actions to preserve nature. This natural preservation step is then displayed in the two dance stages as a form of representation of what people do in their daily lives. In this regard, ecofeminism which is then used as a knife of contextual analysis is the second wave of ecofeminism, in which this flow places women and men as natural preservers. Non-human animals also appear as a form of liberation which is discoursed in a Topeng Kawedar dance performance.

Kata Kunci : ekofeminisme, seni, tari, hewan nonmanusia, Topeng Kawedar.

  1. S2-2022-467992-abstract.pdf  
  2. S2-2022-467992-bibliography.pdf  
  3. S2-2022-467992-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2022-467992-title.pdf